Tuesday, October 7, 2014

"DUET PIANO" - Seni Bermain Piano Dalam Ranah Ensembel, by: Jelia Megawati Heru (Staccato, October 2014)

"DUET PIANO"
SENI BERMAIN PIANO DALAM RANAH ENSEMBEL
by: Jelia Megawati Heru
STACCATO (October 2014)


“People who make music together cannot be enemies, at least while the music lasts.”
- Paul Hindemith-

SOLO PIANO DAN DUET PIANO
Pianis adalah sosok yang identik dengan image soloist, elite, proud, majestic, independent, smart, high-maintenance, discipline, dan classy. Sayangnya tidak semua pianis memiliki kemampuan dan pengalaman dalam bermain ensembel. Entah karena belum ada kesempatan atau memang tidak mau bermain dengan pianis lain yang “beda kelas.” Bahkan banyak pianis yang justru takut atau menolak untuk bermain duet. Alasannya pun terbilang cukup klise, “ya… nggak pengen aja” atau “ya… saya cocoknya main solo sih.” Hal ini bisa dimaklumi karena di tangan seorang pianis kelas dunia sekalipun, sebuah permainan DUET alih-alih bisa menjadi sebuah DUEL


Tidak seperti solo piano, duet piano ibarat pairing atau berdansa tango, dan yang jelas bukan one man show. Kesuksesan sebuah duet bukan ditentukan dari kecepatan teknik jari ala superman dan siapa yang lebih menonjol atau keren. Dibutuhkan perpaduaan chemistry cocktail yang tepat, kemampuan dalam mencocokkan, menjodohkan potongan puzzle yang satu dengan yang lainnya. Dibutuhkan kerja sama, keserasian, fleksibilitas, toleransi, kemampuan beradaptasi sesuai dengan kondisi partnernya, sehingga permainan menjadi harmonis, menyatu, dan tidak jarang - bahkan lebih menarik dari permainan solo. Oleh karena itu duet piano merupakan sebuah SENI dan GENRE bermain piano dalam ranah ensembel yang patut dipelajari dalam menu repertoire seorang pianis yang handal.  
     
SEJARAH SINGKAT PERMAINAN DUET PIANO
Sebetulnya keinginan bermain musik keyboard bersama telah ada sejak periode Johann Sebastian Bach, namun saaat itu harpsichord hanya mempunyai register yang minim, yaitu sekitar lima oktaf. Hal ini membuat permainan side-by-side (duduk secara berdampingan) menjadi sulit, selain itu permainan harpsichord juga membutuhkan doubling suara pada oktaf yang berbeda. Namun sejak piano diciptakan oleh Bartolomeo Cristofori, seorang harpsichord maker dari Padua pada tahun 1709, dunia musik mengalami terobosan baru. Piano merupakan instrumen musik dengan kontrol dinamika yang luar biasa, mulai dari keras-lembut, crescendo-decrescendo, dan proyeksi kualitas singing tone yang lebih lama dan berkesinambungan (legato,) penambahan register hingga 88 keys, yang dilengkapi dengan inovasi tiga pedal, sehingga membuat piano menjadi the king of instrument hingga saat ini.

Nannerl & WA. Mozart

Sejarah permainan duet piano dimulai pada tahun 1765 di London, sejak Wolfgang Amadeus Mozart dan kakak perempuannya, Maria Anna (aka ‘Nannerl’) bermain bersama pada dua harpsichord manual yang dibuat untuk Frederick, The Great. Leopold Mozart, ayah mereka mempromosikan kedua anaknya dalam sebuah surat kabar di Inggris. Ia menyatakan bahwa dunia untuk pertama kalinya akan melihat kehebatan dari seorang Wunderkind. Dimana Mozart akan memainkan karyanya sendiri “Sonata in C, KV. 19d” - yang nota bene masih berumur 11 tahun dan merupakan orang pertama yang menulis four-hand sonata. Belum lagi menampilkannya dengan mata tertutup kain (blind-folded) bersama dengan kakaknya. Sejak debutnya ini, Mozart merupakan sosok yang dikenal dunia sebagai seorang duettist – pemain duet yang pertama yang juga mengkomposisi, menampilkan, dan mengajarkan duet piano hingga akhir hayatnya. Mozart tidak hanya bermain dengan kakaknya, namun juga dengan muridnya, a.l. Johann Nepomuk Hummel, Johann Christoph Bach, dan Marianne Martinez.


Sejak Mozart mempublikasikan karya piano duet nya, permainan piano duet dengan sangat cepat menyebar dan berkembang menjadi trend di kalangan kaum elite di Eropa dan Amerika Serikat. Banyak komposer yang mengadakan resital piano empat tangan, salah satunya adalah Muzio Clementi (1779.) Ludwig van Beethoven bahkan meminta Carl Czerny untuk mengajar keponakannya, Karl van Beethoven dan untuk melatihnya setiap hari dalam format duet piano. Franz Schubert adalah salah satu komposer yang banyak menerima permintaan dari publishernya untuk mengkomposisi lebih dari 70 karya untuk duet piano. Salah satunya ia dedikasikan untuk Ludwig van Beethoven, yaitu “Variations on a French Song, Op. 10, D 642.” Selain Schubert, komposer lain abad ke-19 yang tertarik dengan piano duet a.l. Felix Mendelssohn, Clara Schumann, Antonin Dvořák, Johannes Brahms, dan Franz Liszt.

Setelah Revolusi Perancis, banyak kalangan aristokrat yang mengalami kebangkrutan dan tidak mampu lagi untuk membayar orkestra maupun musik kamar (chamber music.) Namun hasrat untuk mendengarkan musik tetap ada, disinilah duet piano menjadi populer. Umumnya duet piano dibawakan oleh komposer dan asistennya dengan repertoire berupa sinfoni maupun opera yang telah direduksi menjadi format duet piano. Format komposisi duet piano pun menginspirasi para komposer hingga abad ke-21 dan berkembang menjadi beberapa kategori: 1) pedagogical use; 2) music for home & special occasions; 3) concert piece; 4) transcription.


FORMAT PIANO ENSEMBLE
Beberapa format ensembel piano yang umum a.l. 1p/4h: satu piano/empat tangan (dua pemain di satu piano – sering disebut sebagai DUET PIANO); 1p/6h: satu piano/enam tangan (tiga pemain pada satu piano - agak ramai); 2p/4h: dua piano/empat tangan (dua pemain, dua piano – sering disebut sebagai DUO PIANO); 2p/8h: dua piano/delapan tangan (empat pemain pada dua piano, @2 orang); dan masih banyak varian lainnya.


HAL YANG PATUT DIPERTIMBANGKAN 
DALAM BERMAIN DUET PIANO

1. PARTNER
Mencari partner dalam duet piano, bak mencari partner dalam hidup. Partner idaman dan ideal pada umumnya adalah orang yang memiliki latar belakang pendidikan musik yang sama (kemampuan, level, teknik, pengetahuan musik, pemahaman musik,) mampu bekerja sama, mampu menerima kritik yang membangun, dan mempunyai kepercayaan terhadap partnernya. Sehingga keduanya dapat berkontribusi dan saling mengembangkan diri. Seorang partner juga diharapkan untuk memiliki kemampuan untuk bermain solo, melatih bagiannya sendiri, dan berkomitmen dalam berlatih bersama sebagai team player. Apabila salah satu dari pemain lebih unggul, maka tendensinya akan lebih condong ke arah dominasi, sedangkan pemain lainnya akan condong lebih pasif. Mungkin hal ini akan berhasil pada repertoire dengan tingkat pemula. Namun pada repertoire tingkat lanjut, hal ini bisa menjadi masalah besar. Walau demikian beberapa situasi tetap memungkinkan permainan duet piano pada level partner yang berbeda, yaitu dalam ranah edukasi dan special occasions. Dimana pemain yang satu akan belajar dari partner yang lebih berpengalaman dan passion & fun tetap menjadi inti dari bermain musik bersama. Misalnya: guru-murid, orang tua-anak, saudara kandung, dan sesama teman yang mempunyai minat yang sama.

2. PRIMO ATAU SECONDO?
Pemain pertama umumnya pada treble clef disebut sebagai PRIMO. Pemain kedua umumnya pada bass clef disebut sebagai SECONDO. Biasanya primo berperan sebagai melodi dan secondo berperan sebagai accompaniment. Kualitas repertoire duet piano yang tinggi, seharusnya mempunyai tingkat kesulitan hampir sama antara primo dan secondo. Bagian secondo biasanya lebih sulit untuk dihafalkan karena berisi iringan membosankan, yang berupa oom-pah, oom-pah. Idealnya memang setiap orang tidak hanya mempelajari bagiannya saja, tetapi juga mempelajari bagian dari partnernya. Karena sebuah duet piano membawa ide musik sebagai suatu kesatuan, walau dimainkan oleh dua orang yang berbeda. Pertanyaannya adalah siapa pemimpinnya? Nobody! It’s a team-work! Umumnya pianis yang memainkan melodi harus lebih dominan dibandingkan dengan iringan lagu. Namun setiap pemain mempunyai tanggung jawab yang sama, harus bekerja sama, dan saling menghargai partnernya demi kesinambungan penampilan duet piano mereka. Perseteruan diantara kedua pemain akan tampak dalam ketidakharmonisan permainan mereka. Dan ketika hal ini terjadi, maka duet piano ini rusak dan gagal.


3. TEKNIK PEDAL & FINGERING
Sebetulnya tidak ada aturan baku, siapa yang harus memainkan pedal. Hal ini harus diputuskan terlebih dahulu diantara kedua pemain. Hanya salah satu pemain yang mengontrol pedal dari awal hingga akhir lagu. Umumnya pedal lebih nyaman dimainkan oleh secondo dengan kaki kanan, dibandingkan primo dengan kaki kiri. Pemain yang memegang peranan dalam memainkan pedal harus selalu mendengar dan mengontrol pedal, sehingga alur melodi, motif, phrasing, dan tema dari lagu terdengar jelas, jernih, tidak blur karena terlalu banyak pedal. Kontrol pedal yang tepat akan menjadikan musik menjadi lebih berwarna dan harmonis. Musik abad ke-19 sampai ke-21 akan lebih banyak mendominasi penggunaan pedal dibandingkan Musik Baroque dan Klasik. Namun pemain yang bijaksana tidak akan bergantung pada pedal. No grey area, please! Mereka akan berusaha memainkan legato dengan jarinya dan membuat efek finger pedal untuk mempertahankan alur melodi. Less is more. Sedangkan fingering yang digunakan sama dengan permainan piano solo pada umumnya. Walau terkadang pemain harus menggunakan penjarian yang tidak lazim, seperti substitute fingering 1-2-3 sebagai ganti jari ke-4 dan ke-5, supaya tidak bertabrakan dengan jari pemain lainnya.

4. REPERTOIRE & EDISI
Selalu gunakan edisi publisher yang sama dan gunakan repertoire yang satu hingga dua tingkat lebih mudah dibandingkan tingkat pemain yang seharusnya. Walau di atas kertas terlihat lebih mudah, belum tentu pemain pasti bisa memainkan repertoire tsb. Karena duet piano melibatkan partner lain. Jadi sindrom pianis yang tidak bisa bermain solo, oleh karena itu bermain duet – adalah tidak benar. Tidak semua pianis solo mampu memainkan duet piano. Bermain duet piano sangat sulit, dibutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk menyelaraskan dua pemain dari latar belakang yang berbeda, bahkan untuk pianis kaliber dunia sekalipun. Seperti yang telah dibahas sebelumnya ada beberapa variasi duet piano dan kategori – yang disesuaikan dengan kebutuhan pemain. Apakah untuk tujuan edukasi, seperti: sight reading atau hanya untuk bermain bersama ‘just for fun,’ maupun menganalisa karya transkripsi sebuah sinfoni. 

 LAYOUT PIANO DUET (SIDE-BY-SIDE)

 LAYOUT PIANO DUET AT THE SAME PAGE

Satu judul lagu yang sama bahkan tersedia dalam beberapa versi seperti karya original solo piano (1p/2h,) original duet piano/aransemen untuk duet piano (1p/4h atau 2p/4h,) maupun karya orkestra yang ditranskripsi menjadi duet piano. Pianis profesional umumnya akan memainkan karya original duet piano atau “original duets” – yang sejak awal memang dikomposisi untuk duet piano, bukan karya transkripsi. Karena secara idiomatik, karya ini disesuaikan untuk empat tangan dari dua orang yang berbeda – baik secara posisi maupun register tangan yang ‘human’ dan nyaman. Untuk layout, Saya pribadi lebih memilih layout, dimana kedua pemain bisa melihat partitur partnernya. Dibandingkan layout menyamping, dimana masing-masing pemain hanya melihat partitur bagiannya.

5. POSISI BERMAIN
Karena pemain harus berbagi ruang gerak yang sempit dan salah satu pemain harus mengontrol pedal, ada baiknya pemain tidak menggunakan kursi yang sama. Lebih baik menggunakan dua adjustable piano bench – kursi piano khusus yang bisa diatur ketinggiannya. Biasanya posisi kursi diletakkan di tengah-tengah tuts piano middle C dan sedikit menyamping ke arah luar. Agar salah satu pemain mempunyai ruang lebih untuk mengontrol pedal dan agar posisi lengan/siku pemain tidak saling berbenturan. Atau apabila Anda tidak memiliki kursi khusus semacam ini, Anda dapat menggunakan dua kursi biasa tanpa sandaran lengan. Penting bagi setiap pemain agar mereka memiliki ruang gerak nya sendiri dalam mengontrol permainan mereka dengan nyaman.

6. READING SCORE & DIY-EDITING
Diskusikanlah kemungkinan interpretasi yang ada. Analisalah bagian yang sulit dan jangan lupa untuk menuliskan hal yang telah disepakati bersama, a.l. fingering, dynamic, texture, phrasing, theme, dan motives. Make sure you’re on the same page and agreed on the same ideas! Berilah tanda pada kedua score Anda dan juga partner Anda! Idealis sah-sah saja. Namun memukan solusi dari problem-problem Anda lebih penting. Jangan kekeuh dan egois dalam mempertahankan pendapat Anda. Hal ini akan merusak kombinasi dan harmoni permainan musik Anda. Sight reading tidak disarankan dalam duet piano, karena akan merusak kontinuitas dari lagu, ketika Anda membuat kesalahan. Do your homework! Pelajari bagian Anda dengan baik dan kenalilah bagian partner Anda! Berlatihlah di titik-titik rawan kesalahan dan juga run-through (dari awal hingga akhir lagu.)

7. SYNCHRONIZING & BALANCING TOGETHER
Tujuan dari bermain duet piano adalah untuk terdengar seperti satu pemain dengan empat tangan super (BECOME ONE.) Tone yang dihasilkan harus jernih, bukan tidak jelas, blur, dan membingungkan pendengar. Pemain harus mempertahankan alur melodi dan menemukan cara dalam menjalin komunikasi yang verbal maupun non verbal - berupa gesture, mimik, nafas, dan memberikan signal yang tepat kepada partnernya pada saat gladiresik, maupun saat bermain bersama (MUSICAL DIALOGUE.) Termasuk di dalamnya adalah mengesampingkan ego pribadi demi kesinambungan musik (BEAUTIFUL & AUTHENTIC MUSIC) dan belajar untuk mendengarkan orang lain sambil memainkan bagiannya (ACTIVE LISTENING.)

Jangan lupa untuk melatih keselarasan serta konsistensi dalam memulai dan mengakhiri lagu, juga bagian yang mengalami perubahan dinamika dan tempo. Seorang profesional biasanya tidak akan berbisik one-two-three untuk memulai lagu, namun memberikan signal berupa gerakan tangan dan nafas Namun bagi pemula, sangat krusial agar partnernya mengetahui seberapa cepat tempo lagu, apalagi pada awal lagu. Jadi menurut Saya tidak terlalu bermasalah untuk menghitung di awal lagu, selama tidak terdengar oleh penonton. Lalu tentukanlah siapa yang akan membalik halaman berikutnya. Jika tempo lagu cepat, mungkin lebih bijaksana untuk menggunakan seorang page turner. Jika menggunakan page turner, maka ybs. sebaiknya juga mengikuti latihan gladiresik duet piano. Have fun playing piano duet!  

“There are two golden rules for an orchestra: start together and finish together.
The public doesn't give a damn what goes on in between.”
-Thomas Beecham-