Saturday, September 1, 2018

PIANO ÉTUDE - by: Jelia Megawati Heru (Staccato, September 2018)

“PIANO ÉTUDE”
by: Jelia Megawati Heru
(Staccato, September 2018)



Familiar dengan nama Czerny, Burgmüller, dan Hanon? Nama-nama ini kerap kali identik dengan menu latihan jari yang monoton dan membosankan di kalangan siswa muda tahun kedua yang sedang mempelajari piano. Mengapa? Karena banyaknya pengulangan yang harus dilakukan. Latihan jari ini seperti menu makanan pembuka dalam latihan harian seorang pianis. Meskipun ada nilai dalam étude, untuk mendapatkan teknik jari independen, pendidik dan pianis harus lebih taktis dan cerdik dalam berlatih. Supaya tidak terjebak dalam rezim pengulangan ‘maraton jari’.



KENAPA SIH PERLU PIANO ÉTUDE?
Seperti yang kita ketahui, memainkan piano bukan hanya sekedar memencet tombol lift atau iPhone. Jadi latihan tangganada (scale) dan arpeggio biasa tidaklah cukup. Memainkan 88 tuts piano dengan sepuluh jari bisa menjadi sangat menantang – baik secara fisik, teknis, maupun artistik. Dibutuhkan keterampilan fisik (motorik halus), seperti: koordinasi, kekuatan, stamina, dan kemampuan intelektual yang tinggi. 

Seorang pianis yang baik akan dinilai, berdasarkan kecakapannya dalam menguasai teknik bermain yang tinggi dan memahami faktor estetika sebuah komposisi musik. Tantangan artistik ini biasanya mengacu kepada tantangan interpretatif. Sedangkan teknik bermain piano bervariasi, mulai dari velocity (kecepatan), dexterity (ketangkasan), accuracy (ketepatan), double grip (interval 3rd, 4th, 5th, 6th, 8ve), legato vs staccato, hingga memainkan ornaments (trill, mordent, turn) pada tempo yang cepat.