TEMPO RUBATO
“THE ART OF PLAYING STOLEN TIME”
By: Jelia Megawati Heru
(Staccato, February 2019)
“The most necessary, most difficult and important thing in music, that is the TIME.
The music is not in the notes, but in the silence between.”
Wolfgang Amadeus Mozart
Rubato adalah beruang yang sulit dijinakkan! Rubato itu direncanakan, tapi harus tampak spontan. Rubato itu halus, tapi juga harus terdengar nyata (not fake!). Rubato itu tak menentu, tapi harus bisa diprediksi. Sepertinya perlu lebih dari satu artikel untuk menjinakkan rubato, tapi namanya juga usaha. Are you ready?
A TEMPO
Dalam Musik Klasik, WAKTU adalah hal yang paling penting, paling sulit, dan mendasar dalam musik. Mozart selalu bangga terhadap fakta, bahwa ia selalu bermain dengan tempo yang akurat dan sesuai dengan tanda dinamika yang tercatat pada partitur musik dengan sempurna (TEXT BOOK). Seseorang yang tidak bisa menjaga kestabilan tempo akan dianggap sebagai musisi yang buruk. Bahkan Schumann sebagai komposer di zaman Romantik, juga memprotes praktek virtuosi di zamannya, yang menurutnya seperti orang mabuk. Ia selalu disiplin bermain di tempo yang ketat.
Keteraturan dan menjaga kestabilan tempo merupakan hal yang MUTLAK dan tidak bisa ditawar. Tetapi jika sebuah frase “diserbu” bertubi-tubi dengan cara yang sama, maka suasana bisa menjadi monoton, membosankan, dan so predictable bagi para pendengarnya. Tidak menarik! Ironis, bagaimana sebuah kesempurnaan justru bisa “membunuh” jiwa sebuah lagu. Bagaimana sebuah perasaan yang menggelora di dada digambarkan dengan irama baris-berbaris, allegro, dan satu lusin ritardando? Ya ora isa!
Di momen seperti inilah kita harus terbuka pada ide teknik berekspresi yang lebih advanced. Untuk mengakomodir rasa dan perwujudan estase antara cinta dan benci – kelembutan sentimennya (bukan lebay), rasa manis yang ekstrim, sentuhan memohon-mohon, seperti pada komposisi Chopin.
Pertama-tama, Anda harus tahu, bahwa tempo rubato dan ketidakmampuan seseorang untuk menjaga waktu dengan stabil (a tempo, in time), adalah dua hal yang sangat berbeda! Kebebasan berekspresi disini bukanlah bermain seenak jidat, bebas merdeka bablas tanpa aturan seperti orang yang sedang mabuk. Tetap ada aturan mainnya.
Berlatih dengan metronom juga tidak selalu menyelesaikan permasalahan. Mungkin malah makin bingung dan stress. Menggunakan asumsi sebaliknya akan menjadi konyol. Sebentar bisa agak cepat, besoknya bisa agak lambat – yah tergantung mood. Lho?! Ini kan bukan cuaca. Pusing? Hal-hal seperti inilah yang membuat tempo rubato menjadi impossible untuk diajarkan ke murid. Apalagi kalau tidak pernah mendengarkan komposisi Chopin sebelumnya.
DEFINISI TEMPO RUBATO
Tempo rubato [ˈtɛmpo ruˈbaːto] berasal dari bahasa Italia “rubato” (of course, duh!) yang secara harafiah diterjemahkan sebagai: “robbed”. Digabungkan dengan kata tempo menjadi: "waktu yang dicuri". Tempo rubato adalah istilah musik yang mengacu pada konteks kebebasan berekspresi dan ritmik dengan sedikit mempercepat dan memperlambat tempo pada sebuah frase musik. Tetapi bukan kaku dalam arti mekanis, seperti pada mesin/robot.
TIMING TEMPO RUBATO
(a) normal, (b) slowing down of 3rd note, (c) speeding up of 3rd note
Daniel Barenboim mengatakan, bahwa tempo rubato berarti “mencuri” waktu, dan karena kita orang yang beretika, kita akan mengembalikan apa pun yang kita curi. Konsep di balik rubato adalah WAKTU yang DIPINJAM – tidak kurang, tidak lebih, atau dicicil dengan bunga 0%. Sebuah potongan lagu 1 menit tanpa rubato harusnya masih 1 menit dengan rubato, tanpa disadari oleh pendengar. Bukan 1 menit menjadi 2 menit. Dengan demikian ketika kita mempercepat melodi di awal frase, maka di akhir frase kita harus memperlambatnya, tanpa mengubah tempo.
Rubato dirancang untuk menciptakan ketegangan, dan kemudian melepaskan, seperti merentangkan pita elastis dan melepasnya. Dengan cara menunda resolusi, atau menunda momentum lagu. Ada dua jenis rubato. Yang pertama, dimana iringan (accompaniment) berada dalam tempo yang ketat dan melodi mengalami perubahan ritme. Yang kedua, dimana melodi dan iringan dua-duanya mengalami perubahan.
Walau rubato tidak dapat dipelajari seperti berhitung dalam matematika, tetapi ia dapat dirasakan. Jika dilakukan dengan pas, rubato dapat menghembuskan napas kehidupan ke dalam sebuah eksekusi mekanis. Membuat lagu menjadi lebih menarik, ekspresif, dan dramatis. Untuk memainkan lagu dengan rubato, dibutuhkan spontanitas, sensitivitas, teknik bermain yang baik, pemahaman musik secara kontekstual, dan penilaian musisi yang baik pula (good sense, good taste).
Ibarat penerjemah yang harus menggunakan kemampuannya untuk mengintepretasi dan menerjemahkan sebuah dokumen atau buku dengan terampil dan bijaksana. Sehingga hasilnya tepat guna dan sesuai dengan konteks. Dalam sebuah orkestra, rubato ditentukan berdasarkan kebijaksanaan dari solois atau konduktor.
KEBEBASAN BEREKSPRESI
Penggunaan rubato merupakan elemen yang sangat krusial dalam komposisi di zaman Romantik, seperti Frédéric Chopin. Namun sebetulnya musisi Klasik sering menggunakan rubato untuk mengekspresikan emosi pada komposisi di berbagai zaman. Bahkan JS. Bach juga telah melakukan penggunaan rubato dalam memainkan ornaments.
Pada mulanya kebebasan bermain secara ekspresif sering dikaitkan dengan istilah “ad libitum” (ad lib.) dari bahasa Latin: "di waktu luang", atau memainkan suatu bagian lagu tanpa menggunakan setting metronome secara eksak. Walau rubato seringkali tidak dituliskan secara detail, sebetulnya para musisi sering menggunakannya secara intuitif pada melodi yang mengalun bebas diatas iringan musik. Hal ini membuat musik lebih terdengar ekspresif, luwes, fleksibel, elastis, dan dinamis. Inilah letak kekuatan sebuahrubato: KEBEBASAN BEREKSPRESI.
Dalam rubato dipelajari berbagai variasi dan modifikasi dari tempo dan dinamika. Bagaimana melunakkan ketajaman garis, menumpulkan sudut struktural tanpa merusak sebuah frase, dan bagaimana memberikan aksen metrik? Penggunaan rubato jika dieksekusi dengan bijaksana, mampu membuat melodi menjadi lebih berkarakter, ekspresif, intensif, dan sublim. Disini untuk pertama kalinya unsur individual mengambil peranan yang sangat penting.
3 UNSUR PENTING DALAM BERMAIN RUBATO ALA CHOPIN
1. TEMPO STABIL
Akan mengejutkan banyak orang, bahwa dalam bermain rubato, bahkan Chopin sendiri dalam berlatih tidak pernah lupa untuk menggunakan metronom nya dalam menjaga “waktu”. Chopin selalu super disiplin dalam menjaga tempo yang ketat, ia membenci rubato yang tertinggal, serta ritardando yang berlebihan. "Waktu adalah jiwa dari musik", ujarnya.
Jadi justru syarat utama untuk mempelajari rubato, adalah: mampu mempertahankan tempo yang stabil! Tempo yang stabil adalah mutlak perlu. Tetapi disini melodi-lah yang menjadi primadona dan memperoleh kebebasan untuk berekspresi. Hal yang mengejutkan adalah dalam karya Chopin, sebagian besar primadona itu justru terletak pada tangan kiri yang berfungsi sebagai konduktor. Tangan kirinya menyimpan ritme yang sangat berbeda dan waktu yang sempurna, sementara tangan kanan dilakukan secara independen. Ibarat vokalis yang menyanyi, didukung dengan baik oleh pengiring yang simpatik.
Jangan biarkan rubato mengambil alih dan mengontrol alur musik. Anda tidak sedang melawan arus. Rubato dan denyut nadi bukanlah musuh. Sebaliknya, mereka harus bekerja sama. Oleh karena itu denyut nadi harus selalu mempunyai pulse yang jelas, untuk menciptakan efek rubato yang terbaik.
2. SPONTANITAS (aspek individual)
Chopin melihat tempo rubato sebagai sarana ekspresi emosi. Sebagai seorang pianis dan seorang guru, Chopin memperkenalkan aturan penjarian yang baru dalam bermain piano. Tergantung pada bentuk dan ukuran tangan seseorang, untuk memproduksi kualitas tone yang alami dan indah.
Setiap pemain harus mengeksplorasi berbagai modifikasi dan variasi frase dalam berbagai tingkatan sesuai dengan mood dan karakter dari sebuah komposisi. Setiap orang mempunyai gaya dan cara bermain yang berbeda. Disini dibutuhkan spontanitas dan sensitivitas masing-masing pemain dalam memainkan tempo rubato, yang mencakup: permainan tangganada yang dinamis, agogik, penggunaan teknik pedal, artikulasi, warna, struktur harmonik yang unik (modulasi dan tangganada kromatik), ritmik, dan melodik.
3. KONTEKSTUAL
Kesalahan interpretasi konsep musik dapat menyebabkan salah penafsiran. Terutama jika tanda dinamika, tanda ekspresi musik, dan konsep artistik/ide musik pada sebuah komposisi diabaikan. Oleh karena itu menemukan TONE yang tepat adalah hal yang krusial dalam proses mengembangkan konsep interpretatif pada sebuah frase musik.
Penerjemah harus menangkap makna tersirat dari ekspresi masing-masing bagian, agar ide komposisi tersampaikan ke pendengar. Dalam hal interpretasi dan selera, semuanya bermuara pada preferensi. Secara pribadi, penulis merekomendasikan agar potongan Chopin dimainkan sebagaimana Chopin memainkannya. Dengan mendengarkan MP3 atau youtube dari maestro kelas dunia yang telah memainkan Chopin dan menggunakan metode Chopin, seperti: Zimerman atau Rubinstein. Karena itu mungkin bunyi yang paling mendekati karakter komposisi Chopin.
TONE CHOPIN berbeda dari komposer Romantis lainnya (misalnya: Schumann atau Liszt). Dalam kasus Chopin nada harus lembut, resonan, dan elegan dengan kualitas bernyanyi melalui seluruh skala dinamis (bel canto), tidak terlalu "luas" (tidak seperti musik Brahms), tetapi juga harus memungkinkan penerjemah untuk memainkan legato yang ideal dan lancar.
DIMANA SEBAIKNYA RUBATO DIGUNAKAN?
Dalam komposisi Chopin seringkali ditemukan ritme-virtuoso yang panjang (diwakili oleh simbol-simbol yang lebih kecil dalam notasi balok). Irama yang tidak teratur yang dapat menjadi kejutan yang tidak menyenangkan bagi para pendengarnya. Salah satu cara terbaik untuk menentukan penempatan rubato adalah menyanyikan garis melodi nya (frase).
Sedangkan untuk memainkannya, dibutuhkan kehalusan dan seni yang berkaitan erat antara unsur instrumental & vokal, ciri khas dari interpretasi musik Chopin. Mulai dari menahan nada yang lebih tinggi, memperpanjangnya, menekankan modulasi, untuk menciptakan efek dramatis.
- Perubahan harmoni, tangganada, nada dissonant yang tak terduga, modulasi
- Frase yang lambat dengan melodi yang banyak dan panjang
- Not dengan nada tinggi dan interval yang besar (perpindahan oktaf)
- Akhir dari sebuah frase, dengan menunda resolusi akhir dari sebuah kalimat
Tampaknya tema rubato seperti dibesar-besarkan.
Semoga Anda mendapatkan intinya dan mendapatkan beberapa jurus jitu
untuk menaklukkan sang waktu. If don’t, please don’t shoot the pianist!