Saturday, June 8, 2013

"S.O.S! Anak Saya Mogok Latihan!" - Artikel Staccato Juni 2013

“S.O.S! 
ANAK SAYA MOGOK LATIHAN!”
Oleh: Jelia Megawati Heru
Artikel Staccato Juni 2013


Belajar memainkan alat musik tidaklah mudah. Tujuh (7) dari setiap delapan (8) anak yang duduk di kelas satu menyerah ketika dihadapkan pada ujian piano ABRSM dan memutuskan untuk berhenti sebelum kelas tujuh. Alasan utama para siswa ini menyerah adalah mereka tidak suka berlatih dan mereka belajar bermain piano hanya karena paksaan dari orang tua nya saja.


BEING “A TIGER MOM”
Umumnya di Asia, beberapa orang tua menyikapi sikap malas latihan anaknya dengan agresif, seperti: memaksa, omelan, kritik destruktif, membandingkan, ancaman, bahkan kekerasan fisik – yang cenderung berakhir dengan uraian air mata. Akibatnya beberapa anak menjadi mogok latihan, bahkan tidak jarang mogok makan, dan mogok sekolah. Terkadang kita hanya mengambil jalan pintas, tanpa mempertimbangkan efek sampingnya di kemudian hari. Sikap yang negatif terhadap anak akan menumbuhkan kebencian terhadap musik, tidak menghargai orang tuanya sendiri, hingga tidak adanya kepercayaan diri lagi. Karena anak tidak diperlakukan sebagaimana mestinya sebagai seorang individu. 


ABOUT REWARD, INSENTIVE & BRIBE
Beberapa orang tua lain yang sudah kewalahan menghadapi perilaku anaknya yang mogok latihan, akhirnya mengambil jalan pintas berupa suap. Menawarkan suap kepada anak dalam upaya untuk membujuk mereka untuk berlatih kerap kali terjadi, namun itu bukanlah ide yang baik dan sangat tidak mendidik! Hal ini tidak hanya menyelesaikan masalah Anda, malah Anda menciptakan masalah baru. Menyuap anak Anda tidak akan membuat anak bertahan untuk tetap berlatih dalam jangka waktu yang lama. Jangan heran apabila setiap berlatih, anak Anda hanya akan terpaku melihat jam – berapa menit lagi waktu yang tersisa untuk berlatih.


WHY BRIBE IS A BAD IDEA?

·         Hasil latihan menjadi sia-sia
Apa yang akan didapatkan anak dari latihan yang terpaksa dan setengah hati, tanpa ada kesadaran dan keinginan dari diri mereka sendiri? N-O-T-H-I-N-G! Anda hanya akan membuang-buang waktu, tenaga, dan uang Anda saja. Karena anak berlatih hanya untuk menyenangkan hati orang tua mereka saja. Hal ini akan menimbulkan konflik berkepanjangan (anak menjadi sangat perhitungan dengan durasi waktu latihan), frustasi, dan ketidakbahagiaan.

·         Karakter anak menjadi rusak
Secara tidak langsung Anda menyiratkan pesan yang negatif kepada anak-anak, bahwa orang tua setuju bahwa berlatih itu tidak menyenangkan dan membosankan. Apabila anak akan melakukan suatu hal yang tidak menyenangkan, maka mereka akan diberi kompensasi. Kuantitas latihan = reward.

Apabila Anda tidak memberikankan insentif, maka anak tidak mau berlatih dan tidak ingin bertanggung jawab untuk melakukan kewajiban mereka. Yang anak inginkan hanyalah hadiahnya dan akan dengan mudahnya menyerah setiap kali mereka menemui kesulitan. Mereka tidak menemukan alasan mengapa mereka harus berjuang dan menghadapi fakta bahwa realitanya latihan tidak selalu berjalan mulus tanpa kesulitan apapun dan fun-fun saja.

Justru sebaliknya, berlatih instrumen musik itu sangat membutuhkan inisiatif dari diri sendiri, disiplin yang tinggi, kerja keras, dan pantang menyerah. Dalam situasi seperti ini, orang tua hampir tidak mungkin berhenti untuk memberikan hadiah kepada anak seumur hidupnya. Sekali Anda menyuap anak, Anda harus terus menyuapnya sepanjang hidupnya.  

So, you better think about it carefully, before you bribe your child to make him practice! Do you want to build your own children to be loser and easily give up, whenever things get harder? I don’t think so. I think there’s no parent want such thing for their children, right?



WHAT PARENTS SHOULD DO THEN?
  • Temukanlah dimana letak permasalahan, mengapa anak Anda menjadi tidak termotivasi dan mogok latihan! Bicarakanlah dengannya dan komunikasikanlah hal ini dengan guru kelas musiknya. 
  • Pertimbangkanlah beberapa alternatif solusi untuk memecahkan masalah tsb, bagaimana sebaiknya Anda harus menyikapi masalah ini – bahkan jika hal ini berarti Anda mencari jawaban tanpa batas. 
  • Berikanlah pengertian kepada anak Anda, mengapa latihan itu penting dan jadilah pendengar yang baik mengapa ia menjadi mogok latihan? Mungkin ada materi yang tidak dimengerti, apakah anak menemui kesulitan dalam berlatih, atau anak tidak merasa nyaman dengan guru musiknya, atau terkadang anak hanya perlu sedikit perhatian dari orang tua nya.
TIPS MENGHINDARI ANAK MOGOK LATIHAN 

1. Pemilihan instrumen musik yang tepat 
Pilihlah instrumen musik yang berelasi dan menarik minat sang anak (pada umumnya anak lebih tertarik dengan bunyinya), serta sesuai dengan kondisi fisik anak (pertimbangan persyaratan fisik instrumen musik).

2. Kondisi lingkungan belajar yang kondusif   
Ciptakan kondisi lingkungan yang nyaman untuk berlatih, tidak berisik/bising, jauh dari TV dan alat elektronik lainnya. Usahakan agar instrumen musik in tune, persiapkan juga alat-alat yang dibutuhkan dalam berlatih, seperti: metronome, note stand, pensil, CD, dll.
       
3. Pemilihan guru yang tepat 
Pilihlah guru yang berdedikasi tinggi, berpengalaman dan expert dalam bidang pendidikan musik, mempunyai kualifikasi yang tinggi, dapat menginspirasi dan mendorong anak untuk mencintai musik; dibandingkan yang terkenal dan galak.

PERAN DAN SIKAP ORANG TUA

Peran orang tua disini sangat krusial dalam mendukung anak untuk tetap bermain dan berlatih musik. Umumnya anak akan bersikap positif terhadap konsekuensi latihan yang harus ia lakukan, apabila orang tua menganggap bahwa pelajaran musik itu penting bagi perkembangan karakter anaknya. Bagaimana mungkin anak bisa mencintai musik, apabila Anda sebagai orang tua tidak mencintai musik? Buatlah musik sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan keluarga Anda. Dari sinilah, awal mula minat dan ketertarikan anak terhadap musik itu akan tumbuh. Praktekkan apa yang Anda “khotbahkan” ke anak Anda!

1. Perilaku positif orang tua yang tertarik, antusias, dan mencintai musik

2. Kebiasaan mendengarkan musik dan bermain musik bersama 
Pasanglah musik ketika Anda sedang melakukan kegiatan seperti membaca, membersihkan rumah, pada waktu makan malam, di dalam mobil, atau dalam aktivitas lainnya. Dengan cara ini, Anda tidak perlu memaksa anak mendengarkan musik untuk waktu tertentu

3. Be their biggest role model and inspiration!

4. Berikan dukungan, pengertian, ciptakan suasana belajar yang kondusif, dan turut ambil bagian dalam proses belajar musik anak

5. Hargailah usaha anak Anda dan berikanlah pujian!
Pada dasarnya setiap anak hanya ingin menyenangkan orang tuanya. Tanpa pujian seorang anak sering merasa seolah-olah semua usaha mereka tidak dihargai atau diperhatikan. Anak membutuhkan beban dorongan karena menunjukkan mereka bahwa upaya mereka tidak sia-sia, bahwa orangtua mereka mengambil minat mereka dan sangat bangga dengan prestasi mereka. Perlu diperhatikan bahwa pujian yang dilontarkan sebaiknya bersifat realistis dan tulus. 

6. Hindari perilaku membanding-bandingkan, omelan, kritik yang destruktif,  mengancam, dan perilaku yang mengarah ke arah hukuman fisik
Ada suatu kondisi minimal yang harus dipenuhi dalam belajar musik, salah satunya adalah perasaan nyaman. Karena musik berhubungan dengan rasa. Kondisi psikis anak sangat mempengaruhi kualitas dari proses pembelajaran musik itu sendiri. Jika anak tertekan, stress, dan ketakutan; bagaimana guru bisa menanamkan bahwa bermain musik itu menyenangkan dan bisa membuat anak antusias terhadap musik?  

7. Less is more & be flexible
Tidak ada seorangpun yang ingin mengorbankan hal-hal menyenangkan lainnya hanya demi musik. Tetapi latihan adalah mutlak diperlukan dalam proses pembelajaran instrumen musik. Aturlah waktu latihan rutin yang ideal dengan durasi yang pendek namun efektif. Jadilah fleksibel dan berikan pilihan kepada anak Anda, tetapi pada akhirnya Anda juga harus tahu kapan untuk mendisiplinkan anak Anda. 

8. Buatlah komitmen sebelum memulai pelajaran musik dengan anak
Tekankanlah bahwa mempelajari musik dibutuhkan kesabaran, ketekunan, disiplin yang tinggi, dan waktu yang tidak sebentar. Oleh karena itu anak harus berkomitmen untuk meluangkan waktunya dalam berlatih. 

9. Berikan anak ruang dan kepercayaan (bagi anak yang sudah lebih dewasa dan mandiri)


THE REAL REWARD

Penghargaan yang sesungguhnya akan dirasakan oleh anak itu sendiri ketika ia berhasil membuat kemajuan sedikit demi sedikit dalam latihannya. Ketika mereka bisa mengatasi kefrustrasian mereka dalam berlatih, ketika mereka tetap bisa berlatih di sela-sela kesibukan sekolah mereka, ketika mereka berhasil menjawab pertanyaan mereka sendiri:"Mengapa orang tua mereka menginginkan mereka untuk tetap bermain musik, dan tetap menikmati musik, serta menganggap musik sebagai bagian yang penting dalam hidupnya?" Dimana latihan merupakan bagian dari proses pembelajaran itu sendiri, sarana berkspresi, apresiasi, dan menghargai diri mereka sendiri.

"Seorang anak yang mempunyai inisiatif untuk terus berlatih 
dan tetap bermain musik for LIFE,
mereka tidak membutuhkan penghargaan ekstrinsik lagi.


Kalaupun mereka mendapatkan hadiah karena prestasi mereka, itupun hanyalah bonusbukan tujuan akhir mereka. Karena mereka telah mendapatkan hadiah yang paling mereka butuhkan, yaitu kepuasan bathin. Tidak semua orang mempunyai kesempatan untuk bermain musik, apalagi menguasai dan memainkan instrumen musik. IT'S A PRIVILEGE! Bukankah itu makna kebahagiaan dan kebanggaan yang sesungguhnya?

Apapun yang Anda lakukan, jangan sampai anak putus asa dan mengambil jalan pintas untuk berhenti bermain musik. Sekali jalur itu ditempuh, rasanya tipis harapan untuk melanjutkan pelajaran musiknya lagi. Jangan sampai sesal kemudian tiada arti. Jangan biarkan satu hari yang berat atau bahkan beberapa hari sulit membuat Anda berhenti untuk mendorong anak Anda bermain musik. Never never give up! Toh, Anda lakukan itu karena Anda mencintai anak itu dan anak itu sendiri yang nantinya akan merasakan efeknya di kemudian hari.  

"Hopefully they’ll get it someday eventually. 
And don’t forget as their parents, you will take part in their success! 
It’s worth it! Remember: a good beginning never ends!"