Friday, September 5, 2014

"TANTANGAN MENGAJAR MUSIK DI ABAD KE-21" - by: Jelia Megawati Heru, Staccato (September 2014)

"TANTANGAN MENGAJAR MUSIK 
DI ABAD KE-21"
by: Jelia Megawati Heru
Staccato (September 2014)


WELCOME TO THE 21st CENTURY!
Globalisasi teknologi telah mengubah kehidupan kita dalam dua puluh tahun terakhir, khususnya di bidang komunikasi, konektivitas, dan akses terhadap informasi. Ingin mengetahui jawaban atau informasi tertentu? Tidak perlu capek-capek mencari di buku/ensiklopedia perpustakaan. Just “google” it! Kita juga senantiasa dapat terhubung dengan orang lain di belahan bumi yang lain kapan saja, dimana saja dalam hitungan detik. Tersesat? Nyalakan saja GPS di handphone Anda! Ingin mengetahui kabar teman dan kerabat Anda? Cek saja di media sosial! Ingin menonton video musik dari Berliner Phillharmony? Check it on youtube! Jadi dengan kondisi seperti ini, masihkah kita mengajar musik dengan cara yang sama – metode pengajaran “tradisional” atau OLD SCHOOL seperti dua puluh tahun yang lalu? Masihkah Musik Klasik relevan di zaman ini? Haruskah kita berevolusi dalam mengajar musik?


Dewasa ini anak-anak berkembang dalam lingkungan yang sangat berbeda dari lingkungan yang membentuk generasi terdahulu – termasuk Anda (guru) dan Saya. Seringkali kita sering merasa frustasi dalam mengajar generasi muda masa kini. Sayangnya entah kita suka atau tidak, kita tidak bisa mengubah dunia anak-anak sekarang dan berpura-pura zaman sekarang sama seperti keadaan dua puluh tahun yang lalu. Pertanyaannya apakah kita akan menghabiskan waktu untuk mengeluh tentang perubahan ini atau mencoba untuk memahami mereka dan mencari tahu bagaimana kita dapat mengajar lebih efektif dalam kondisi yang “canggih” ini?


GENERASI MILLENNIUM:
GENERASI  DIGITAL, GENERASI INSTAN
Di era digital dan teknologi, anak-anak terbiasa mendapatkan keinginan mereka dalam waktu singkat, langsung, serba instan, dan tanpa perlu bekerja keras. Umumnya mereka tidak sabaran, menginginkan banyak pilihan dan variasi, serta memiliki pendapat sendiri. Kita tidak dapat memaksa mereka untuk mengikuti aturan dan cara belajar tradisional. Hal-hal seperti ini bisa menjadi sangat memusingkan dan membuat depresi para guru musik - ibarat mimpi buruk. Untuk memahami dan menemukan alternatif solusi dalam mengajar musik di abad millennium ini, ada baiknya kita melihat karakteristik metode pengajaran yang “tradisional.”


KARAKTERISTIK METODE PENGAJARAN “TRADISIONAL” 
  • Dimulai sejak usia dini
  • Membutuhkan waktu dan proses yang lama
  • Menuntut kedisiplinan, konsistensi, dan kontinuitas yang tinggi
  • Menuntut tingkat keberhasilan yang tinggi (konser solo, ujian, festival, kompetisi)
  • Menggunakan standard repertoire satu genre musik saja, yaitu: Musik Klasik
  • Terfokus pada one-to-one private lesson 
  • Latihan dilakukan secara kontinu dan umumnya terfokus pada pengulangan dan membaca notasi balok
  • Komunikasi satu arah, umumnya guru aktif dan murid pasif menerima instruksi guru
  • Rentan dihinggapi virus kebosanan
  • Tidak adanya ruang bagi murid untuk berpendapat dan berkreativitas
  • Mempunyai sistem dan aturan yang baku (tidak fleksibel) – konsep teknik, dasar musik, filosofi, urutan standard repertoire

Jangan salah paham, Saya tidak mengatakan bahwa metode tradisional itu buruk. Metode pendidikan musik secara tradisional berhasil untuk beberapa siswa. Namun tidak semua metode berlaku dan berhasil untuk semua orang. Apalagi Musik Klasik bukanlah genre musik yang kita dengarkan dalam kehidupan keseharian kita. Bagaimana guru menuntut murid untuk memainkan standard repertoire Musik Klasik yang baik, sedangkan yang didengarkan murid sehari-hari adalah Musik Rap, Beyoncé atau Lady Gaga? Faktor inilah yang membuat Musik Klasik dan metode tradisional kehilangan relevansinya. Tidak semua anak dapat memainkan standard repertoire Musik Klasik atau menyukai Musik Klasik. Apabila demikian, apakah berarti anak tidak berbakat dan tidak perlu melanjutkan pelajaran musiknya? Kita sebagai guru dan orang tua pun tidak dapat memaksakan  kehendak mereka untuk membuat anak menyukai Musik Klasik. Oleh karena itu kita harus selalu mempunyai alternatif dan plan B.
 
Walau metode pengajaran tradisional mulai kehilangan relevansinya dengan generasi abad ke-21, ada beberapa nilai yang tidak pernah berubah dan tidak terbantahkan, a.l.
  • Disiplin, konsistensi dan kontinuitas 
  • Regular home practice 
  • High-quality music repertoire
  • Teknik bermain (posture & fingering) yang benar dan produksi tone yang indah
  • Pemahaman konsep teori musik yang solid (termasuk membaca notasi balok)
  • Pembentukan unsur musikalitas yang tinggi (sensitivity & engaging music)
  • Seni mendengarkan musik (the art of listening music) 

Namun demikian ada beberapa karakter dan kualitas metode pengajaran modern yang penting dimiliki di abad ke-21, a.l.
  • Penggunaan standard repertoire yang bervariasi dari genre musik yang berbeda
  • Kombinasi private lesson dan group lesson – baik dalam kelas, maupun online 
  • Komunikasi dua arah – menginspirasi murid untuk lebih aktif dan kreatif
  • Fleksibilitas bahan mengajar dan cara mengajar
  • Kemampuan guru untuk mengajar murid dari berbagai kalangan dan umur
  • Dukungan dan keterlibatan orang tua
  • Memupuk rasa cinta dan passion for music, serta memanusiakan “manusia” – membentuk murid menjadi pribadi yang kaya dan percaya diri.

APA YANG BISA KITA LAKUKAN UNTUK 
MENGAJAR LEBIH EFEKTIF DI ABAD KE-21? 

1. PAY ATTENTION, PLEASE! DENGARKAN & KENALI KARAKTER MURID ANDA 
Kenali murid Anda (secara individu, potensi diri, dan dari segi musikalitas) dan dengarkan pendapat mereka! Sebagai guru kita harus tahu dengan siapa berhadapan dan harus mempersiapkan diri untuk mengajar murid dari berbagai umur dan latar belakang. Tidak semua murid mempunyai kesempatan untuk belajar musik sejak dini. Kenali kebutuhan mereka – apakah mereka bermain musik hanya sebagai hobby, atau orang tua mereka mengharuskan mereka untuk mengikuti ujian? Apakah mereka suka Musik Klasik atau Musik Pop? Daripada memaksakan hal yang tidak mereka sukai, lebih baik cari tahu hal apa yang bisa membuat mereka tertarik dan termotivasi? Connect with them! A great teacher quickly learns how to make the right connection at the right time! 


2. RESPON POSITIF, KOMUNIKASI DUA ARAH & ORANG TUA SEBAGAI PARTNER
Jalinlah komunikasi yang baik dengan mereka, berikan pengertian, solusi alternatif lewat dialog maupun diskusi. Guru di abad ke-21 diharapkan mempunyai kemampuan komunikasi yang cakap terhadap murid dan orang tua. Hindari kritik negatif dan sarkasme. Belajarlah untuk menanyakan “the right question” yang dapat memotivasi murid dan usahakan tetap tenang, obyektif, dan positif dalam menanggapi pertanyaan maupun kesalahan murid. Sometimes it’s not what you say; it’s the way that you say it! Body language (mimik, gesture) dan nada bicara yang afirmatif dan positif - seperti senyuman, anggukan kepala, serta pujian mempunyai efek luar biasa dalam menumbuhkan rasa percaya diri dan antusiasme murid.

Pertanyaan mempunyai fungsi untuk mengkonfirmasi kondisi murid & pengetahuan musik mereka, menstimulasi ingatan mereka mengenai topik/informasi yang pernah dipelajari, serta mendiagnosa problem yang dihadapi murid. Jangan ajukan pertanyaan yang sinis, hyper-critical, yang menjatuhkan dan tidak bisa dijawab murid – hanya untuk sekedar pamer maupun mengetes murid. Hal tsb. sangatlah tidak mendidik dan tidak produktif.

Murid membutuhkan bantuan dan mentor dalam belajar, bukan kritik betapa tidak kompetennya diri mereka. Dalam bertanya, berikan juga waktu bagi murid untuk berpikir dan merespon pertanyaan yang diajukan. Tidak ada waktu bertemu dengan orang tua? Gunakan email dan smart phone untuk mengkomunikasikan evaluasi/student report mengenai kondisi anak mereka! Faktor lingkungan dan dukungan orang tua mungkin adalah salah satu hal yang paling menentukan pada metode mengajar modern, yang sebelumnya mungkin tidak diperhitungkan dalam metode mengajar tradisional. 


3. PERSONALISED TEACHING METHOD – FUN & PLEASURABLE
Metode otoriter dan diktator sudah usang. Lupakanlah latihan jari ala militer yang membosankan! Setiap murid mempunyai kebutuhan yang berbeda. Pendekatan mengajar setiap orang berbeda. Tidak semua murid cocok dengan suatu metode yang sama. Anda harus tegas dalam menentukan tujuan (goal,) namun jadilah fleksibel dalam meraih tujuan tsb. Tentu saja kerja keras dan disiplin dibutuhkan dalam pelajaran musik. Namun sebuah kelas musik jangan sampai menjadi membosankan, kaku, dan tidak menyenangkan.

Tugas guru bukan hanya sekedar “memaksa” murid untuk berlatih, tetapi mengembangkan potensi diri mereka dan membuat mereka memahami bahwa latihan itu diperlukan dalam rangka mengembangkan diri mereka. Sehingga mereka berlatih bukan karena “terpaksa,” namun karena mereka menginginkannya. Jangan membuat murid untuk berlatih secara berulang-ulang tanpa memberikan komentar apapun dan TIPS of “WHAT TO PRACTICE & HOW TO PRACTICE” (SMART PRACTICE.)

Selain membuang-buang waktu, pengulangan tanpa perkembangan yang positif akan membuat murid merasa frustrasi dan kehilangan percaya diri. Analisalah dimana letak problem nya dan berikanlah solusi dalam bentuk bagian per bagian (small/bite-sized chunks.) Usahakan agar instruksi guru relevan, jelas dipahami (well-explained & clear) dan detail (specific,) serta singkat padat bagi murid. 


4. RUANG UNTUK BERKREASI 
Think out-of-box! Banyak cara untuk belajar, terutama lewat GAMES. Anda bisa menggunakan  flash cards, improvisasi, dan komposisi untuk mengajarkan konsep ritmik dan interval. Disinilah guru ditantang untuk berkreasi dan menjadi kreatif. Temukanlah 1001 cara untuk mengajarkan konsep yang sulit menjadi sederhana dan mudah dimengerti oleh anak. Gunakanlah aplikasi permainan untuk musik di smart phone. Sesekali kita dapat membiarkan murid untuk mengatur dan memilih kegiatan apa yang ingin mereka lakukan. Biarkan anak menjadi dirinya sendiri dan mengutarakan pendapat mereka. Berikan kepercayaan kepada mereka. Umumnya mereka senang menjadi boss dan dengan mengambil kepemilikan kegiatan yang ingin mereka lakukan. Sehingga mereka memperoleh rasa kepuasan serta kebanggaan bagi diri mereka sendiri. 


5. KEEP UP-TO-DATE & UPGRADE! 
The true teacher never stops learning and is also a good student. Sebagai guru, kita mempunyai kebutuhan untuk mengembangkan diri kita. Perluaslah wawasan Anda, be open minded! Perluas pengetahuan Anda tentang repertoire modern (misalnya: Musik Pop, Musik Jazz, Musik Elektronik,) jangan memainkan lagu yang itu-itu saja. Be creative! Gunakan unsur teknologi digital dalam kegiatan mengajar Anda. Misalnya: penggunaan smart phone untuk mendengarkan musik bersama di kelas, memainkan MP3 play-a-long, menonton video youtube dari Berliner Philharmony atau Andras Schiff, menggunakan aplikasi metronome maupun tuner elektronik di iPad/iPhone Anda, bahkan merekam latihan anak di rumah untuk evaluasi bersama guru di kelas. Jadikan Musik Klasik relevan, misalnya dengan mendengarkan musik yang digunakan di iklan atau soundtrack film tertentu, maupun menayangkan video sekilas tentang biografi komposer terkenal, atau memberikan fotokopi/buku bergambar mengenai Nutcracker Suite. Temukan kaitan musik dalam hidup mereka dan mulailah dari sana.

6. MASTER PLAN & BE ORGANIZED
Fleksibel tidak menjadikan Anda bodoh dan tidak terarah. Anda tetap harus mengetahui tujuan akhir Anda dan murid harus mengikuti aturan main yang berlaku. Sebagai guru kita diharapkan untuk senantiasa menyediakan PLAN B, apabila kondisi murid sedang tidak “fit.” Jangan tunggu hingga murid melakukan kesalahan terlebih dahulu baru kita berpikir. Guru dan murid harus sama-sama proaktif. Persiapkan agenda dan lesson plan Anda dengan baik. Do your homework!

Jangan lupa Anda juga harus mempersiapkan semua “TEACHING TOOLS” Anda yang relevan dengan materi pengajaran Anda. Fleksibel bukan berarti murid bisa datang terlambat atau di saat-saat terakhir membatalkan kelas musiknya. Berhalangan karena sakit atau macet? Ada teknologi “canggih” yang disebut sebagai telepon atau SMS. Jelaskan aturan yang berlaku sebelum Anda memulai kelas musik dengan murid dan orang tua. Ada persyaratan/standard minimal yang harus dipenuhi dalam sebuah kelas musik. Kerja keras, disiplin berlatih, dan tepat waktu adalah salah satunya. Dan murid harus berkomitmen untuk itu sebelum memulai kelas musiknya.

Unfortunately, laziness is not an option in ANY teaching method 
– in twenty years ago or now!  
Good luck and happy teaching!