Friday, May 10, 2013

"MENGAPA ANAK BERHENTI MAIN MUSIK?" Staccato Mei 2013

"MENGAPA ANAK BERHENTI MAIN MUSIK?"
Oleh: Jelia Megawati Heru
Artikel Staccato Mei 2013

 
“20% of kids learn to play music, 70% of adults wish they had”

(Artfacts Australia)


Lebih dini memulai pembelajaran instrumen musik = lebih baik? Belum tentu! Prosentase angka anak berhenti bermain instrumen musik pada awal tiga (3) tahun pertamanya menjadi semakin besar dari tahun ke tahun. Hal ini terjadi terutama bagi anak yang memulai pelajaran instrumen musiknya terlalu dini dalam usia dibawah lima (5) tahun.


Bukan menjadi suatu hal yang tabu, dimana dalam pembelajaran musik setiap murid akan menghadapi suatu fase dimana pelajaran musik menjadi boring, malas berlatih, atau mungkin bahkan ingin berhenti bermain musik. Hal ini merupakan salah satu tantangan terbesar dari seorang guru musik dan setiap orang tua, dalam memotivasi anak untuk tetap bermain musik.

FASE BELAJAR INSTRUMEN MUSIK


Beberapa fase yang umum dialami anak dalam belajar instrumen musik:

Tahap 1 (usia 4-6 tahun):
“LISTEN ME TO PLAY!”
Pada tahap ini, anak-anak suka bereksplorasi dengan bunyi, dikenalkan dengan berbagai konsep yang menarik dalam musik, dan belajar memainkan musik pada instrumen musik. Umumnya mereka sangat tertarik dengan permainan, saling berinterasi dalam aktivitas kelompok, dan ingin menunjukkannya kepada teman-teman, serta keluarga mereka.

Tahap 2 (usia 7-8 tahun):
"NOT NOW, LATER."
Setelah melewati tahap akhir dari level beginner (sekitar 1-2 tahun), mereka menemukan bahwa bermain instrumen musik ternyata benar-benar membutuhkan latihan. Hal ini berbeda dari sebelumnya, ketika semuanya menyenangkan seperti halnya pada games. Pelajaran musik menjadi semakin semakin sulit dengan membaca notasi balok, musik teori, latihan teknik jari, dll. Akhirnya, waktu pelajaran di kelas dihabiskan untuk berlatih dengan guru. Sedangkan waktu itu seharusnya mereka gunakan untuk berlatih di rumah.

Tahap 3 (usia 9-10 tahun):
"LOOK MOM – WITH EYES CLOSED!”
Umumnya siswa dalam tahap ini telah berhasil melewati kesulitan membaca notasi balok dan menguasai konsep musik dasar. Biasanya siswa suka bermain dengan kecepatan yang tidak umum (secepat mungkin) atau memainkan lagu secara hafal dengan mata tertutup, untuk bisa dipamerkan ke keluarga dan teman-temannya. Di sisi yang lain waktu latihan rutin di rumah tetap menjadi tantangan karena banyaknya gangguan, seperti: video game, televisi, internet, teman, dll).

Tahap 4 (umur 11-12 tahun):
"I WANT TO PLAY GOOD MUSIC, LIKE ROCK OR POP”
Pada usia remaja, anak mulai mengalami banyak perubahan dan mereka ingin memainkan lagu yang lebih popular di kalangan dunia pergaulan teman-teman sebayanya. Sementara di sisi yang lain, dalam pembelajaran instrumen musiknya, ia dituntut untuk memainkan Bach Invention, dan Mozart Sonata. Tantangan yang besar bagi setiap guru musik. Jenis musik ini begitu jauh dari apa yang mereka dengarkan dalam kehidupan keseharian mereka. Siswa akan bertanya-tanya mengapa mereka tidak bisa memainkan musik seperti Harry Potter Theme atau lagu dari Maroon 5 yang mereka dengarkan di radio?

Tahap 5 (usia 13-14 tahun):
"I WANT TO QUIT."
Pada tahap ini, siswa sering memiliki kebencian terhadap kelas instrumen musiknya. Waktu luang siswa menjadi semakin tersita dengan kegiatan-kegiatan di sekolah. Sedangkan mempelajari musik membutuhkan kedisiplinan, kerja keras, serta waktu berlatih yang rutin dan tidak sebentar. Banyak guru musik yang frustrasi terhadap muridnya pada fase ini. Belum lagi tuntutan orang tua yang mengharuskan anaknya untuk tetap berlatih, sedangkan anak tidak menyukai lagu yang ia mainkan. Anak menjadi stress dan tertekan. Disini pembelajaran musik menemui jalan buntu, sehingga hal yang termudah dan lazim ditempuh adalah menyerah dan QUIT THE MUSIC LESSON.

Keterlibatan orang tua, dukungan, serta pengertian dalam bentuk komunikasi yang baik antara guru-orang tua-murid menjadi elemen yang sangat krusial pada tahap ini untuk memastikan bahwa siswa terus belajar. Umumnya tahap ini merupakan tahap dimana orang dewasa yang pernah belajar instrumen musik teringat kembali dengan pengalaman mereka dan merasa menyesal mengapa mereka memutuskan untuk berhenti.

Tahap 6 (usia 15-16):
“NO MORE KID STUFF” (If you get passed the situation)
Setelah melewati masa sulit dan kefrustrasian pada tahap kelima, siswa akan menjadi mulai semakin dewasa dan melihat hasil belajar mereka. Mereka mulai mengapresiasi Musik Klasik, dan mendapatkan kesempatan untuk memainkan lagu dari berbagai repertoire dengan tingkat kesulitan yang tinggi. Mereka juga akan mendapatkan kepuasan apabila mereka mampu memainkan passage yang sulit. Guru juga bisa menggali aspek intepretasi, history, analisa, teknik, artikulasi yang lebih dalam dengan siswa pada tahap ini. Murid juga mempunyai kesadaran dan tanggung jawab untuk berlatih berdasarkan keinginan mereka sendiri untuk tetap bermain musik, karena musik penting dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan mereka.


Ada beberapa alasan mengapa anak berhenti bermain musik:

1. Tidak ada minat, bosan, dan tidak termotivasi (unmotivated)
2. Kesibukan/aktivitas lain yang padat
3. Tidak ada waktu untuk berlatih
4. Tidak bersedia berlatih
5. Alasan finansial
6. Tidak diapresiasi keluarga dan teman-teman

Beberapa ide untuk meningkatkan motivasi anak 
dalam belajar instrumen musik:

1. VARIASI REPERTOIRE
Pastikan untuk memberi mereka berbagai macam repertoire. Cari tahu apa jenis musik yang mereka sukai: Jazz/Blues, Musik Pop, Soundtrack/musik teater musik yang sedang popular dan berelasi dengan mereka. Kombinasikan dengan supplementary repertoire ini dan integrasikan ke dalam kurikulum Musik Klasik Anda.

2. CREATIVE ACTIVITIES: Games, Improvisation, Composition
Jangan terpaku pada petunjuk halaman demi halaman dalam buku! Libatkan kegiatan yang melibatkan proses kreatif dalam belajar musik. Gunakan media berupa permainan dalam menjelaskan konsep, sehingga proses belajar mengajar menjadi lebih menarik. Hindari kegiatan belajar dimana guru menerangkan sepanjang pelajaran (komunikasi satu arah).

3. PROJECTS

Beberapa siswa perlu pertunjukan rutin untuk menjaga mereka termotivasi. Adakanlah resital atau konser pada event-event seperti Natal dan class annual performance secara berkala. Anda juga bisa membuat aktivitas dalam kelompok, seperti duet piano atau ensembel, sehingga siswa bisa saling berinteraksi dengan yang lain (interaksi sosial). Mendengar permainan siswa yang lain dapat memotivasi mereka untuk meningkatkan permainan mereka dan menghidupkan kembali minat mereka dalam berlatih lagu baru.

4. LIBATKAN ORANGTUA
Jalinlah komunikasi yang baik dan transparan dengan orang tua murid. Terkadang mungkin masalahnya hanya siswa perlu perhatian dan berlatih lebih banyak. Informasikanlah orang tua murid tentang perkembangan murid, berikanlah saran/tips apa yang dapat mereka lakukan untuk membantu home practice dan menciptakan suasana yang kondusif dalam berlatih di rumah (Do’s and Don’t’s), maupun dukungan orang tua murid untuk hadir dalam konser anak mereka. Himbaulah orang tua untuk menjadi partner, rekan sekerja Anda demi perkembangan anak mereka sendiri. Tanpa dukungan orang tua, guru tidak akan mampu melakukan semuanya sendiri.

5. PRAISE & REWARD

Last, but not least: Pujian merupakan hadiah yang tidak ternilai dan sangat efektif dalam memotivasi anak. Apabila murid melakukan hal yang baik, apresiasilah usaha mereka. Buat mereka merasa bangga dan feel good about themselves, apalagi apabila hal yang mereka lakukan baik. Sebisa mungkin jangan menghukum mereka, tetapi buatlah mereka mengerti mengapa mereka harus berlatih, dan berikanlah pengertian. Toh, hal ini kita lakukan demi kebaikan mereka sendiri, bukan?

Jika Anda sudah mencoba segala sesuatunya dan tetap tidak berhasil?
Anak tetap tidak mau berlatih?

Mungkin kini sudah saatnya untuk mengucapkan selamat tinggal. Komunikasikanlah dengan orang tua sang anak, bahwa mereka dipersilahkan untuk mencari alternatif yang lain jika mereka menginginkannya.

Misalnya: merekomendasikan guru lain atau memainkan instrumen musik yang lain. (Walau pada faktanya tanpa kerja keras dan latihan, pelajaran apapun akan menjadi sia-sia.) Apapun keputusan akhirnya, guru harus mendorong siswa untuk tetap bermain musik, walau hanya for FUN - meskipun Anda tidak akan menjadi gurunya lagi. Lakukanlah yang terbaik untuk membuat perpisahan sehalus dan sekonsensual mungkin.

We start it well, end it well too!
None of us want such things to happen.
So, we do our best, hopefully we could get passed the difficult time.
After all, there’s nothing that more satisfying and thrilled as a teacher  
than to see the successful of our students.
That’s our reward.

Wish you all have a nice teaching!