Friday, February 1, 2019

TEMPO RUBATO: "The Art of Playing Stolen Time" - by: Jelia Megawati Heru (Staccato, February 2019)

TEMPO RUBATO
“THE ART OF PLAYING STOLEN TIME”
By: Jelia Megawati Heru
(Staccato, February 2019)


“The most necessary, most difficult and important thing in music, that is the TIME.
The music is not in the notes, but in the silence between.”
Wolfgang Amadeus Mozart

Rubato adalah beruang yang sulit dijinakkan! Rubato itu direncanakan, tapi harus tampak spontan. Rubato itu halus, tapi juga harus terdengar nyata (not fake!). Rubato itu tak menentu, tapi harus bisa diprediksi. Sepertinya perlu lebih dari satu artikel untuk menjinakkan rubato, tapi namanya juga usaha. Are you ready?


A TEMPO 
Dalam Musik Klasik, WAKTU adalah hal yang paling penting, paling sulit, dan mendasar dalam musik. Mozart selalu bangga terhadap fakta, bahwa ia selalu bermain dengan tempo yang akurat dan sesuai dengan tanda dinamika yang tercatat pada partitur musik dengan sempurna (TEXT BOOK). Seseorang yang tidak bisa menjaga kestabilan tempo akan dianggap sebagai musisi yang buruk. Bahkan Schumann sebagai komposer di zaman Romantik, juga memprotes praktek virtuosi di zamannya, yang menurutnya seperti orang mabuk. Ia selalu disiplin bermain di tempo yang ketat.

Keteraturan dan menjaga kestabilan tempo merupakan hal yang MUTLAK dan tidak bisa ditawar. Tetapi jika sebuah frase “diserbu” bertubi-tubi dengan cara yang sama, maka suasana bisa menjadi monoton, membosankan, dan so predictable bagi para pendengarnya. Tidak menarik! Ironis, bagaimana sebuah kesempurnaan justru bisa “membunuh” jiwa sebuah lagu. Bagaimana sebuah perasaan yang menggelora di dada digambarkan dengan irama baris-berbaris, allegro, dan satu lusin ritardando? Ya ora isa!

Di momen seperti inilah kita harus terbuka pada ide teknik berekspresi yang lebih advanced. Untuk mengakomodir rasa dan perwujudan estase antara cinta dan benci – kelembutan sentimennya (bukan lebay), rasa manis yang ekstrim, sentuhan memohon-mohon, seperti pada komposisi Chopin.