"STRESS IN AURAL TEST"
by: Jelia Megawati Heru
Staccato, March 2015
Memiliki telinga yang musikal
merupakan salah satu aset yang krusial dalam bermain musik. Ibarat seorang chef
yang mengandalkan lidahnya dalam merasakan dan menghasilkan masakan yang lezat.
Karena sejatinya musik dihasilkan bukan dari instrumen musik. Namun musik
dihasilkan dari tubuh kita sendiri, bahkan sebelum musik itu dimainkan pada instrumen
musik atau dinyanyikan. Kepekaan telinga dalam mendengar musik dapat berkembang
seiring berjalannya waktu melalui latihan. Beberapa orang terlahir dengan
telinga musikal hanya dengan “feel it.”
Namun tidak jarang beberapa
orang mungkin tidak akan pernah menguasai hal ini. Terutama pada orang yang
buta nada (tone deaf,) dimana telinga mereka mengalami kesulitan dalam
mengenali nada. Mereka tidak mempunyai kepekaan dalam mengetahui tinggi rendah
nada, apakah nada yang dihasilkan benar atau salah. Sehingga mereka akan selalu
membuat banyak kesalahan dalam memainkan instrumen atau menyanyi. Oleh sebab
itu, aural test ini menjadi momok bagi banyak orang, khususnya dalam konteks
ujian. Apa itu aural test dan bagaimana cara mengatasi stress dalam aural test?
Simak pertanyaan-pertanyaan umum seputar aural test!
Aural test merupakan sebuah tes
pendengaran yang melibatkan aktivitas telinga dalam bermusik, seperti: menyanyi,
mendengarkan, membandingkan, menghafal, dan mengenali struktur musik (ritmik
dan nada). Aural test ini dianggap sebagai elemen yang signifikan dalam menentukan
kemampuan musikal seseorang. Oleh karena itu aural test menjadi salah satu
materi ujian musik internasional yang berintegral dengan ujian praktek musik
yang ada.
APAKAH AURAL TEST PENTING?
Ya dan tidak. Penting karena
peran serta aktif telinga merupakan bagian yang integral dalam praktek bermain
musik. Beberapa fungsi telinga yang musikal, a.l. membantu murid menangkap
materi/lagu baru lebih cepat, berlatih lebih efektif, melatih kapasitas daya
ingat, mengenali tinggi rendah nada (pitch,)
mengenali panjang pendek nada (rhythmic,)
memainkan melodi pada instrumen ibarat
menyanyi (singing melody,) dan memainkan lagu berdasarkan pendengaran (play
by ear).
Di sisi lain aural test
menjadi tidak penting, apabila hanya dilatih sebagai bagian yang terpisah atau
materi ujian semata – alias tidak bisa diaplikasikan ke dalam praktek atau hanya
merupakan teori saja. Ketika aural test menjadi tidak relevan/disconnected dengan proses belajar
bermain musik, maka sebetulnya pembelajaran aural test menjadi sia-sia dan
malah terkesan buang-buang waktu. Sebetulnya yang lebih penting adalah bukan
tes itu sendiri, namun sejauh apa telinga dilibatkan atau terkoneksi dalam
proses belajar bermain musik.
MUSIC INTELLIGENCE
Aural test sangat terkait
dengan inteligensia musik. Menurut Howard
Gardner “Multiple Intelligence,” ada sembilan macam kecerdasan yang
dimiliki manusia. Music Intelligence adalah salah satunya. Kecerdasan/inteligensia
musik ini melibatkan kemampuan manusia dalam mengenali struktur musik lewat pendengaran,
kemampuan menghasilkan musik - baik menyanyi,
memainkan ritmik, dan memainkan instrumen musik, kemampuan mengkomposisi lagu,
dan termasuk di dalamnya sight reading
dan sight singing. Seseorang yang
mempunyai tingkat kecerdasan musik yang tinggi (musikal) umumnya kemampuan menghafal (memorizing) dan kepekaan
pendengaran (inner hearing) yang
luar biasa. Selain itu mereka juga mampu mengidentifikasi
elemen-elemen musik dari aktivitas musik. Mereka seperti dapat berpikir dan
memahami bahasa musik, baik itu nada
(pitch,) ritmik, dinamika, artikulasi,
tempo, dll.
APAKAH AURAL TEST DAPAT DILATIH?
Ya. Walau ada beberapa orang
yang mengalami AMUSIA, yaitu suatu
kondisi klinis yang mengacu kepada ketidakmampuan kognitif otak dalam memproses
bunyi dan nada-nada pada musik. Umumnya ditandai dengan nada bicara yang monoton, karena mereka tidak dapat mendengar
perbedaan nada dan tidak dapat memproduksi variasi nada, bahkan ketika mereka
berbicara sekalipun. Mungkin bisa dianalogikan seperti buta warna. Bagi musisi,
hal ini merupakan bencana. Karena bagaimanapun kerasnya mereka berlatih, tetap
saja telinga mereka tidak bisa membedakan nada.
Tetapi kabar baiknya, sebagian
besar orang yang memberikan label bahwa dirinya buta nada sebetulnya mempunyai
potensi dan kemampuan dasar dalam mengenali nada, melodi, dan menikmati musik.
Hanya saja mereka tidak begitu cepat dalam mengenali nada atau mengalami
kesulitan dalam menyanyikan nada secara tepat (singing in tune). Dalam
kasus ini kesulitan menyanyikan nada secara tepat bisa disebabkan oleh
kurangnya kontrol vokal yang baik (masalah teknis). Penyanyi yang buruk atau
tidak bisa menyanyikan nada secara tepat belum tentu buta nada atau mengalami
kerusakan telinga. Ibarat orang yang mempunyai selera fashion yang buruk, belum
tentu mereka buta warna, bukan? Bisa saja mereka memang tidak mengerti
bagaimana cara memadu-padankan busana atau warna. Jadi bagi Anda yang mengira
diri Anda buta nada, this is not the end
of the world. Selama Anda tidak mengalami kondisi amusia dan masih memiliki
potensi dasar dalam mengenali melodi tertentu, kemampuan kepekaan pendengaran masih
bisa dilatih. So, keep practicing!
Tentunya bakat dan kerja keras
juga memainkan peranan yang penting disini. Ada orang yang memang terlahir
dengan bakat musikal yang luar biasa. Sehingga tanpa perlu bersusah payah,
dengan mudahnya ia mempunyai kepekaan dalam mendengar nada secara akurat,
menghafalnya dalam sekali dengar, dan bahkan menuliskannya kembali dalam waktu
singkat. Seperti Wolfgang Amadeus Mozart
dan Ludwig van Beethoven misalnya.
Namun bukan mustahil, kepekaan telinga yang musikal dapat dikembangkan melalui
latihan yang tepat. So, please don’t give
up!
” One must be born with talent. That
is the most important thing.
You must be born with talent, and then you can only develop it.
But there’s nothing to learn, you can’t learn talent. “
You must be born with talent, and then you can only develop it.
But there’s nothing to learn, you can’t learn talent. “
Arthur Rubinstein
MENGAPA AURAL TEST MENJADI MOMOK?
Ada beberapa hal yang membuat
aural test menjadi momok bagi banyak orang. Salah satu penyebabnya adalah
karena demam panggung. Ujian maupun situasi dimana kita akan tampil di hadapan orang lain dan dinilai merupakan
situasi yang tidak nyaman. Apalagi kalau dituntut untuk menyanyi, menjawab
pertanyaan dengan respon yang cepat, dan dalam waktu yang terbatas. Belum lagi
apabila harus menjawab dalam Bahasa Inggris dalam ujian musik internasional,
maka semakin tinggi tingkat kesulitan ujian tsb. Sehingga tidak jarang faktor
demam panggung dan kurangnya percaya diri dalam berbahasa asing menjadi salah
satu penyebab aural test menjadi momok bagi para kandidat ujian. Selain itu,
ada beberapa hal teknis yang cukup problematis, seperti: buta nada
(ketidakmampuan seseorang dalam mengenali nada,) tidak bisa menyanyi, jangkauan
vokal yang terbatas, dan tes dimainkan bukan pada instrumen utama (major).
Walau fokus aural test bukanlah pada kemampuan vokal peserta ujian, namun
apabila nada yang dinyanyikan fals atau peserta tidak dapat menahan suatu nada
dalam beberapa saat (masalah pernafasan). Tentunya hal ini juga akan menjadi
masalah tersendiri, terutama bagi kandidat non piano dan laki-laki yang
mengalami perubahan suara dalam masa akil balik. Penyebab lainnya adalah karena ketidaksiapan peserta ujian. Banyak orang umumnya tidak mengetahui apa yang harus mereka hadapi, apa yang harus mereka dengarkan, sehingga hal ini membuat mereka frustrasi.
TIPS MENGHADAPI AURAL TEST
Ujian maupun konser adalah 90%
uji mental. Kunci dari kesuksesan ujian semacam ini adalah kesiapan mental peserta, yang meliputi ketenangan bathin dan kepercayaan diri. Panik dan takut tidak akan membantu apapun. Belajarlah untuk
tenang, fokus, dan berkonsentrasi. Easier
to say, but it has to be done no matter what. Karena sejenius apapun Anda,
apabila Anda panik maka semua menjadi sia-sia. Jadi bagaimana cara untuk tenang
dan fokus? Banyak cara untuk mempunyai kontrol diri yang baik. Namun cara yang
terbaik adalah dengan mengenali diri Anda sendiri dan menemukan zona nyaman
Anda di tengah-tengah situasi yang tidak nyaman. Ubah sudut pandang pemikiran
Anda, bahwa ini ujian dan kemungkinan buruk yang akan terjadi, jika Anda tidak
bisa mendengar apapun atau menjawab pertanyaan, atau bahkan dengan risiko tidak
lulus. Tarik nafas panjang dan berpikirlah positif. Dalam hidup selalu ada
risiko bukan? Anda juga tidak bisa mengubah apapun, jika Anda tidak mendengar
atau tidak bisa menjawab pertanyaan. Hal yang paling penting adalah Anda telah
mengusahakan yang terbaik. That’s all.
Gagal? Evaluasi lagi, berlatih lagi, dan coba lagi! This is not the end of the world.
Mengenai demam panggung, Anda
bisa membacanya
di artikel Staccato, bulan Oktober 2013 “Demam Panggung, Siapa Takut?”
Tentunya ketenangan juga tidak
bisa menolong Anda, apabila tidak disertai dengan latihan dan kerja keras. Yang
jelas kemampuan membaca notasi balok
dan teori musik tentunya akan sangat
membantu dalam menganalisa dan mengidentifikasi struktur dan elemen musik. Hal
yang sangat membantu pula adalah apabila Anda mampu menyanyikan nada dengan
akurat. Umumnya pelajaran instrumen musik tidak menyediakan waktu ekstra untuk
melatih aural test. Karena fokusnya adalah lebih ke praktek bermain instrumen
musik dan karena keterbatasan waktu. Namun guru musik yang baik akan memasukkan
latihan aural test dalam menu latihan muridnya. Tentunya tidak dalam waktu
sekaligus, namun dalam sesi yang pendek
sekitar 5-10 menit (per section)
dan tetap terintegrasi dengan pelajaran
instrumentalnya.
Guru piano tentunya tidak akan mengajarkan olah vokal
seperti kelas vokal pada umumnya. Namun guru piano bisa memberikan beberapa tips, seperti: do’s & don’ts, mendiskusikan karakter 3/4 (Waltz) atau 6/8, mendengarkan lagu dari berbagai periode yang berbeda, menyanyi
dengan menggunakan huruf vokal (A, I, U, E, O) daripada humming dengan mulut tertutup, menggunakan jangkauan vokal yang
nyaman (oktaf yang berbeda), menggunakan solmisasi, mengenalkan konsep
tinggi-rendah, panjang-pendek, keras-lembut, dan merekomendasikan CD untuk
latihan aural test. Apabila waktunya memungkinkan berikanlah latihan berupa aktivitas games, seperti: melodic dictation, rhythmic dictation dengan menggunakan alat bantu berupa xylophone atau alat perkusi clave/wood block. Atau Anda juga bisa menggunakan aplikasi games pada program komputer maupun iPad/iPhone.
Apapun itu, intinya adalah
guru disini berperan sebagai mentor dalam mempersiapkan muridnya sebaik mungkin
dalam menghadapi ujian (simulasi ujian). Supaya murid menemukan titik dimana
mereka bisa nyaman dengan dirinya sendiri dan mengetahui hal apa yang akan
mereka hadapi – baik dalam menyanyi, maupun menjawab pertanyaan yang diajukan.
Banyak cara yang bisa
dilakukan untuk melatih aural test, di luar kelas. Be creative! Murid juga bisa disarankan untuk banyak mendengarkan repertoire, lagu-lagu di luar lagu ujian
seperti Classic FM lalu sing-along
atau clap-along, menonton konser,
mengikuti koor, dan bermain musik bersama dalam format duet maupun dengan
instrumen musik lainnya. Jangan ragu-ragu untuk menggunakan aktivitas aural games yang lain di luar kurikulum
ujian. Jadikan latihan aural sebagai bagian dari pelajaran instrumen musik
anak. Untuk instrumen musik non piano, ada baiknya mungkin mengambil piano
sebagai instrumen musik kedua (minor
instrument).
Sepertinya aural test
terdengar begitu kompleks, bukan? But
know this: ide terbaik dari aural test adalah untuk mempelajari
elemen-elemen musik dan mengaplikasikannya dalam proses belajar dan bermain
instrumen musik lebih baik – bukan demi lulus ujian! Nampaknya terlalu picik dan sempit,
apabila kemampuan musikal ditentukan dari angka saja. It’s far greater than that and the goal should be long term.
Apakah itu sight reading, sight singing, analisa struktur/form, tangga nada, teori musik, atau sejarah musik. Tujuannya adalah untuk mengembangkan musikalitas & mengasah kepekaan telinga seseorang, menciptakan kebiasaan mendengarkan musik yang berkualitas, dan berlatih lebih efektif. Ibarat chef yang akan memasak masakan yang lezat bercita rasa tinggi, demikian pula seorang musisi yang baik akan memainkan musik dengan segenap jiwa raganya hingga mampu menusuk sukma.
Apakah itu sight reading, sight singing, analisa struktur/form, tangga nada, teori musik, atau sejarah musik. Tujuannya adalah untuk mengembangkan musikalitas & mengasah kepekaan telinga seseorang, menciptakan kebiasaan mendengarkan musik yang berkualitas, dan berlatih lebih efektif. Ibarat chef yang akan memasak masakan yang lezat bercita rasa tinggi, demikian pula seorang musisi yang baik akan memainkan musik dengan segenap jiwa raganya hingga mampu menusuk sukma.
“Don’t only practice your art, but force
your way into its secrets.
For it and knowledge can raise men to the
divine.”
Ludwig van Beethoven