Thursday, July 2, 2015

"BERMAIN PIANO TANPA RASA NYERI" - by: Jelia Megawati Heru (Staccato, July 2015)

"BERMAIN PIANO 
TANPA RASA NYERI"
by: Jelia Megawati Heru
Staccato, July 2015


“Ow, sakit!” Itulah yang sering dirasakan para pianis ketika berlatih berlebihan. Tahukah Anda 65-80% musisi ternyata sering mengalami cidera otot dalam berlatih? Dan 70% diantaranya adalah wanita. Umumnya hanya wanita yang melaporkan keluhan rasa sakit/nyeri ini ke dokter dan mereka baru akan mencari bantuan setelah kondisi mereka kronis. Cidera pada pianis ini bukan isapan jempol belaka. Pianis dunia pun tidak luput dari kasus cidera yang fatalmulai dari Artur Schnabel, Alexander Scriabin, Sergei Rachmaninoff, Robert Schumann, Glenn Gould, hingga Keith Jarret. Cidera tsb mungkin tidak mengakhiri karier mereka secara langsung, tapi membuat mereka tidak dapat berlatih dalam durasi yang lama, memaksa mereka untuk membatasi repertoire konser, dan bahkan membatalkan konser.



Terkadang cidera tidak terjadi dalam waktu yang singkat atau bahkan pianis itu sendiri tidak merasakan sakit/nyeri dalam prosesnya. Cidera dapat terjadi karena gerakan yang berulang-ulang. Ini bukan masalah kekuatan fisik, namun keterampilan yang kompleks. Dalam jangka waktu yang panjang, cidera akan mengakibatkan seseorang tidak bisa bermain musik lagi. Jika mata pencaharian dan aspirasi Anda terfokus dalam bidang music performance, maka ini adalah akhir dari karier Anda.

Hal ini akan menghancurkan diri seorang musisi secara fisik, emosional, dan psikis. Juga dapat mengakibatkan stress, depresi, putus asa, rasa tertolak, minder, dan terisolasi dari koleganya. Sungguh tragis. Tampaknya rasa nyeri dalam bermain musik tidak bisa dipandang sebelah mata. Oleh karena itu ada baiknya Anda mendeteksi gejala cidera sedini mungkin dan berusaha menanggulanginya, sebelum semuanya terlambat dan menjadi permanen. Apalagi jika Anda adalah seorang guru musik maupun praktisi dalam bidang musik.


GEJALA UMUM CIDERA PADA PIANIS
1. nyeri pada pergelangan tangan, inflamasi/pembengkakan pada jari
2. sering kesemutan, mati rasa dan jari/lengan terasa lemah, tidak bertenaga/hilang kontrol
3. tangan dan jari terasa dingin (sirkulasi darah memburuk)
4. bahu, leher atau punggung sakit


PENYEBAB TERJADINYA CIDERA 
DALAM BERMAIN PIANO

1. OTOT TEGANG/KAKU
Ketegangan (kaku) tidak hanya membunuh produktivitas, namun dapat merusak musik dari segi artistik, menyebabkan rasa nyeri, dan berisiko mengakibatkan cidera pada tangan Anda. Latihlah otot supaya berada dalam kondisi rileks, setelah berkontraksi. Hindari kondisi otot yang statis. Kondisi otot yang statis akan menghambat sirkulasi darah, membuat otot menjadi cepat lelah, dan rentan akan cidera.


2. STRESS DAN PANIK
Gerakan berulang dibawah tekanan yang berlebihan. Kondisi seperti ini seringkali justru akan menghambat gerakan, membuat gerakan yang sederhana menjadi lebih sulit dilakukan.


3. LATIHAN TIDAK TERATUR & BERLEBIHAN (OVERPRACTICE)
Latihan tidak teratur umumnya adalah fenomena sindrom murid yang malas. Dari waktu ke waktu, murid jarang berlatih. Ketika deadline ujian atau konser semakin dekat (1-2 minggu menjelang hari-H), barulah murid panik dan berlatih terburu-buru dalam waktu yang lama. Sindrom ini tidak hanya memiliki efek negatif pada kualitas permainan Anda, tapi juga pada sisi fisik dan psikologis Anda. Ketegangan yang tidak terduga akan membuat otot-otot bekerja berlebihan, sehingga menyebabkan rasa nyeri pada otot Anda.


Ibarat komputer yang dipaksa menyala selama berhari-hari non-stop dengan program dan kinerja yang terlalu banyak, sehingga mengakibatkan komputer menjadi hang dan rusak. Bayangkan apabila kondisi ini terjadi pada tubuh Anda. Masalah ini tidak akan selesai hanya dengan menekan tombol Ctrl+Alt+Del dan mengganti suku cadang yang baru. Yang terjadi adalah kerusakan permanen dan mungkin hanya bisa ditangani melalui terapi dan operasi. Dalam kasus itu, tentunya tangan tidak akan pernah bisa kembali ke kondisi prima seperti semula.


4. POSTUR SALAH
Hindari postur duduk yang tidak selaras dengan anatomi tubuh manusia, seperti: tulang punggung bengkok, bahu naik, posisi siku lengan menempel/terlalu dekat dengan badan, posisi kursi piano terlalu dekat/jauh dari tuts piano, posisi buku-buku jari berada di bawah tuts (sunken/not supported), jari bengkok, dll.

5. TERLALU KERAS MENEKAN TUTS/MEREGANGKAN JARI
Too fast, too hard, too extreme. Hati-hati ketika Anda melakukan latihan peregangan jari Anda! Seluruh tubuh Anda harus berada dalam kondisi santai (rileks) dan setiap peregangan harus dilakukan secara perlahan-lahan dan step-by-step disertai pemanasan. Terlalu keras menekan tuts seperti hammer (banging) tanpa disertai proses relaksasi juga berpotensi mengakibatkan rasa nyeri pada jari dan otot tangan.  


6. PENJARIAN YANG ABNORMAL & POSISI GERAKAN YANG ANEH
Hindari penjarian yang tidak memungkinkan/abnormal dan minimalisir gerakan yang tidak perlu. Sedapat mungkin gunakan nomor jari yang nyaman dan tidak mengakibatkan rasa nyeri dalam berlatih. Tulis nomor jari yang dipilih dan berlatihlah sesuai dengan nomor jari yang telah direncanakan tsb. Hindari juga posisi gerakan yang berlebihan (ekstrem) dan tidak ergonomis dari pergelangan tangan dan jari, yang akan menyebabkan keseleo.

TIPS MENGURANGI RASA NYERI DALAM BERLATIH

1. Pemanasan (warming up) dan latihan relaksasi (relaxation technique).
Salah satu unsur dalam bermain musik adalah gerakan, seperti halnya olahraga. Luangkan waktu untuk melakukan pemanasan. Kondisi otot yang panas akan meminimalisir risiko terjadinya cidera otot. Latihan relaksasi juga sangat membantu melemaskan dan menyiapkan kondisi otot dalam melakukan gerakan lebih optimal.

2. Teknik bermain yang efisien dan sehat.
Selalu monitor pergelangan tangan dan bahu Anda agar tetap rileks dan fleksibel. Usahakan agar pergelangan tangan selalu berada dalam garis lurus (sejajar) dengan lengan. Hal ini memberikan keuntungan mekanis yang besar untuk jari. Menyimpang dari posisi ini - menyamping atau ke atas dan ke bawah akan mengakibatkan hilangnya kekuatan dan keseimbangan tangan serta jari hingga 25% atau lebih. Jangan lupa untuk mengatur posisi duduk/postur bermain yang benar untuk optimalisasi daya tahan tubuh (stamina) dan kualitas permainan.  


3. Rutinitas Latihan BERTAHAP.
Atur jadwal latihan secara rutin dengan jeda istirahat. Jangan berlatih terlalu lama (misalnya: 3 jam non-stop). Lakukan jeda 10-15 menit setelah bermain 30-45 menit. Adalah lebih baik berlatih 1 jam per hari setiap hari (DAILY) daripada 4 jam per hari dalam dua-tiga kali per minggu (bolong-bolong). Latihan secara teratur akan membuat lengan, pergelangan tangan, dan jari-jari Anda dalam kondisi prima.

4. Istirahat yang cukup dan minum air putih.
Faktor lain yang berkontribusi terhadap daya tahan tubuh terhadap cidera dan kemampuannya untuk pulih adalah kesehatan dan usia. Seseorang yang mendapat istirahat yang cukup akan lebih tahan banting. Sayangnya daya tahan terhadap cidera menurun seiring bertambahnya usia. Inilah sebabnya mengapa beberapa pianis bermain selama bertahun-tahun tanpa masalah, dan kemudian, di usia 30-an atau 40-an, mereka mulai mengalami gejala cidera.

5. Hindari ketegangan dan stress.
Belajar bermain piano tanpa stress, seringkali berarti menanggalkan kebiasaan berlatih lama yang salah dan menggantinya dengan kebiasaan berlatih yang baru. Walau membutuhkan waktu yang lama, bukan berarti hal ini tidak mungkin. Mulailah berlatih dalam tempo lambat, jangan langsung memulai lagu tanpa pemanasan dalam tempo sangat cepat dan dengan full power (dinamika sangat keras). Tidak peduli betapa sulitnya repertoire Anda dan betapa sedikit waktu yang Anda miliki untuk belajar itu, cobalah untuk menghindari penyebab cidera dan usahakan untuk tetap rileks.

6. Kenalilah tubuh dan batas-batas Anda (body awareness).
Kenalilah cara kerja otot-otot tangan Anda dan berlatihlah untuk menggunakkannya secara efisien tanpa rasa sakit. Analisalah dan ketahuilah apabila tubuh menunjukkan gejala awal cidera, seperti nyeri dan kelelahan. Jika hal itu terjadi, ada baiknya Anda tahu kapan harus berhenti berlatih sebelum membuat cidera menjadi permanen. Mencegah lebih baik daripada mengobati.

Setelah membaca informasi diatas, tampaknya pada pianis harus menelaah kembali arti “no pain, no gain.” Sayangnya walau mereka mengetahui konsekuensinya, banyak yang tetap bersikeras untuk tidak mengubah teknik permainan “tradisional” mereka.

Adalah penting bagi seorang pianist untuk mengenali gejala cidera dan teknik bermain yang benar. Oleh karena itu pianist membutuhkan guru yang bisa mengajarkan teknik bermain yang efisien, alami, rileks, dan bagaimana cara menghindari cidera – mungkin bahkan lebih daripada seorang dokter.  

“Musuh terbesar kita adalah diri kita sendiri.” Jangan tunggu sampai sakit dan kena batu nya, baru panik dan kebingungan mencari solusinya ke dokter, terapis, ahli tulang, ahli akupuntur – you name it! Ketika hal itu terjadi, mudah-mudahan semuanya belum terlambat. Be smart and love yourself!