"MENGAJAR MUSIK BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS"
by: Jelia Megawati Heru
Staccato, April 2015
Menurut Jurnal JAMA Pediatrics, statistik menunjukkan bahwa terjadi peningkatan sebesar 24 persen
pada penderita ADHD (Attention Deficit Hyperactivity
Disorder) dalam lima tahun terakhir. Penderita ADHD mengalami ketidakseimbangan
aktivitas neurotransmiter di area otak yang membuat mereka sulit
berkonsentrasi. Statistik juga menunjukkan, bahwa satu dari lima anak mengalami
kesulitan dalam bahasa dan disleksia.[1]
Apa yang harus dilakukan, bila Anda menemukan bahwa murid Anda menunjukkan
gejala ADHD atau disleksia? Apa yang harus diperhatikan, apabila Anda mengajar
musik bagi murid berkebutuhan khusus - dalam hal ini ADHD dan disleksia?
ADHD (Attention Deficit
Hyperactivity Disorder)
Gangguan pemusatan perhatian
disertai perilaku hiperaktif pertama kali diidentifikasi oleh Heinrich Hoffman pada tahun 1902. ADHD merupakan suatu kondisi medis, dimana individu mengalami kesulitan dalam mengendalikan impuls dan tidak bisa
memusatkan perhatian/berkonsentrasi. Ciri lainnya anak mengalami kesulitan belajar secara kognitif, cenderung berpindah dari satu kegiatan ke kegiatan lain
tanpa bisa menyelesaikan satu tugas pun, disertai aktivitas tidak beraturan dan
berlebihan. Seringkali orang awam memberikan label ADHD sebagai penyakit modern
anak yang nakal, tidak bisa diam, tidak menurut, padahal mereka mengalami
masalah yang lebih serius dalam belajar dan bidang sosial. Anak laki-laki dalam
rentang usia 5-11 tahun tiga kali lebih rentan terkena risiko ADHD dibandingkan
perempuan. Umumnya 10 hingga 40 persen penderita ADHD akan membawa gangguan ini
hingga dewasa.
Orang dewasa yang memiliki kondisi ADHD umumnya sulit berkonsentrasi saat membaca, seringkali
mengalami mood swing (naik turunnya mood secara tiba-tiba,) kurang
percaya diri, sulit mengontrol emosinya, mudah gelisah, dan mudah depresi (anxiety
disorder). Dalam dunia kerja mereka cenderung sulit mengikuti perintah,
terlambat datang, kesulitan dalam mengatur pekerjaan, dan mencapai deadline. Menurut sebuah survei di
Amerika, hanya separuh orang ADHD yang bisa bertahan dalam pekerjaan,
dibandingkan dengan 72 persen rekan mereka yang tidak menderita ADHD.
Karena komplesitasnya ADHD,
penyebab ADHD sampai saat ini masih dipertanyakan. Umumnya penyebabnya diyakini
terjadi akibat komplikasi beragam faktor genetik dan lingkungan. Ada pihak yang
mengatakan bahwa ADHD termasuk kelainan sistem syaraf yang berimbas pada
perubahan tingkah laku (neurobehavioral).
Sedangkan pihak yang lain mengatakan bahwa
faktor kelainan genetis yang berhubungan dengan dopamine transporters adalah pemicu atau biang keladinya. Faktor
pemicu dari lingkungan pun bervariasi, mulai kebiasaan meminum alkohol dan
merokok selama mengandung, paparan terhadap logam berat, zat pewarna, pengawet,
penguat rasa, polusi, hingga komplikasi sewaktu anak masih dalam kandungan dan
kemungkinan kelahiran prematur.
source:
DYSLEXIA
Disleksia berasal dari
bahasa Yunani "DYS" berarti susah/sulit dalam… dan "LEX"
berarti tulisan. Disleksia merupakan salah suatu gangguan dalam perkembangan
membaca, menulis, dan mengeja. Umumnya terjadi pada anak usia 7 hingga 8 tahun.
Ditandai dengan kesulitan belajar membaca dengan lancar dan memahami kata-kata, meskipun
IQ mereka normal atau bahkan diatas rata-rata. Penderita disleksia mengalami
kesulitan menyebutkan kata-kata maupun kalimat yang panjang dan urutan seperti
nama bulan, simbol, atas ke bawah, dan kiri ke kanan. Hal ini merupakan
kesulitan dalam penerapan disiplin ilmu Fonologi, yaitu kemampuan
bahasa/pemahaman verbal.
Disleksia bisa disebabkan oleh
kondisi disfungsi biokimia pada daerah abu-abu di otak yang tidak stabil dan
juga faktor genetik/keturunan dari orang tua. Ada dua tipe disleksia, yaitu developmental dyslexsia (bawaan
sejak lahir) dan aquired dyslexsia
(didapat karena gangguan atau perubahan cara otak kiri membaca).
Beberapa tanda-tanda awal
disleksia bawaan adalah telat berbicara, artikulasi tidak jelas dan
terbalik-balik, kesulitan mempelajari bentuk dan bunyi huruf-huruf, bingung
antara konsep ruang dan waktu, serta kesulitan mencerna instruksi verbal,
cepat, dan berurutan. Pada usia sekolah, umumnya penderita disleksia dapat
mengalami kesulitan menggabungkan huruf menjadi kata, kesulitan membaca,
kesulitan memegang alat tulis dengan baik, dan kesulitan dalam menerima
informasi.[2]
STRATEGI MENGAJAR MUSIK
BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
1. S-A-B-A-R
Lima huruf berderet penuh
arti. Simpel tapi tidak sepele, untuk melakukannya dibutuhkan kesungguhan dan
waktu yang tidak terbatas. Terkadang dalam mengajar, tidak dibutuhkan guru yang
jenius. Pendekatan yang paling efektif adalah kelembutan, kesabaran, dan dari hati ke hati. Sekesal dan sesulit
apapun mengajar, usahakan untuk menghindari amarah, kekerasan fisik/verbal, dan
sikap acuh tak acuh ke anak. Karena hal itu akan menyulutkan sikap agresif anak
dan tidak membantu proses belajar. Umumnya mereka perlu senantiasa diingatkan secara verbal, untuk kembali fokus pada hal yang sedang dilakukan. Pengulangan (repetition & review) adalah hal yang perlu dilakukan di setiap pertemuan. Di Indonesia guru musik bukanlah terapis
maupun dokter, oleh karena itu mengajar musik bagi anak berkebutuhan khusus
sebaiknya dilakukan oleh profesional yang memang mengambil jurusan musik terapi
dan kedokteran. Di Eropa guru musik kategori ini mengambil jurusan kedokteran sekaligus
musik terapi dan juga seorang musisi.
2. Hindari asumsi negatif, frustrasi,
kebingungan, dan tuntutan tinggi
Pahamilah kondisi dan
permasalahan yang dihadapi murid Anda. Mereka bukanlah bodoh atau malas latihan
atau tidak berusaha, namun mereka mempunyai suatu kondisi yang berbeda dengan
anak pada umumnya. Hanya karena buku metode yang digunakan sedang dalam tema accidentals (sharp, flat, natural,) bukan berarti murid tsb siap untuk
mempelajari materi tsb. Justru metode pengajaran berkembang dan fleksibel
seiring dengan kebutuhan dan perkembangan sang anak. They need to LEARN IN DIFFERENT WAY, NOT IN THE HARDER WAY! Berikanlah tugas dengan
tingkat keberhasilan yang tinggi, supaya mereka menjadi lebih percaya diri dan
termotivasi. Hindari tugas yang terlalu sulit dan dukunglah murid Anda dengan
menjadi mentor yang baik. Berikan pujian atas usaha mereka, sekecil apapun itu. Mereka sangat membutuhkan pujian. Make studying FUN and REWARDING!
“The
best teachers teach from the heart, not the book.” - Anonym
3. STEP BY STEP
Anak-anak ADHD dan disleksia
umumnya sering mengalami kesulitan dalam memori visual jangka pendek. Oleh
karena itu Anda sebaiknya memberikan instruksi lebih
pelan, jelas, sederhana, dan bisa dimengerti oleh murid ybs - sesuai dengan ritme belajar mereka. Misalnya: “Taruh jari satu tangan kanan di C”.
Kemudian tunggu, berikanlah waktu supaya murid bisa memproses informasi yang ia
terima, baru melanjutkan ke instruksi selanjutnya. Jangan memberikan informasi
terlalu banyak dalam kurun waktu singkat, misalnya: instruksi memainkan ritmik
dan dinamika dalam waktu bersamaan. Latih bagian per bagian, sedikit demi
sedikit. Bagilah waktu pelajaran di kelas menjadi beberapa sesi @ 10 menit dan atur waktu jeda sebelum melanjutkan ke sesi berikutnya.
4. Media Audio Visual dan Materi Supplement
Apabila murid mengalami
kesulitan dalam membaca notasi balok secara visual, jangan paksakan murid untuk
belajar dengan metode tradisional. Sebisa mungkin gunakan alat bantu dalam
belajar seperti media audio visual, seperti iPad, games, CD, flash cards, stiker, magnet, dan materi suplemen lainnya. Temukan
alternatif lain dalam mengajar, misalnya: mengajar ritmik menggunakan alat
perkusi clave, wood block, atau xylophone. Perkuat kemampuan dan konsep
dasar, sebelum mengajarkan konsep yang jauh lebih sulit.
5. Catatan yang rapih dan mudah
dimengerti
Gunakan warna dan label stiker
(post-it) sebagai isyarat pada
halaman yang dilatih. Misalnya: treble
clef garis keduanya (G) menggunakan warna merah, garis keempat bass clef menggunakan warna biru, middle C menggunakan warna hijau/kuning,
mewarnai notasi balok yang mendapatkan tanda sharp/flat, simbol bintang warna oranye sebagai perubahan jari atau
posisi tangan. Tandai pula bagian yang harus dilatih di rumah pada halaman
partitur musik. Lalu tulis instruksinya dengan ringkas pada buku tugas mingguan
murid. Misalnya: practice RH/LH (lingkari RH atau LH dengan warna merah).
Organisasi dan kesederhanaan adalah kunci berlatih yang sukses. Less is more.
6. KOMUNIKASI & TOLERANSI
Kenalilah gejalanya sedini
mungkin. Murid mengalami kemajuan yang lambat, tidak fokus dalam pelajaran,
tidak bisa mengikuti instruksi, sulit melakukan kontak mata, dan mudah
frustrasi? Apabila murid bersikap demikian, ada baiknya Anda menelusuri
permasalahan ini dan mengambil tindakan lebih lanjut untuk mengetahui penyebabnya
dan mengkomunikasikannya dengan orang tua ybs. Perhatikan pemilihan kata-kata
Anda dalam berkomunikasi dengan anak berkebutuhan khusus, karena umumnya anak
berkebutuhan khusus sangat sensitif, tidak percaya diri, dan mudah frustrasi.
Pahamilah kebutuhan dan kondisi murid Anda. Jangan pernah membandingkan murid. Everybody is different. Disini dibutuhkan kesungguhan hati, rasa
toleransi, dan tenggang rasa yang besar.
7. POSITIF & OPTIMIS
Tetaplah positif dan optimis.
Kondisi murid yang mempunyai keterbatasan bukannya harus diratapi dan menjadi
alasan untuk menyerah begitu saja. Justru
sebagai orang tua dan guru, kita harus menggali, menemukan potensi, dan mencari alternatif
cara belajar yang multi kanal. Murid berkebutuhan khusus bukanlah murid idiot.
Umumnya mereka mempunyai IQ yang tinggi dan mempunyai kelebihan lainnya yang
tidak dimiliki oleh orang lain. Mungkin memori jangka pendek visual mereka
tidak baik, namun mereka mempunyai memori jangka panjang secara audio yang luar
biasa. Mereka adalah orang yang tekun, mempunyai keinginan belajar yang besar, sangat energik, dan seorang survivor.
Akhir kata, mengajar musik
bagi murid berkebutuhan khusus ibarat seperti bermain musik, you have to give it all. Tidak semua
guru musik mampu mengajar murid
berkebutuhan khusus. Namun, apabila Anda mempunyai murid berkebutuhan
khusus, hendaklah profesi ini dilihat
sebagai hal yang mulia dan pengalaman yang berharga dalam hidup. Merupakan suatu
kepuasan bathin tersendiri bagi seorang guru, apabila ia dapat berkontribusi
lewat musik dalam hidup seseorang. Ketika momen itu datang, it would be wonderful and so worth it! Happy
teaching!