SAAT ANGKLUNG
MENEBAR RASA DAMAI YANG MEMBUMI
Oleh: Michael Gunadi Widjaja
Nama MANG UDJO identik dengan alat musik angklung dan seni musik angklung. Dalam kurun waktu perjalanan yang sangat panjang, seorang Udjo Ngalagena memelihara ide sebuah distrik semacam kampung seni yang menjadi sentra angklung. Sebuah sentra tentang seni musik dan seni kerajinan angklung yang menyatu dengan alam. Sentra tersebut dikenal sebagai SAUNG UDJO atau lazim juga disebut SAUNG ANGKLUNG atau malahan jika ingin lengkap, orang menyebutnya SAUNG ANGKLUNG MANG UDJO. Saung angklung terletak di Jalan Padasuka No. 118, Bandung. Banyak hal yang menginspirasi sekaligus menarik untuk disimak dan ditelaah saat kita berkunjung ke saung angklung.
Salah satu hal yang paling menarik adalah Angklung
Concert Performance. Dalam pagelaran setiap sore tersebut, bukan saja tersaji pertunjukan
musik angklung, namun juga pembelajaran angklung bagi semua yang hadir.
Pembelajaran angklung memakai sistem notasi
solmisasi .Dan uniknya, semua yang hadir dapat dengan mudah dan gembira mengikuti
dan melaksanakan petunjuk pembelajaran. Sebetulnya, teknik panduan pembelajarannya
menggunakan metode hand signs dari Zoltán Kodály - seorang music educator asal Hungaria. Dengan
mengikuti gerakan tangan seorang pemandu acara, hadirin membunyikan angklung sesuai nada
yang tertala pada angklung yang dipegang masing-masing. Memang dalam hal ini, Mang
Udjo yang sekarang, banyak melakukan modifikasi terhadap hand signs dari Zoltán Kodály. Tentu salah
satunya adalah agar secara virtual hadirin lebih mudah mengikutinya. Dengan metode
pembelajarannya ini, Mang Udjo telah menjadi duta bangsa dan menggelar permainan
angklung instan dengan pemain ribuan orang! Bahkan beberapa bulan mendatang, Mang Udjo akan
membuat world record di Amerika Serikat dengan menggelar pertunjukan angklung untuk 15 ribu orang!!!
Sebetulnya saat orang mengikuti angklung crash course
versi Mang Udjo, banyak semburat music education yang diterima - bahwa musik dapat
dimainkan dengan fun, tanpa barus berpikir rumit. Juga bahwa musik dapat dilakukan
secara bersama, yang berarti ada rasa kebersamaan dalam bingkai estetisnya. Juga secara
tidak langsung memupuk rasa egality untuk saling menghargai. Karena dalam permainan
musik secara bersama tiap individu harus patuh pada porsinya sendiri tanpa mencampuri
porsi orang lain. Ini semua sebetulnya adalah perwujudan konsepsi MUSIC FROM PASSION. Hal
yang sangat penting dalam pendidikan musik. Hal yang lebih unik lagi adalah bahwa
dengan menggunakan peragaan tangan Zoltán Kodály sebagai petunjuk, hadirin diajak untuk
bermain polyphony meski hanya dalam bentuk dua jalur. Hal ini secara tak langsung
juga menyiratkan inspirasi akan sebuah keselarasan - sebuah harmonisasi yang membumi.
Sebagai sebuah seni pertunjukan, angklung pun
telah sampai pada taraf virtuositas tinggi bagi sebuah ensemble musik tradisi. Angklung
dapat dengan luwes mengorkestrasi score rumit semacam "BOHEMIAN RHAPSODY" dari Queen. Berbeda
dengan gamelan, laras angklung adalah diatonis dalam sistem well-tempered musik barat. Hal
ini merupakan nilai lebih dari angklung, karena dengan demikian angklung dapat lebih
leluasa berkomunikasi dalam ranah tatanan musik barat. Hasilnya adalah sebuah interpretasi
musik barat dengan nuansa Asiatik yang meng-Indonesia. Hal ini sangat membantu persepsi
publik Eropa agar tidak menganggap seni tradisi nusantara sebagai makhluk asing
yang menyajikan konsep estetis secara aneh.
Bohemian Rhapsody (Queen)
by Saung Angklung Udjo, Bandung
Untuk masa depan memang banyak hal yang harus
senantiasa diuntai seputar angklung dan musiknya. Ada semacam fenomena yang aneh
diseputar perkembangan angklung. Di satu sisi ada sentra angklung yang sudah mendunia
seperti Saung Angklung Mang Udjo, namun di sisi lain ada tudingan bahwa kita kurang
memasyarakatkan angklung sehingga negara tetangga kemudian meng klaim bahwa angklung
adalah seni musik khas mereka. Dikotomidan fragmentasi semacam ini mestinya segara
disambut dengan upaya nyata. Minimal menjadikan musik angklung sebagai sebuah zona
seni yang institusional dalam kerangka telaah ilmiah. Ini belum banyak dilakukan dan
nampaknya upaya semacam ini penting sebagai imbangan saat kening kita agak pusing
mengkaji dan menelaah musik klasik Eropa.