Tuesday, January 7, 2014

"ETIKET KONSER MUSIK KLASIK" - by: Jelia Megawati Heru (Artikel Staccato Januari 2014)

"ETIKET KONSER MUSIK KLASIK"
by: Jelia Megawati Heru
Artikel Staccato Januari 2014


“Yada da da, yada da da, yada da daah…” (*Nokia Tune)
“SSSHH!!! Berisik! Tolong dong matiin HP nya!” (*sambil melotot)

Terdengar familiar? Yup! Itulah situasi stereotype dalam konser yang umumnya terjadi tidak hanya di Indonesia, tapi di seluruh dunia. Berbisik-bisik, suara ponsel berdering, suara batuk-batuk, mengambil gambar dengan lampu blitz kamera, mondar-mandir, merupakan beberapa contoh dari segelintir perilaku penonton yang mengganggu jalannya konser – khususnya konser Musik Klasik. 

Perilaku penonton yang terkadang aneh bin ajaib merupakan masalah yang sulit diatasi dan mimpi buruk bagi musisi yang akan tampil. Mungkin hal ini terdengar sepele, namun ketika kita berhadapan dengan publik, ada baiknya Anda mengetahui beberapa etiket konser yang berlaku dan mulai mawas diri – apalagi jika Anda adalah seorang guru musik. 

Ketidaktahuan publik terhadap etiket konser yang berlaku selain merusak momen, tidak sopan, tidak pada tempatnya, juga akan berpengaruh negatif terhadap apresiasi publik terhadap musik itu sendiri, dan memberikan citra stereotype yang buruk bagi murid. Jangan heran apabila orang bisa mondar-mandir, datang terlambat, pulang lebih awal pada saat musik sedang dimainkan – tanpa merasa bersalah sedikitpun atau berpikir tindakan mereka bisa mengganggu orang disekitar mereka. 


MENGAPA ADA ETIKET KONSER?
Berbeda dengan konser Musik Jazz, Musik Pop, atau Rock, Musik Klasik cenderung lebih formal dan serius. Dalam Musik Klasik dibutuhkan suatu kondisi yang tenang, supaya publik dapat menikmati pengalaman mendengarkan musik dalam sebuah konser live (umumnya ditampilkan secara akustik.) Intinya adalah bagaimana orang seharusnya (lazimnya) dapat menempatkan diri dalam situasi dan suasana yang berbeda, terutama di tempat publik. Aturan-aturan tsb umumnya tidak tertulis, namun dianggap sebagai suatu norma yang berlaku. Anda tidak mungkin memakai bikini dan sandal flip-flop dalam acara pesta formal kantor, bukan? Memasuki arena seperti casino dan fine dining saja, Anda diharuskan memakai dress code seperti mengenakan setelan jas/gaun dan sepatu. Dengan adanya sebuah etiket, publik diharapkan untuk bekerja sama dan berperilaku sebagaimana mestinya demi kenyamanan bersama. Hal ini bukan merupakan tanggung jawab penyelenggara maupun guru musik ybs saja, melainkan tanggung jawab bersama. 


AWAL MULA ETIKET KONSER MUSIK
Etiket konser bermula di Eropa Barat pada awal abad ke-17 di gereja, dimana musik merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan liturgi sebuah misa. Sebagaimana layaknya jemaat yang mendengarkan khotbah, paduan suara menyanyikan pujian, dengan lantunan musik organ, maka publik diharapkan untuk tenang serta khusyuk dalam doa, persekutuan, dan mendengarkan suara Sang Ilahi.

Pertunjukkan maupun konser musik juga populer di kalangan keluarga kerajaan dan bangsawan Eropa pada abad ke-17 dan ke-18. Dimana musik merupakan aspek yang krusial dalam kehidupan sosial manusia - sebagai sarana entertainment, perayaan, perkawinan, dan berkabung. Bentuk penghargaan terhadap pertunjukkan yang bagus bisa dilakukan dengan bertepuk tangan dan bersorak-sorai. Pada abad ke-19 penyelenggaraan konser di gedung konser (concert hall) memiliki pengaruh yang sangat besar pada etiket konser yang berlaku. Hal ini disebabkan oleh penggunaan teknologi audio-visual (seperti: mikrofon, monitoring, teknisi panggung, big screen); lalu aspek lain yang berkaitan dengan penataan panggung, akustik gedung, penggunaan teknologi kedap suara, dan tentunya skala penonton, ruangan, serta ensemble yang jauh lebih besar.

Budaya tenang selama jalannya pertunjukkan Musik Klasik menjadi semacam norma dan berakar kuat sejak abad ke-19, yaitu pada penampilan perdana “Parsifal” dari Richard Wagner di Bayreuth, Jerman. Wagner adalah komposer pertama yang mempopulerkan gagasan, bahwa segala bentuk kebisingan dalam sebuah konser Musik Klasik merupakan hal yang dirasa sangat tidak pantas, merusak momen, dan mengganggu ketenteraman penonton lainnya. Hal ini ditunjukkan dengan gesture (isyarat bahasa tubuh) seperti menaruh jari telunjuk pada bibir dan mengeluarkan suara seperti mendesis “Sssshh…”


TEPUK TANGAN, “BRAVO!” & “ENCORE!”
Sebagai bentuk apresiasi dari musik yang didengar, publik umumnya merespon dengan bertepuk tangan (applause) pada akhir pertunjukkan.  Apabila penonton betul-betul menyukai konser musik tsb, mereka bisa bertepuk tangan sambil berdiri (standing ovation) sebagai bentuk penghormatan terhadap pertunjukkan musik yang luar biasa. Bahkan tidak jarang menyorakkan kata dalam bahasa Itali “BRAVO!” (untuk vokalis pria) atau “BRAVA!” (untuk vokalis wanita,) yang berarti “sangat bagus.” Penonton juga dapat meminta pertunjukkan ekstra dengan terus bertepuk tangan dan menyorakkan kata dalam bahasa Perancis “ENCORE!” yang berarti “lagi!” atau “we want more!” 

Di beberapa kebudayaan seperti Inggris, penonton bisa bertepuk tangan sambil bersiul. Walau demikian, hal-hal seperti bersiul dan bersorak sebaiknya tidak dilakukan pada konser formal – this is a concert, not a soccer game! Umumnya musisi/ensemble/orkestra akan merespon antusiasme penonton dengan memberikan penghormatan kepada publik dengan membungkuk (take a bow) sesudah pertunjukkan. Apabila tepuk tangan tidak kunjung berhenti, maka musisi tsb akan memainkan satu lagu berdurasi pendek untuk merespon antusiasme penonton.


SEBELUM KONSER
  • ON TIME: Datang lebih awal dan usahakan untuk tepat waktu. Jika karena alasan tertentu Anda datang terlambat, maka tunggulah sampai musisi menyelesaikan lagunya dan publik bertepuk tangan. Dalam sebuah konser umumnya terdapat jeda waktu istirahat di antara dua sesi program. Inilah saat yang baik untuk masuk tanpa mengganggu penonton yang lain. 
  • DRESS CODE: berpakaian rapih dan formal. Jangan gunakan sandal, celana pendek, t-shirt, dan topi! 
  • PROGRAM BOOK & TICKET: Siapkan tiket Anda dan luangkan waktu untuk membaca buku program acara 
  • Manfaatkan waktu Anda untuk ke toilet, makan/minum sebelum acara dimulai

SELAMA JALANNYA KONSER
  • NO FOOD & DRINKS! Dilarang makan/minum dan merokok! 
  • ELECTRONIC OFF PLEASE! Matikan semua alat elektronik! Termasuk didalamnya adalah bunyi alarm jam dan “bip” pada jam tangan. 
  • NO Humming/tapping/singing a long! 
  • STAY CALM: Kendalikan diri Anda untuk tidak berbincang-bincang, berkomentar, berbisik-bisik, dan mengeluarkan suara/kebisingan (sound/noise,) seperti batuk-batuk, bersin, menyeka hidung, mengeluarkan bungkus plastik permen, dan tertidur. 
  • Jangan mondar-mandir dan meninggalkan ruangan lebih awal selama pertunjukkan masih berlangsung! Tindakan seperti ini merupakan hal yang sangat tidak sopan, mengganggu, dan juga merupakan penghinaan para musisi yang telah bekerja selama berbulan-bulan dalam mempersiapkan musik/konser tsb. 
 
  • NO CAMERA WITH FLASH! Umumnya beberapa gedung konser juga melarang aktivitas merekam konser dan mengambil foto dengan menggunakan blitz, karena akan mengganggu penonton lain. Adalah lebih baik jika Anda duduk tenang dan menikmati musik yang dimainkan, daripada sibuk merekam dan mengganggu penglihatan penonton lain (blocking.) Apabila Anda ingin mengambil gambar/merekam, mintalah ijin terlebih dahulu kepada penyelenggara. 
  • Apabila Anda memiliki anak kecil yang gelisah, tidak bisa duduk diam, atau bayi yang menangis, adalah bijaksana apabila Anda keluar dari ruang konser bersama anak tsb sampai anak tsb tenang. 
  • KNOW WHEN TO CLAP/GIVE APPLAUSE: tahu kapan dan dimana Anda harus bertepuk tangan. Umumnya pada akhir lagu atau satu set lagu – bacalah buku program acara yang diberikan oleh penyelenggara. 
Perhatikan contoh dibawah ini! 
Symphony No. 40 in G Minor, KV.550 - WA Mozart 
molto Allegro
Andante
Allegretto

Judul lagu umumnya diapit oleh dua tanda kutip dan terdapat tiga bagian dalam lagu ini dengan tiga tempo yang berbeda. Tepuk tangan sebaiknya dilakukan setelah orkestra memainkan bagian yang terakhir, yaitu: Allegretto. Sesudah bagian dan pertama dan kedua, penonton tetap tenang untuk menjaga fokus pemain dan menjaga keutuhan penafsiran, serta kontinuitas lagu. Jika Anda tidak yakin kapan Anda harus bertepuk tangan, solusi terbaik adalah menunggu sampai penonton lain mulai bertepuk tangan dan Anda bisa bergabung setelah itu.

Etiket konser ini sebaiknya diinformasikan dan disampaikan penyelenggara sebelum acara dimulai dan juga diajarkan oleh guru musik ke muridnya. Walau demikian etiket konser sebaiknya dipatuhi dan menjadi tanggung jawab bersama, tidak terkecuali publik untuk mendapatkan inspirasi, pengalaman, pemahaman, serta apresiasi dari musik yang didengar. Dalam sebuah konser live terkadang publik lupa, bahwa mereka adalah bagian dari konser itu sendiri.  Itulah pengalaman yang tidak bisa didapat dari menonton DVD.  

So, be a good listener and good audience! 
Wish you have a great concert experience!