“GOOD MORNING, BEETHOVEN!”
by: Jelia Megawati Heru
(Staccato, November 2019)
DARI REVOLUSIONER KE IDOLA
DUN-DUN-DUN-DUNNNNN! Hanya butuh empat nada untuk mengubah dunia. Ini mungkin adalah lagu yang paling ikonik dari salah satu komposer yang paling berpengaruh dalam sejarah Musik Klasik. Lagu apakah itu? Yup, it’s Herr Beethoven dengan Simfoni No. 5 nya yang menggelegar.
Motif empat nada ini terkenal dengan sebutan 'Fate knocking at the door'. Sang takdir yang mengetuk pintu. Sadisss… Beethoven jelas tahu bagaimana membuat pendengarnya “BANGUN” dan membuat mereka MENDENGARKAN. Hmm… mungkin ini bisa menjadi ide nada dering bangun pagi. #pagipagimintadibullynetizen
Ludwig van Beethoven (1770-1827) adalah seorang pianis dan komposer dari Jerman yang paling berpengaruh dalam sejarah Musik Klasik, selain JS. Bach dan WA. Mozart. Karya-karya Beethoven menjembatani transisi antara Era Klasik dan Romantik. Bahkan tidak berlebihan jika dikatakan ia menyeret Era Klasik menuju ke Romantik. Ia adalah seorang pelopor, inventor, revolusioner, dan visioner di masanya. Selama 56 tahun hidupnya, ia menulis lebih dari 240 karya – termasuk diantaranya: 9 sinfoni, 32 piano sonata, 5 piano concerto, 1 opera, dan 16 string quartet.
PAHIT GETIR KEHIDUPAN BEETHOVEN
Ketika orang mendeskripsikan Beethoven, maka terbayanglah sosok dengan dengan ekspresi wajah yang serius, tidak ramah, dan rambut sangar terurai. Ya, Beethoven memang adalah orang yang sulit, temperamental, paranoid, atau bahkan banyak yang menyebutnya gila “A MAD GENIUS”.
Well, Anda harus tahu, hidup tidaklah mudah bagi seorang Beethoven muda. Masa kecilnya suram. Hari-harinya dilewati latihan larut malam berjam-jam dengan tangisan dan pukulan di kepalanya apabila ada nada yang salah dari ayahnya sendiri, seorang pemabuk yang bercita-cita anaknya menjadi sebuah keajaiban musik, seorang prodigy, seperti WA. Mozart. Pukulan itulah yang membuatnya telinganya berdengung pada usia 26 tahun, kondisinya terus menurun hingga akhirnya ia tuli total pada usia 44 tahun.
Ibunya meninggal ketika ia masih belia dan pada usia sebelas dia harus meninggalkan sekolah untuk menghidupi keluarganya. Hidupnya pahit dan terisolasi oleh gangguan pendengaran dan sakit perut kronis yang dideritanya sejak usia 20-an (sekitar tahun 1798). Karl, keponakan kesayangannya pun sempat melakukan upaya bunuh diri. Hidup Beethoven selalu diliputi dengan kesedihan, penderitaan, dan kesepian.
Rumah kelahiran Beethoven di Bonn, Jerman
Dalam kesengsaraannya, Beethoven menggambarkan keputusaannya dengan nada panjang dan pedih, bahwa dia menyembunyikan seluruh hidupnya. “Oh Anda, orang yang berpikir atau mengatakan bahwa saya jahat, keras kepala, atau tidak peduli, betapa anggapan Anda itu salah. Anda tidak tahu penyebab rahasia yang membuat saya tampak seperti itu. Saya akan mengakhiri hidup saya - hanya seni saya yang menahan saya. Ah, rasanya mustahil untuk meninggalkan dunia sampai aku telah melahirkan semua yang kurasakan ada di dalam diriku."
SILENT NIGHT: MENDENGAR DALAM KESUNYIAN
Pada usia 30 tahun, ia menulis kepada seorang teman masa kecilnya, yang saat itu bekerja sebagai dokter di Bonn tentang gangguan pendengaran yang dideritanya:
"For the last three years my hearing has grown steadily weaker. I can give you some idea of this peculiar deafness when I must tell you that in the theatre I have to get very close to the orchestra to understand the performers, and that from a distance I do not hear the high notes of the instruments and the singers’ voices… Sometimes too I hardly hear people who speak softly. The sound I can hear it is true, but not the words. And yet if anyone shouts I can’t bear it."
Beethoven mencoba merahasiakan masalah ini dari orang-orang terdekatnya. Dia khawatir kariernya akan hancur, jika ada yang menyadarinya. "For two years I have avoided almost all social gatherings because it is impossible for me to say to people 'I am deaf. If I belonged to any other profession it would be easier, but in my profession it is a frightful state."
Pernahkah Anda bermain piano dengan menggunakan ear plugs? Mungkin itulah yang dirasakan Beethoven ketika ia bermain piano. Sejak Beethoven mengalami gangguan pendengaran, ia terpaksa harus mengurangi performanya untuk konser di depan publik. Mengapa? Karena akhirnya ia merusak pianonya dengan “menggedornya” dengan keras, agar ia bisa mendengar nadanya. Sedangkan ketika ia bermain dengan lembut, nada nya malah tidak bunyi sama sekali. Musiknya tidak dapat dipahami publik lagi. Sejak saat itu Beethoven tidak tampil di depan publik lagi.
Beethoven di Wina, Austria
MUSIK: DENYUT NADI JIWA BEETHOVEN
MUSIK adalah satu-satunya yang membuatnya tetap hidup dan berkarya. Dalam kondisi tuli, ia tetap menulis musik dan berusaha mengatasi kesulitannya secara pribadi, sosial, dan profesional.
Lho, kalau Herr Beethoven tidak bisa mendengar, bagaimana caranya ia menulis musik?
Beethoven memiliki nada mutlak (perfect pitch), sehingga dia bisa membayangkan suara dan harmoni dalam benaknya tanpa mendengarnya pada instrumen. Selain itu Beethoven telah mendengar dan memainkan musik selama tiga dekade dalam hidupnya.
Ia tahu bagaimana bunyi instrumen dalam sebuah orkestra dan bagaimana instrumen tsb bisa berpadu dengan harmonis. Ia bisa mendengar setiap nada dan nada yang dia tulis di telinga, hati, dan pikirannya. Justru karya-karyanya dalam dekade terakhir hidupnya merupakan masterpiece yang paling epik.
Apakah ketulian Beethoven mengubah musiknya?
Ya. Ketika Beethoven masih dapat mendengar rentang frekuensi penuh, ia menggunakan nada-nada yang lebih tinggi dalam komposisinya. Ketika pendengarannya memburuk, ia mulai menggunakan nada rendah yang terdengar lebih jelas. Moonlight Sonata dan enam simfoni ditulis dalam periode ini. Namun menjelang akhir hidupnya, ia mulai menggunakan nada yang tinggi kembali ke dalam komposisinya.
APA YANG SPESIAL DARI MUSIK BEETHOVEN?
1. ORISINIL & VISIONER
Yang menarik dari Beethoven adalah gaya musik nya yang orisinil, memiliki ciri khas nya sendiri, dan jiwa yang radikal. Dalam istilah jaman now, Beethoven itu bukan follower, tapi seorang trend setter dan influencer. Beethoven dapat mengambil ide sederhana dan mengembangkannya menjadi skala yang besar. Ia mengeksplorasi dan mendorong musik ke arah yang baru. Individualis dan anti-mainstream – lepas dari pengaruh komposer atau trend manapun.
Beethoven juga adalah seseorang yang super perfeksionis. Ia akan merevisi musik yang ditulisnya berulang-ulang, lagi dan lagi tanpa tidur berhari-hari sampai ia mencapai tujuan dan musik yang diinginkannya sampai ke detail artikulasi dan dinamika yang sangat bervariasi – mulai dari staccato ke staccatissimo dan ppp ke ffff. Musik Beethoven dipenuhi dengan banyak kontras, seperti Yin dan Yang. KARISMATIK, namun TEMPERAMENTAL dan ENERGETIK. SANGAT KERAS, tapi juga bisa SUPER LEMBUT. Ia juga tidak segan-segan mengeksplorasi dan mendobrak struktur, harmoni, dan bentuk “klasik”.
2. KAYA VARIASI MOTIF & TEMA
Beethoven adalah King of Motifs. LESS IS MORE. Awal dari Symphony No. 5 in c minor merupakan motif yang dikenal oleh dunia sebagai ciri khas dari sang maestro. Motif nya hanya terdiri dari empat nada. Namun Beethoven selalu menggunakan motif triplet ini dalam setiap karyanya dan variasi pengembangannya yang sangat dinamis dan progresif. Nantinya gaya komposisi ini akan menjadi cikal bakal teknik orkestrasi modern di abad ke-19.
3. SINFONI
Satu kata yang dapat melukiskan kemegahan dari Sinfoni Beethoven: MAGNIFICENT! Sinfoni Bethoven dikenal sangat panjang, lebih besar, lebih keras, lebih cepat, lebih menggairahkan, dan menggelegar. Beethoven mengambil konsep terbaik era Klasik dan membawanya ke level yang baru dari segi kedalaman emosional, warna, dan tingkat dinamika yang lebih ekstrem. Ia juga memperkenalkan bassoon dan trombone sebagai instrumen orkestra dengan efek yang luar biasa.
Walau Beethoven hanya menulis 9 sinfoni, yang terbilang sangat sedikit jika dibandingkan dengan papa Haydn (107 Sinfoni). Namun kesembilan sinfoni ini merupakan repertoar wajib setiap orkestra dunia. Beethoven melakukan gebrakan dengan menggabungkan musik vokal – dengan kombinasi empat penyanyi solo dan paduan suara, menyanyikan puisi dari Friedrich Schiller “Ode to Joy” dalam Finale Sinfoni No. 9.
4. MAHAKARYA PIANO
Tanpa Beethoven, mungkin banyak orang yang tidak akan memainkan piano. Beethoven secara tidak langsung mempopulerkan piano sebagai musik instrumental dan mengukuhkannya sebagai the king of instrument. Karya-karyanya berdampak besar bagi dunia. Sebut saja “Moonlight Sonata”, “Storm Sonata”, “Pathetique Sonata”, “Für Elise”, dll. Beethoven juga memperluas ruang lingkup sonata, simfoni, konser dan kuartet.
Anda mungkin bingung, bagaimana musik yang indah, luar biasa, jenius, rumit ini ditulis oleh seorang yang tuli dan sengsara seperti ini? "Plaudite, amici, comedia finita est"("Applaud, my friends, the comedy is over") Itulah kata-kata terakhir dari Beethoven.
“I shall hear in heaven”
Ludwig van Beethoven