Friday, March 1, 2019

PIANO FOR BOYS - by: Jelia Megawati Heru (Staccato, March 2019)

“PIANO FOR BOYS”
by: Jelia Megawati Heru
(Staccato, March 2019)



Sebelum Anda membaca artikel kali ini, perlu diketahui pembaca, bahwa penulis bukanlah sexist dan tidak memihak. Artikel ini juga tidak mutlak berlaku untuk semua kasus (stereotype) dan pembaca disarankan untuk berpikiran terbuka dan bijak dalam menyikapi kondisi setiap murid yang berbeda (per kasus).

“Men are from Mars, and Women are from Venus.” Begitulah ujar penulis dan psikolog Amerika, John GreyPh.D. Pria dan wanita berasal dari planet yang berbeda. Tidak heran, bagaimana pria dan wanita mempunya pola pikir dan pendekatan yang berbeda dalam menanggapi stress dan masalah. Pria dan wanita merupakan dua makhluk yang berbeda, oleh karena itu tidak heran mengajar murid laki-laki membutuhkan pendekatan yang berbeda dengan murid perempuan, baik secara fisiologis maupun psikologis.

KESULITAN MENGAJAR MURID LAKI-LAKI
Walau tidak selalu, namun umumnya mengajar anak laki-laki bisa menjadi lebih menantang daripada mengajar anak perempuan. Apalagi jika mereka baru memulai belajar piano dalam usia remaja. Remaja bekerja dengan kecepatan serat optik, mengambil sampel informasi tiga kali lebih cepat daripada orang dewasa. Sayangnya kemampuan bermain musik jangka panjang tidak berfungsi dengan kabel digital otak seorang anak laki-laki secara alami. Sedangkan belajar piano ibarat lari marathon.


Keterampilan motorik halus dan keterampilan membaca anak laki-laki berkembang pada tingkat yang lebih lambat daripada perempuan. Butuh berbulan-bulan dan bertahun-tahun untuk mempelajari piano, sementara segala hal lain dalam hidup mereka terasa instan. Dunia digital telah mulai mengubah otak remaja, sementara guru terus berusaha mengajar dengan metode tradisional yang sama. No wonder, banyak murid yang kehilangan minat dan berhenti.


Anak laki-laki cenderung lebih aktif/energik, atau bahkan hiperaktif – sulit untuk duduk diam, sulit berkonsentrasi, tidak termotivasi, lebih suka memainkan lagu yang kekinian dengan nada yang keras dan tempo yang cepat. Anda akan mempunyai masalah besar, jika Anda mengajarkan lagu-lagu Musik Klasik yang bertempo lambat dan bernuansa princess atau fairy tale-like.

Gawatnya lagu-lagu yang ada di kurikulum “tradisional” sebagian besar adalah lagu-lagu seperti itu. Jelas guru piano tidak bisa memilih murid perempuan yang jenius dan tekun saja, dong? Disitulah kompetensi dan kesabaran seorang guru piano diuji. Jadi bagaimana cara mengajar yang efektif untuk tipe murid yang satu ini? Simak tips-tips berikut ini!


TIPS MENGAJAR PIANO UNTUK MURID LAKI-LAKI

1. HUBUNGAN YANG POSITIF
Tidak ada perasaan yang lebih baik, ketika kita melihat siswa kita maju, sukses, dan bersinar. Jika Anda ingin membuat dampak positif dalam kehidupan siswa, Anda harus membuat hubungan yang nyata. Kenali murid Anda! Anak laki-laki membutuhkan batasan. Mereka perlu tahu siapa yang bertanggung jawab di kelas. Anak laki-laki perlu tahu, bahwa gurunya memiliki minat yang tulus pada mereka dan menikmati proses belajar di dalam kelas. Umumnya mereka humoris dan menyukai guru yang mengerti tentang dunia mereka. 

Remaja akan dengan senang hati mengerjakan instruksi guru dalam kelas, jika mereka merasa dihargai. Karena itu adalah sesuatu yang berarti bagi mereka. Mereka merespons dengan baik orang-orang yang memiliki harapan terhadap mereka dan menghargai mereka. Anak laki-laki juga membutuhkan lebih banyak sinyal fisik (visual) daripada anak perempuan sebagian karena mereka tidak bisa membaca isyarat wajah.

Tanamkan gagasan tentang konsep berlatih dengan analogi. Misalnya: seperti belajar tenis/cabang olahraga lainnya yang membutuhkan latihan sebelum bertanding. Hal itu sama dengan piano: mempunyai aspek teknis bermain, melatih bagian-bagian kecil (detail), dan mengulanginya berkali-kali untuk mempelajari keterampilan tertentu yang akan dibutuhkan dalam permainan sesungguhnya.


2. REPERTOIRE KHUSUS          
Memilih repertoire dan teknik pengajaran yang sesuai dengan masing-masing siswa secara individual, terlepas dari gender, tentunya merupakan tugas dari seorang guru. Setuju. Tidak semua anak bisa dilatih ibarat kuda pacu yang harus memenangkan perlombaan. Tidak semua anak juga harus ikut ujian piano internasional. Setuju?! Dalam hidup, ada hal-hal yang lebih penting dari memenangkan perlombaan dan mendapatkan secarik sertifikat. Kegagalan bisa menjadi pembunuh motivasi. 

Anak laki-laki mempunyai kebutuhan rasa pencapaian yang tinggi – yang lebih besar daripada anak perempuan, untuk mempelajari karya yang berelasi dengan mereka dan terdengar keren, bagus, relevan, dan familiar/populer. Misalnya: tema film terkenal, seperti: Star Wars, Harry Potter, Mission Impossible, Pink Panther, dll. Hindari lagu ballet, yang berhubungan dengan bunga mawar atau keperi-perian. 

Lagu itu adalah media yang bisa menaikkan harkat dan martabatnya. Standard setiap orang berbeda-beda mengenai kesuksesan dan pencapaian tsb. Apa tolok ukurnya? Tolok ukurnya adalah kebahagiaan sang anak, harga diri, rasa percaya diri, daya tahannya dalam proses belajar jangka panjang (motivasi), dan tingkat apresiasi mereka terhadap seni, terutama musik.


3. BERIKAN TUJUAN (JANGKA PENDEK)
Anak laki-laki adalah penguasa minimalisme. Lebih sedikit aturan dan lebih sedikit kata yang digunakan adalah lebih baik. Pastikan mereka belajar banyak hal dengan cepat (efisien) dan teknik latihan yang efektif dalam waktu yang singkat. Akan sulit untuk mempertahankan fokus, apabila kemajuan anak terlalu lambat. 

Salah satu cara memastikan minat pada sifat jangka panjang dari mempelajari instrumen, adalah menetapkan tujuan dan penghargaan jangka pendek. Penyelesaian tujuan jangka pendek akan membuat anak tetap fokus dan termotivasi. Misalnya: talent show di sekolah atau performance yang direkam lalu diunggah ke youtube (pembelajaran berbasis proyek).


4. BERIKAN AKTIVITAS 
Anak laki-laki cenderung aktif dan mempunyai kebutuhan bergerak yang besar. Fokuslah pada latihan yang spesifik dan berorientasi pada aktivitas fisik yang lebih energik. Lelaki remaja menyukai musik berirama berulang-ulang dan teratur, terutama jika lagu tsb memiliki perubahan harmoni yang tak terduga dan tidak biasa. Hindari penjelasan yang panjang dan bertele-tele. Gunakan instruksi dengan kata-kata yang singkat. Do more, talk less.


5. GUNAKAN GRAFIK, GAMBAR, DAN TEKNOLOGI
Gadget dan games merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan remaja milenial zaman now. Kombinasikan pendekatan mengajar Anda dengan elemen ini sebagai inspirasi untuk belajar. Pengulangan hanya bisa terjadi, jika kemajuan dihargai (reward/appreciation). Permainan kompetitif tanpa pemenang utama bisa menjadi jurus belajar yang jitu bagi seorang anak laki-laki.

Jika dilakukan dengan bijak, pembelajaran dengan penggunaan games yang berkualitas dapat membuat murid menyelesaikan tugas yang sederhana secara bertahap dalam membangun keterampilan yang lebih kompleks. Dalam games terdapat umpan balik yang konsisten dan kejelasan dalam melatih konsep dan tekanan untuk berhasil. Hal ini memungkinkan anak untuk memantau tugas mereka dan apa yang perlu dilakukan untuk menyelesaikan tugas tsb. Akhir kata, tidak ada yang sia-sia. Pengalaman mengajar anak yang sulit, akan membawa Anda untuk menjadi pengajar yang lebih baik. 

"Even the darkest night will end and the sun will rise." - Victor Hugo
"The darkest night produce the brightest star." - John Green