Wednesday, July 3, 2019

FIRST LESSON IN BACH | by: Jelia Megawati Heru (Staccato, July 2019)

“FIRST LESSON IN BACH”
by: Jelia Megawati Heru
Staccato, July 2019

"Study Bach: there you will find everything."
Johannes Brahms



JOHANN SEBASTIAN BACH 
Siapa sih yang tidak mengenal nama besar Johann Sebastian Bach? Komposer asal Jerman ini merupakan salah satu komposer terhebat di perhelatan Musik Klasik, yang membawa gaya musik era Baroque ke tingkat spektakuler – kompleks, virtuoso, indah, dan passionate

Sejak orang tuanya meninggal, Johann tinggal bersama saudaranya, seorang organis gereja. Ia memiliki keinginan yang membara untuk memainkan musik. Bagi seorang Johann muda, musik lebih dari sekadar mendengarkan atau berlatih. Itu bisa menghiburnya ketika dia sedih. Musik adalah cara Johann untuk mengekspresikan pikiran dan perasaannya. 

BACH & HIS FAMILY

Kecintaan Johann terhadap musik dan dedikasi untuk berlatih sangat tinggi. Pada usia tujuh belas tahun, ia mendapatkan pekerjaan pertamanya sebagai organis gereja. Konon saking berbakatnya Bach, ia memenangkan kontes organ bahkan sebelum ia bertanding. "Tapi aku bahkan belum memainkan satu nada pun! Bagaimana aku bisa menang?", tanya Johann. "Orang Perancis itu (Louis Marchandmendengar bakatmu yang luar biasa dan dia memutuskan lebih baik untuk tidak bertanding,” ujar para juri. 



SOLI DEO GLORIA
Bagi seorang Bach, menulis musik adalah sebuah ungkapan iman. Ketika ia memainkan musik, ia merasakan jiwanya memuji Tuhan. Bahkan ia berkata, "Saya memainkan not-not seperti yang tertulis, tetapi Tuhan-lah yang membuat musiknya." Setelah beberapa tahun, Johann mendapatkan pekerjaan sebagai organis gereja dan direktur paduan suara di sebuah gereja kecil Jerman. 



Sayangnya musiknya sering disalahartikan. Beberapa anggota gereja merasa lagu yang ditulis Johann terlalu mencolok dan menarik perhatian. Bahkan beberapa menyebut musiknya “berdosa”. Musik itu harus sederhana dan tidak boleh menarik perhatian Jemaat kepada musik, maupun musisinya. Johann tertegun, miris, dan menarik napas dalam-dalam ketika mendengar hal ini. 

Johann berganti pekerjaan berkali-kali selama hidupnya, mencari kebebasan untuk menulis musik yang didengarnya dalam jiwanya. Johann memiliki hubungan yang baik dengan Leopold, Pangeran Anhalt-Köthen, dan menyusun banyak karya untuknya. Hingga pada satu titik, Leopold menikah dan istrinya tidak menyukai musik. Di kota Weimar, Johann bekerja untuk Adipati Weimar yang religius. Sang Duke mendorong Bach untuk terus menulis musik, meskipun hal ini tidak berlangsung lama.



INISIAL JJ & SGD: “YESUS, TOLONG AKU!”
Lahir di kota Eisenach, Jerman, membuat J.S. Bach tumbuh di bawah bayang-bayang Martin Luther dan menjadi seorang musisi Lutheran. Walau hidupnya sulit, Johann tidak pernah lupa akan Tuhan. Bach menggunakan inisial JJ “Jesu Juva”; bahasa Latin untuk “Jesus Help” pada awal komposisinya. 

Setiap kali Johann memulai karya baru, ia meminta pertolongan kepada Yesus untuk membantunya. Ia menundukkan kepalanya dan berdoa. "Ya Tuhan, tolong aku tunjukkan Kemuliaan-Mu melalui musik yang aku tulis. Semoga itu memberi-Mu kegembiraan dan membawa sukacita bagi Bangsa-Mu." 



Sebelum menulis satu not, Johann dengan hati-hati membentuk huruf JJ di bagian atas halaman. Setelah itu musik mulai mengalir dari jiwanya dan dari halaman ke halaman. Ketika Johann selesai, ia akan menambahkan inisial SDG, kepanjangan dari “Soli Deo Gloria” atau yang berarti “For the Glory of God Alone”, karena semua pekerjaannya dilakukan untuk Kemuliaan Tuhan. Johann berharap, bahwa ketika musik itu dimainkan, itu akan menunjukkan Tuhan.



GREAT ORGANIST, BUT NOT SO MUCH FOR COMPOSER
Orang-orang pada zamannya tidak pernah meragukan kemampuan Herr Bach sebagai seorang organis yang hebat dan cemerlang. Namun mereka tidak pernah menerimanya sebagai komposer yang hebat. 

Ketika Johann meninggal pada tahun 1750, musiknya telah dianggap kuno dan dilupakan oleh orang. Hingga 80 tahun kemudian “Matthew Passion” (kisah penyaliban dan kematian Yesus) ditemukan kembali oleh Felix Mendelssohn pada tahun 1829. Setelah publik tahu mengenai Musik Bach, musiknya ditampilkan pada berbagai konser dan event di seluruh dunia. Hingga Bach menjadi lebih tenar dari ketika ia masih hidup. 



KELUARGA BACH
Setelah menguasai harpsichord dan organ pipa, Bach bekerja sebagai organis gereja di kota-kota Arnstadt dan Mühlhausen, serta mulai menyusun repertoar musik organ. Selama masa ini, ia juga menikahi istri pertamanya, Maria Barbara Bach. Pasangan itu memiliki tujuh anak sebelum kematian dini Maria Barbara.



Keluarga Bach mempunyai rutinitas untuk bermain musik bersama pada waktu senggang. Alih-alih bermain video game atau jalan-jalan di kota, Bach akan mengumpulkan keluarganya di sekitar piano dan bernyanyi bersama. Setiap anak berkontribusi, mungkin memainkan instrumen, atau bergiliran bermain piano. Hal ini juga merupakan quality time dan sekaligus refreshing bagi mereka. Rumah Bach adalah pusat musik. Bach banyak menyelenggarakan acara musik di Leipzig pada saat itu.



Keluarga Bach merupakan keluarga yang sangat dikenal di kalangan musisi, khususnya karena telah menghasilkan enam generasi musisi profesional. Anak-anak Bach banyak yang menjadi musisi dan komposer, a.l. Wilhelm Friedemann, Carl Philipp Emanuel, Johann Christoph, dan Johann Christian (yang juga dikenal sebagai “Bach Inggris”).



NOTEBOOK FOR ANNA MAGDALENA BACH
Johann menikah lagi dengan Anna Magdalena, seorang penyanyi sopran profesional pada tahun 1721. Anna segera mengambil peran sebagai ibu tiri dari anak-anak Bach dan wakil pemimpin rumah tangga, yang bertanggung jawab atas pendidikan musik anak-anak, ketika Bach harus bekerja. Ia juga merupakan copyist dari J.S. Bach. Pada tahun 1725, Bach menghadiahkan Anna Magdalena sebuah notebook dengan kompilasi lembaran musik keyboard (manuskrip) dari Bach sendiri dan komposer lain di zaman itu – mulai dari menuet, rondo, polonaise, musette, hingga gavotte. Notebook inilah yang mengacu kepada Notenbüchlein für Anna Magdalena Bach, yang ditandai dengan judul “1725”. 


Notebook ini didekorasi dengan inisial Anna Magdalena tercetak dalam huruf emas dan semua halaman memiliki fitur tepian emas. Sebagian besar ditulis tangan oleh Johann Sebastian, beberapa dibuat oleh Johann Christian dan Carl Philipp Emanuel (putra J.S. Bach), dan beberapa diitulis oleh teman keluarga Bach. Hadiah seperti itu mungkin setara dengan scrapbook abad ke-18. Notebook ini memberikan gambaran tentang musik domestik pada abad ke-18 dan ragam musik keluarga Bach pada saat itu.

AWAL PERKENALAN DENGAN MUSIK BACH
Kemampuan untuk memainkan dan mengintepretasi karya-karya Bach menjadi tantangan tersendiri bagi pianis muda di seluruh dunia. Fitur Musik di Era Barok (1600 – 1750) ini memperlakukan setiap melodic line bukan sebagai melody and accompaniment, namun sebagai sebuah melodi yang independen atau contrapunctal.

Notebook untuk Anna Magdalena juga merupakan pengantar yang bagus untuk mengenal karya-karya Bach. Disini diperlukan kecakapan jari yang independen dan kebutuhan untuk merencanakan pengelompokkan jari yang seksama (posisi jari mana yang lebih mudah untuk mencapai nada berikutnya), kemampuan untuk mencapai jangkauan oktaf, dan merangkai pola yang berurutan (sequence) menjadi frase yang lebih panjang. 

Potongan-potongan yang ditemukan dalam Notebook untuk Anna Magdalena disusun tidak hanya oleh Johann Sebastian Bach tetapi juga oleh banyak komposer Baroque lainnya seperti Johann Christian Bach, Carl Philipp Emanuel Bach, Johann Gottfried Bernhard, Johann Gottfried Heinrich, Christian Petzold, Georg Böhm, dan François Couperin. 

MINUET IN G
Salah satu karya yang paling terkenal dari Notebook untuk Anna Magdalena adalah Minuet in G Major, BWV Anh. 114. Selama ratusan tahun Johann Sebastian Bach dianggap sebagai komposer dari minuet pendek ini, tetapi pada tahun 1970 ternyata ditemukan bahwa minuet ini sebetulnya ditulis oleh Christian Petzold, seorang harpsichordist Jerman. Walau demikian hal ini juga masih diteliti lebih lanjut, karena banyak bagian di dalam notebook ini masih anonym hingga hari ini.


Tidak mungkin membahas tokoh ikonik dan inspiratif seperti J.S. Bach dalam hanya satu artikel. Bach bukanlah seorang dewa, ia hanyalah manusia seperti Anda dan saya, yang tidak lepas dari masalah hidup dan kekurangan. Namun dari Herr Bach kita bisa memetik beberapa hal tentang hidup. 

Berbeda dengan masyarakat kekinian yang selalu mencari tren yang baru, ketenaran, dan eksistensi, seorang J.S. Bach mempunyai hasrat/gairah (passion) dan visi misi yang mendorongnya untuk menciptakan musik. Segala kesulitan yang ia hadapi hanya membuatnya semakin mencintai musik, termotivasi, dan lebih dekat dengan Sang Pencipta. Etos kerja yang tidak didasarkan pada kesenangan manusia, tetapi pencarian spiritual, yang terlepas dari belenggu popularitas. Musik adalah DOA dan IBADAH untuk seorang Johann Sebastian Bach. Sebuah harga yang harus dibayar mahal.



Walau banyak yang tidak memiliki pemahaman tentang kejeniusan dan kebesaran karyanya, ia telah menciptakan karya yang lebih banyak dari tiga kehidupan manusia. Tahan uji dan timeless. Nekat dan ekstrem. Apakah sepadan? Kalau tidak, efeknya tidak akan bergema sampai detik ini, Musik Bach masih dipelajari hingga tingkat universitas, mungkin tidak akan ada Mozart dan Beethoven. Tak terhitung berapa generasi yang mendapatkan pengaruh dari Bach. Tanpa Bach, mungkin juga artikel ini tidak akan pernah ditulis. Mungkin kalau J.S. Bach masih hidup, mungkin Beliau ibarat Steve Jobs, sedang menciptakan the next iPhone XX.