"DUET PIANO"
SENI BERMAIN PIANO DALAM RANAH ENSEMBEL
by: Jelia Megawati Heru
STACCATO (October 2014)
“People who make music together cannot be
enemies, at least while the music lasts.”
- Paul Hindemith-
SOLO PIANO DAN DUET PIANO
Pianis adalah
sosok yang identik dengan image soloist, elite,
proud, majestic, independent, smart, high-maintenance, discipline, dan classy. Sayangnya
tidak semua pianis memiliki kemampuan dan pengalaman dalam bermain ensembel.
Entah karena belum ada kesempatan atau memang tidak mau bermain dengan pianis
lain yang “beda kelas.” Bahkan banyak
pianis yang justru takut atau menolak untuk bermain duet. Alasannya pun
terbilang cukup klise, “ya… nggak pengen
aja” atau “ya… saya cocoknya main
solo sih.” Hal ini bisa dimaklumi karena di tangan seorang pianis kelas
dunia sekalipun, sebuah permainan DUET
alih-alih bisa menjadi sebuah DUEL.
Tidak seperti
solo piano, duet piano ibarat pairing
atau berdansa tango, dan yang jelas bukan one
man show. Kesuksesan sebuah duet bukan ditentukan dari kecepatan teknik
jari ala superman dan siapa yang lebih menonjol atau keren. Dibutuhkan
perpaduaan chemistry cocktail yang
tepat, kemampuan dalam mencocokkan, menjodohkan potongan puzzle yang satu
dengan yang lainnya. Dibutuhkan kerja sama, keserasian, fleksibilitas,
toleransi, kemampuan beradaptasi sesuai dengan kondisi partnernya, sehingga
permainan menjadi harmonis, menyatu, dan tidak jarang - bahkan lebih menarik
dari permainan solo. Oleh karena itu duet piano merupakan sebuah SENI dan GENRE
bermain piano dalam ranah ensembel yang patut dipelajari dalam menu repertoire seorang pianis yang handal.
SEJARAH SINGKAT PERMAINAN DUET PIANO
Sebetulnya
keinginan bermain musik keyboard bersama telah ada sejak periode Johann Sebastian Bach, namun saaat itu harpsichord hanya mempunyai register
yang minim, yaitu sekitar lima oktaf. Hal ini membuat permainan side-by-side (duduk secara berdampingan)
menjadi sulit, selain itu permainan harpsichord
juga membutuhkan doubling suara pada
oktaf yang berbeda. Namun sejak piano diciptakan oleh Bartolomeo Cristofori, seorang harpsichord
maker dari Padua pada tahun 1709, dunia musik mengalami terobosan baru.
Piano merupakan instrumen musik dengan kontrol dinamika yang luar biasa, mulai
dari keras-lembut, crescendo-decrescendo,
dan proyeksi kualitas singing tone
yang lebih lama dan berkesinambungan (legato,)
penambahan register hingga 88 keys,
yang dilengkapi dengan inovasi tiga pedal, sehingga membuat piano menjadi the
king of instrument hingga saat ini.
Nannerl & WA. Mozart
Sejarah
permainan duet piano dimulai pada tahun 1765 di London, sejak Wolfgang Amadeus Mozart dan kakak
perempuannya, Maria Anna (aka ‘Nannerl’) bermain bersama pada dua harpsichord manual yang dibuat untuk Frederick, The Great. Leopold Mozart, ayah mereka
mempromosikan kedua anaknya dalam sebuah surat kabar di Inggris. Ia menyatakan
bahwa dunia untuk pertama kalinya akan melihat kehebatan dari seorang Wunderkind. Dimana Mozart akan memainkan
karyanya sendiri “Sonata in C, KV. 19d” - yang nota bene masih berumur 11 tahun
dan merupakan orang pertama yang menulis four-hand
sonata. Belum lagi menampilkannya dengan mata tertutup kain (blind-folded) bersama dengan kakaknya.
Sejak debutnya ini, Mozart merupakan sosok yang dikenal dunia sebagai seorang duettist – pemain duet yang pertama
yang juga mengkomposisi, menampilkan, dan mengajarkan duet piano hingga akhir
hayatnya. Mozart tidak hanya bermain dengan kakaknya, namun juga dengan muridnya,
a.l. Johann Nepomuk Hummel, Johann
Christoph Bach, dan Marianne
Martinez.
Sejak Mozart mempublikasikan
karya piano duet nya, permainan piano duet dengan sangat cepat menyebar dan
berkembang menjadi trend di kalangan kaum elite di Eropa dan Amerika Serikat.
Banyak komposer yang mengadakan resital piano empat tangan, salah satunya
adalah Muzio Clementi (1779.) Ludwig van Beethoven bahkan meminta Carl Czerny untuk mengajar
keponakannya, Karl van Beethoven dan
untuk melatihnya setiap hari dalam format duet piano. Franz Schubert adalah salah satu komposer yang banyak menerima
permintaan dari publishernya untuk mengkomposisi lebih dari 70 karya untuk duet
piano. Salah satunya ia dedikasikan untuk Ludwig van Beethoven, yaitu “Variations on a French Song, Op. 10, D
642.” Selain Schubert, komposer lain abad ke-19 yang tertarik dengan piano
duet a.l. Felix Mendelssohn, Clara
Schumann, Antonin Dvořák, Johannes Brahms, dan Franz Liszt.
Setelah
Revolusi Perancis, banyak kalangan aristokrat yang mengalami kebangkrutan dan
tidak mampu lagi untuk membayar orkestra maupun musik kamar (chamber music.) Namun hasrat untuk
mendengarkan musik tetap ada, disinilah duet piano menjadi populer. Umumnya
duet piano dibawakan oleh komposer dan asistennya dengan repertoire berupa
sinfoni maupun opera yang telah direduksi menjadi format duet piano. Format
komposisi duet piano pun menginspirasi para komposer hingga abad ke-21 dan
berkembang menjadi beberapa kategori: 1)
pedagogical use; 2) music for home & special occasions; 3) concert piece;
4) transcription.
FORMAT PIANO ENSEMBLE
Beberapa
format ensembel piano yang umum a.l. 1p/4h:
satu piano/empat tangan
(dua pemain di satu piano – sering disebut sebagai DUET
PIANO); 1p/6h:
satu piano/enam tangan (tiga pemain pada
satu piano - agak ramai); 2p/4h: dua piano/empat tangan (dua pemain, dua piano – sering disebut sebagai DUO PIANO); 2p/8h:
dua piano/delapan tangan (empat pemain pada dua piano, @2 orang); dan masih banyak varian lainnya.
HAL YANG PATUT DIPERTIMBANGKAN
DALAM BERMAIN DUET PIANO
DALAM BERMAIN DUET PIANO
1. PARTNER
Mencari
partner dalam duet piano, bak mencari partner dalam hidup. Partner idaman dan
ideal pada umumnya adalah orang yang memiliki latar belakang pendidikan musik
yang sama (kemampuan, level, teknik, pengetahuan musik, pemahaman musik,) mampu
bekerja sama, mampu menerima kritik yang membangun, dan mempunyai kepercayaan
terhadap partnernya. Sehingga keduanya dapat berkontribusi dan saling
mengembangkan diri. Seorang partner juga diharapkan untuk memiliki kemampuan
untuk bermain solo, melatih bagiannya sendiri, dan berkomitmen dalam berlatih
bersama sebagai team player. Apabila
salah satu dari pemain lebih unggul, maka tendensinya akan lebih condong ke
arah dominasi, sedangkan pemain lainnya akan condong lebih pasif. Mungkin hal
ini akan berhasil pada repertoire dengan tingkat pemula. Namun pada repertoire
tingkat lanjut, hal ini bisa menjadi masalah besar. Walau demikian beberapa
situasi tetap memungkinkan permainan duet piano pada level partner yang
berbeda, yaitu dalam ranah edukasi dan special
occasions. Dimana pemain yang satu akan belajar dari partner yang lebih
berpengalaman dan passion & fun
tetap menjadi inti dari bermain musik bersama. Misalnya: guru-murid, orang
tua-anak, saudara kandung, dan sesama teman yang mempunyai minat yang sama.
2. PRIMO ATAU SECONDO?
Pemain pertama
umumnya pada treble clef disebut sebagai PRIMO. Pemain kedua umumnya pada bass clef disebut sebagai SECONDO. Biasanya primo berperan sebagai
melodi dan secondo berperan sebagai accompaniment. Kualitas repertoire duet piano
yang tinggi, seharusnya mempunyai tingkat kesulitan hampir sama antara primo
dan secondo. Bagian secondo biasanya lebih sulit untuk dihafalkan karena berisi
iringan membosankan, yang berupa oom-pah, oom-pah. Idealnya memang setiap orang tidak hanya
mempelajari bagiannya saja, tetapi juga mempelajari bagian dari partnernya.
Karena sebuah duet piano membawa ide musik sebagai suatu kesatuan, walau
dimainkan oleh dua orang yang berbeda. Pertanyaannya adalah siapa pemimpinnya? Nobody! It’s a team-work! Umumnya pianis
yang memainkan melodi harus lebih dominan dibandingkan dengan iringan lagu.
Namun setiap pemain mempunyai tanggung jawab yang sama, harus bekerja sama, dan
saling menghargai partnernya demi kesinambungan penampilan duet piano mereka. Perseteruan
diantara kedua pemain akan tampak dalam ketidakharmonisan permainan mereka. Dan
ketika hal ini terjadi, maka duet piano ini rusak dan gagal.
3. TEKNIK PEDAL & FINGERING
Sebetulnya
tidak ada aturan baku, siapa yang harus memainkan pedal. Hal ini harus
diputuskan terlebih dahulu diantara kedua pemain. Hanya salah satu pemain yang
mengontrol pedal dari awal hingga akhir lagu. Umumnya pedal lebih nyaman
dimainkan oleh secondo dengan kaki kanan, dibandingkan primo dengan kaki kiri.
Pemain yang memegang peranan dalam memainkan pedal harus selalu mendengar dan
mengontrol pedal, sehingga alur melodi, motif, phrasing, dan tema dari lagu terdengar jelas, jernih, tidak blur karena terlalu banyak pedal. Kontrol
pedal yang tepat akan menjadikan musik menjadi lebih berwarna dan harmonis.
Musik abad ke-19 sampai ke-21 akan lebih banyak mendominasi penggunaan pedal
dibandingkan Musik Baroque dan Klasik. Namun pemain yang bijaksana tidak akan
bergantung pada pedal. No grey area,
please! Mereka akan berusaha memainkan legato dengan jarinya dan membuat
efek finger
pedal untuk mempertahankan alur melodi. Less is more. Sedangkan fingering yang digunakan sama dengan
permainan piano solo pada umumnya. Walau terkadang pemain harus menggunakan
penjarian yang tidak lazim, seperti substitute fingering 1-2-3 sebagai
ganti jari ke-4 dan ke-5, supaya tidak bertabrakan dengan jari pemain lainnya.
4. REPERTOIRE & EDISI
Selalu gunakan
edisi publisher yang sama dan gunakan repertoire yang satu hingga dua tingkat
lebih mudah dibandingkan tingkat pemain yang seharusnya. Walau di atas kertas
terlihat lebih mudah, belum tentu pemain pasti bisa memainkan repertoire tsb.
Karena duet piano melibatkan partner lain. Jadi sindrom pianis yang tidak bisa
bermain solo, oleh karena itu bermain duet – adalah tidak benar. Tidak semua
pianis solo mampu memainkan duet piano. Bermain duet piano sangat sulit, dibutuhkan waktu yang tidak
sebentar untuk menyelaraskan dua pemain dari latar belakang yang berbeda, bahkan untuk pianis kaliber dunia
sekalipun.
Seperti yang telah dibahas sebelumnya ada beberapa variasi duet piano dan
kategori – yang disesuaikan dengan kebutuhan pemain. Apakah untuk tujuan
edukasi, seperti: sight reading atau
hanya untuk bermain bersama ‘just for
fun,’ maupun menganalisa karya transkripsi sebuah sinfoni.
Satu judul lagu yang sama bahkan tersedia dalam beberapa versi seperti karya original solo piano (1p/2h,) original duet piano/aransemen untuk duet piano (1p/4h atau 2p/4h,) maupun karya orkestra yang ditranskripsi menjadi duet piano. Pianis profesional umumnya akan memainkan karya original duet piano atau “original duets” – yang sejak awal memang dikomposisi untuk duet piano, bukan karya transkripsi. Karena secara idiomatik, karya ini disesuaikan untuk empat tangan dari dua orang yang berbeda – baik secara posisi maupun register tangan yang ‘human’ dan nyaman. Untuk layout, Saya pribadi lebih memilih layout, dimana kedua pemain bisa melihat partitur partnernya. Dibandingkan layout menyamping, dimana masing-masing pemain hanya melihat partitur bagiannya.
LAYOUT PIANO DUET (SIDE-BY-SIDE)
LAYOUT PIANO DUET AT THE SAME PAGE
Satu judul lagu yang sama bahkan tersedia dalam beberapa versi seperti karya original solo piano (1p/2h,) original duet piano/aransemen untuk duet piano (1p/4h atau 2p/4h,) maupun karya orkestra yang ditranskripsi menjadi duet piano. Pianis profesional umumnya akan memainkan karya original duet piano atau “original duets” – yang sejak awal memang dikomposisi untuk duet piano, bukan karya transkripsi. Karena secara idiomatik, karya ini disesuaikan untuk empat tangan dari dua orang yang berbeda – baik secara posisi maupun register tangan yang ‘human’ dan nyaman. Untuk layout, Saya pribadi lebih memilih layout, dimana kedua pemain bisa melihat partitur partnernya. Dibandingkan layout menyamping, dimana masing-masing pemain hanya melihat partitur bagiannya.
5. POSISI BERMAIN
Karena pemain harus berbagi
ruang gerak yang sempit dan salah satu pemain harus mengontrol pedal, ada
baiknya pemain tidak menggunakan kursi yang sama. Lebih baik menggunakan dua adjustable
piano bench – kursi piano khusus yang bisa diatur ketinggiannya.
Biasanya posisi kursi diletakkan di tengah-tengah tuts piano middle C dan sedikit menyamping ke arah
luar. Agar salah satu pemain mempunyai ruang lebih untuk mengontrol pedal dan
agar posisi lengan/siku pemain tidak saling berbenturan. Atau apabila Anda
tidak memiliki kursi khusus semacam ini, Anda dapat menggunakan dua kursi biasa
tanpa sandaran lengan. Penting bagi setiap pemain agar mereka memiliki ruang
gerak nya sendiri dalam mengontrol permainan mereka dengan nyaman.
6. READING SCORE & DIY-EDITING
Diskusikanlah kemungkinan
interpretasi yang ada. Analisalah bagian yang sulit dan jangan lupa untuk
menuliskan hal yang telah disepakati bersama, a.l. fingering, dynamic, texture, phrasing, theme, dan motives. Make sure you’re on the same page and agreed on the same ideas! Berilah
tanda pada kedua score Anda dan juga
partner Anda! Idealis sah-sah saja. Namun memukan solusi dari problem-problem
Anda lebih penting. Jangan kekeuh dan egois dalam mempertahankan pendapat Anda.
Hal ini akan merusak kombinasi dan harmoni permainan musik Anda. Sight reading tidak disarankan dalam
duet piano, karena akan merusak kontinuitas dari lagu, ketika Anda membuat
kesalahan. Do your homework! Pelajari
bagian Anda dengan baik dan kenalilah bagian partner Anda! Berlatihlah di
titik-titik rawan kesalahan dan juga run-through
(dari awal hingga akhir lagu.)
7. SYNCHRONIZING & BALANCING TOGETHER
Tujuan dari bermain duet piano
adalah untuk terdengar seperti satu pemain dengan empat tangan super (BECOME ONE.) Tone yang dihasilkan harus
jernih, bukan tidak jelas, blur, dan membingungkan pendengar. Pemain harus
mempertahankan alur melodi dan menemukan cara dalam menjalin komunikasi yang
verbal maupun non verbal - berupa gesture, mimik, nafas, dan memberikan signal
yang tepat kepada partnernya pada saat gladiresik, maupun saat bermain bersama
(MUSICAL DIALOGUE.) Termasuk di
dalamnya adalah mengesampingkan ego pribadi demi kesinambungan musik (BEAUTIFUL & AUTHENTIC MUSIC) dan
belajar untuk mendengarkan orang lain sambil memainkan bagiannya (ACTIVE LISTENING.)
Jangan lupa untuk melatih keselarasan serta konsistensi dalam memulai dan mengakhiri lagu, juga bagian yang mengalami perubahan dinamika dan tempo. Seorang profesional biasanya tidak akan berbisik one-two-three untuk memulai lagu, namun memberikan signal berupa gerakan tangan dan nafas Namun bagi pemula, sangat krusial agar partnernya mengetahui seberapa cepat tempo lagu, apalagi pada awal lagu. Jadi menurut Saya tidak terlalu bermasalah untuk menghitung di awal lagu, selama tidak terdengar oleh penonton. Lalu tentukanlah siapa yang akan membalik halaman berikutnya. Jika tempo lagu cepat, mungkin lebih bijaksana untuk menggunakan seorang page turner. Jika menggunakan page turner, maka ybs. sebaiknya juga mengikuti latihan gladiresik duet piano. Have fun playing piano duet!
Jangan lupa untuk melatih keselarasan serta konsistensi dalam memulai dan mengakhiri lagu, juga bagian yang mengalami perubahan dinamika dan tempo. Seorang profesional biasanya tidak akan berbisik one-two-three untuk memulai lagu, namun memberikan signal berupa gerakan tangan dan nafas Namun bagi pemula, sangat krusial agar partnernya mengetahui seberapa cepat tempo lagu, apalagi pada awal lagu. Jadi menurut Saya tidak terlalu bermasalah untuk menghitung di awal lagu, selama tidak terdengar oleh penonton. Lalu tentukanlah siapa yang akan membalik halaman berikutnya. Jika tempo lagu cepat, mungkin lebih bijaksana untuk menggunakan seorang page turner. Jika menggunakan page turner, maka ybs. sebaiknya juga mengikuti latihan gladiresik duet piano. Have fun playing piano duet!
“There are two golden rules for an
orchestra: start together and finish together.
The public doesn't give a damn what goes on
in between.”
-Thomas Beecham-