Monday, August 11, 2014

"I WILL SURVIVE!": Menyikapi Ujian Musik - by: Jelia Megawati Heru (Staccato, August 2014)

"I WILL SURVIVE!"
MENYIKAPI UJIAN MUSIK
by: Jelia Megawati Heru
Staccato Article (August 2014)


“Miss, kapan anak saya ikut ujian piano?”
(lho!? padahal belum genap empat kali pertemuan)

Jawaban dari pertanyaan di atas yang jelas, bukan “setiap tahun” atau “setiap bulan September.” Banyak orang yang berpendapat, bahwa ujian musik harus dilakukan setiap tahun, bahkan apabila memungkinkan, orang tua akan memacu anak untuk melewati beberapa level sekaligus. Fenomena ini sangat marak terjadi di Asia, khususnya Indonesia. Banyak orang tua yang menjadi sangat terobsesi dan gelap mata dengan terminologi ujian “internasional.” Mereka berlomba-lomba supaya anaknya mendapatkan nilai terbaik demi meraih rekor kandidat termuda. Musik diperlakukan ibarat kontes kecantikan dan anak mereka diperlakukan bak beruang sirkus. Ide mendorong anak untuk mengikuti ujian dan kompetisi setiap tahun, itu terkadang merupakan penyiksaan dan horor bagi murid dan guru. IMPOSSIBLE? Disini sepertinya kata itu berubah menjadi “I’M POSSIBLE!”

  
Ujian musik jelas bukan parameter yang mutlak dari keberhasilan maupun tingkat musikalitas seorang anak. Meskipun seseorang mendapatkan nilai sempurna untuk teori musik dan ujian praktek instrumennya, tidak berarti bahwa ia mencintai apa yang ia lakukan. Ujian musik dapat menjadi sebuah standarisasi yang berguna untuk mengetahui tingkat kemampuan dan pengetahuan faktual instrumen seseorangkhususnya di negara-negara Asia yang tidak memiliki tradisi Musik Eropa. Namun demikian, apabila ujian dilakukan dengan terburu-buru dan kadar berlebihan (tuntutan yang terlalu tinggi,) hal ini justru akan berdampak negatif terhadap perkembangan anak. Alhasil bukannya anak semakin termotivasi, justru anak malah merasa bosan, stress, dan ingin berhenti bermain musik.


PRO DAN KONTRA UJIAN MUSIK
Ada banyak pro dan kontra tentang ide melakukan ujian musik. Beberapa orang mengatakan bahwa ujian itu baik, karena akan memberikan standar di mana tingkat Anda, apa yang telah Anda pelajari sejauh ini, dan juga akan memberikan tujuan/arah tingkat pembelajaran selanjutnya. Satu hal lagi yang membuat mayoritas orang tua umumnya puas, yaitu sertifikat internasional. Di sisi yang lain, orang yang tidak mengikuti ujian, lebih memilih untuk memainkan banyak repertoire yang menarik, bersenang-senang menampilkan musiknya dalam sebuah konser di sekolah, maupun di gereja atau komunitas sosial lainnya.


UJIAN MUSIK DI EROPA
Musik Klasik bagaikan nafas dalam budaya dan tradisi Eropa, yang merupakan perwujudan kulminasi seni dan warisan budaya dunia. Gairah untuk mencintai dan bermain Musik Klasik it’s in the blood! Oleh karena itu Eropa memiliki gedung konser, gedung opera, konservatori musik, universitas musik, sekolah musik, dan guru musik terbaik di dunia. Mereka memiliki guru-guru musik yang benar-benar terampil, kompeten, profesional, dan berdedikasi, yang mempelajari pendidikan musik hingga jenjang universitas dan mampu menilai murid mereka sendiri. Tuntutan dan kebutuhan mengikuti ujian tidak sebesar negara Asia, karena standar pendidikan musik dan kebutuhan bermusik dalam kehidupan sosial sangat tinggi. Pertanyaan “sudah lulus grade berapa?” akan menjadi sangat tidak relevan dibandingkan dengan pertanyaan “lagu apa yang sudah Anda mainkan?”

Umumnya ujian musik diperuntukkan bagi murid yang ingin melanjutkan pendidikan tinggi dalam bidang musik hingga ke jenjang universitas. Namun karena banyaknya anak yang mengambil kursus musik secara privat maupun otodidak, maka beberapa institusi independen menyelenggarakan ujian musik. Ujian musik pada institusi ini berfungsi sebagai standarisasi dan kualifikasi dari pengetahuan dan kemampuan seseorang dalam bidang musik. Walau demikian ujian musik ini tidak mencerminkan pendidikan musik yang sesungguhnya.


EFEK SAMPING UJIAN MUSIK
Salah satu hal yang terkadang tidak terpikirkan oleh orang tua adalah efek samping dari ujian musik. Mengambil ujian musik setiap tahun atau hampir setiap tahun dapat menghambat kreativitas anak. Bagaimana tidak? Setiap saat lagu yang mereka latih hanyalah lagu ujian dan setelah ujian selesai - sebelum mereka mendapatkan hasil ujian, mereka telah berlatih untuk lagu ujian level selanjutnya. Jadi setelah berlatih musik bertahun-tahun, apa yang mereka pelajari? Tidak ada, selain lagu ujian mereka. N-o-t-h-i-n-g!  
“Logic will get you from A to Z. 
Imagination will get you everywhere.”Albert Einstein.

Persiapan ujian musik yang berkepanjangan juga berisiko membuat murid menjadi kelelahan dan rawan dihinggapi virus kebosanan. Perlahan namun pasti jiwa dan apresiasi seni dalam dirinya akan mati. Yang dilakukan anak setiap saat adalah ujian, ujian, ujian... Jika siswa tidak punya keinginan untuk bermain musik lagi, hanya masalah waktu saja sampai mereka pada akhirnya akan kehilangan minat, membenci musik, atau berhenti di tengah jalan. Apabila hal ini terjadi, butuh usaha yang dua kali lebih banyak untuk membuat anak mencintai musik kembali. Dan percayalah, Anda tidak ingin melewati jalan ini! Apabila hal ini terjadi, Anda sebagai orang tua akan menyesal di kemudian hari. Dibutuhkan waktu berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun supaya anak mencintai musik, namun ironisnya hanya dibutuhkan waktu sedetik untuk membenci musik.

MEET THE TIGER MOM
Mungkin menemukan guru musik yang berkualitas, profesional, dan berdedikasi di Asia - khususnya di Indonesia, bagaikan menemukan permata langka. Namun menemukan orang tua yang “educated” dan open minded ternyata jauh lebih sulit lagi. Bagi seorang “tiger mom, anak harus mendapat nilai A+ di semua mata pelajaran, menjadi juara kelas, dan menjadi juara dalam kompetisi piano. Bagi mereka, guru piano yang terbaik adalah yang terkenal, yang bisa memenangkan anaknya dalam kompetisi, dan meluluskan anaknya dalam ujian musik “INTERNASIONAL” setiap tahun. Demi mencapai tujuan nya, tiger mom akan rela melakukan apa saja.


UJIAN INTERNASIONAL
Perlu diketahui, bahwa umumnya ujian internasional tidak sama dengan standar level setiap sekolah musik yang berlaku dan setiap level pada ujian internasional tidak harus ditempuh setiap tahun. Level satu ujian internasional tidak diperuntukkan bagi anak umur 5-6 tahun yang baru saja belajar musik selama satu tahun, namun justru dua hingga tiga tahun sampai anak mempunyai dasar (BASIC) yang baik dan benar (2nd or 3rd year student.) Mulai dari teknik permainan, posisi duduk, teknik fingering, konsep teori musik, musikalitas, hingga ear training yang baik. Ada perbedaan yang besar antara murid dengan tingkat pemula (beginner) dan preliminary (early music education.)

Begitu juga dengan opini, bahwa setiap tingkatan ujian internasional harus ditempuh setiap tahun. Ujian internasional merupakan satu standarisasi (bench mark) untuk mengetahui tingkat kemampuan musikal seseorang. Namun ujian ini tidak harus ditempuh setiap tahun. Mengapa? Karena setiap anak mempunyai kapasitas kemampuan yang berbeda-beda dan ujian musik bukanlah ujian matematika. Di satu sisi, ada anak yang terlahir dengan kemampuan musik yang luar biasa - orang menyebutnya berbakat dan musikal. Sementara di sisi yang lain, ada juga anak yang dilatih tiga kali seminggu super-intensif tetap saja buta nada dan tidak bisa-bisa. Waktu yang dibutuhkan setiap anak untuk berkembang sangat bervariasi, oleh karena itu kita tidak bisa membandingkan satu anak dengan yang lainnya. 

“Jadi kapan anak saya bisa ikut ujian dong, Miss?”
“Sampai guru nya bilang, anak Anda READY!”


UJIAN MUSIK – PILIHAN ATAU KEHARUSAN?
Ujian musik memiliki dua sisi koin. Ujian dan konser bisa menjadi baik pengalaman yang bermanfaat dan juga pengalaman yang mengerikan bagi mereka. Oleh karena itu tidak setiap anak diharuskan atau bisa mengikuti ujian musik. Hal ini tergantung dari kebutuhan dan kondisi murid. Banyak opsi yang bisa diambil, tanpa mengharuskan anak melalui sesuatu yang “mengerikan.” Apapun yang diikuti anak, baik itu konser, ujian, maupun kompetisi, pastikan semua itu membawa dampak yang positif bagi mereka. Apabila dampaknya negatif, berarti ada sesuatu yang salah disini. Jangan pernah lupakan tujuan utama/inti bermain musik pada hakikatnya adalah untuk memanusiakan manusia, BUKAN lulus ujian.  

“Be stubborn about your goals, 
but be flexible about your methods.”

Jadilah selektif dan pertimbangkan pilihan-pilihan Anda! (seperti pemilihan capres saja hahaha.) Jadikan ujian musik sebagai PILIHAN, bukan KEHARUSAN!

Murid diharapkan bukan hanya bisa memainkan lagu ujian dan lulus ujian saja. Namun anak diharapkan mempunyai berbagai variasi lagu yang banyak – mulai dari repertoire lagu dengan tingkat mudah hingga tingkat kesulitan yang sesuai dengan level mereka dalam format solo, duet, bahkan mungkin berimprovisasi dalam genre musik yang lain. 

Mengapa? Karena dengan pengalaman bermain repertoire yang variatif, anak akan memperoleh sudut pandang dan pengetahuan yang luas dalam memahami musik. Selain itu kemampuan musikal akan jauh lebih berkembang dengan memainkan banyak lagu yang sederhana, daripada mengulang satu lagu dengan teknik yang sangat sulit dalam periode waktu yang panjang. Umumnya anak juga akan lebih bahagia dan percaya diri, karena bisa memainkan banyak lagu daripada hanya lagu ujian. 
   

THE SMART CHOICE & TO FIND THE BALANCE
Hidup mempunyai iramanya sendiri dan manusia tidak berkuasa untuk mempercepat/memperlambatnya. Apabila hal itu terjadi, maka akan selalu ada konsekuensi dan efek sampingnya. “Durian tidak bisa jadi mangga dan mangga bukanlah durian.” Jadi, sejauh apa kita bisa menuntut anak/murid? Sejauh usaha yang dilakukan mereka merupakan usaha yang terbaik!  

“Do the best you can until you know better. 
Then when you know better, do better.”Maya Angelou.

Apa yang bisa dilakukan orang tua? Hargailah usaha terbaiknya! Menang atau kalah, mereka tetap anak kesayangan Anda, bukan? Encourage them and love them for that! You’ll never know where love could bring you… 


TIPS DALAM MENGHINDARI 
EFEK SAMPING UJIAN MUSIK

1. ENCOURAGE, DON’T PUSH THEM
Ikutilah ujian musik, apabila anak Anda sudah siap untuk itu dan ikutilah ujian yang sesuai dengan tingkatannya.

2. NURTURE THE PASSION & REWARD THEM.  
Peliharalah semangat mereka, keinginan untuk belajar musik (tujuan jangka panjang.) Jalinlah komunikasi yang baik antara guru-murid-orang tua. Hindari perilaku diktator. Berikanlah kesempatan bagi murid untuk memberikan pendapat, apakah mereka ingin melakukan ujian atau tidak, pilihan lagu ujian, dan berikanlah arahan serta saran/masukan kepada murid-orang tua dalam pilihan yang mereka ambil. Jangan lupa untuk memberikan pujian atas usaha yang mereka lakukan. Dukungan berupa pujian dapat berdampak sangat besar pada psikologi anak. 

3. "FUN" REPERTOIRE. 
Gunakan repertoire lain selain materi ujian dengan variasi dan unsur teknik serta musikalitas yang tinggi, namun memiliki faktor “FUN.” Dari fun repertoire yang bervariasi tsb., kreativitas dan musikalitas murid akan menjadi lebih berkembang. 

4. NO LONG-TERM REPETITION OF EXAM PIECES!  
Tiga bulan adalah waktu yang cukup untuk berlatih lagu-lagu ujian yang sama. Lebih dari itu, Anda harus berhati-hati, sehingga mereka tidak merasa bosan dan kehilangan minat mereka. 

5. GOOD PREPARATION & MAKE SURE BE READY BEFORE APPLYING FOR EXAM.
Pastikan murid memahami seluruh materi ujian sebelum mendaftar ujian. Buatlah deadline dan aturlah waktu berlatih dengan baik, terutama apabila ada libur sekolah (TIME MANAGEMENT.) Berikan bantuan berupa tips dan saran (EFFECTIVE HOME PRACTICE.) Hal-hal ini akan memberikan mereka rasa aman. Jika mereka setuju untuk melakukan ujian piano, pastikan bahwa mereka memahami konsekuensi dan mereka bersedia/berkomitmen untuk bekerja keras dan berlatih setiap hari! Jangan tunggu satu bulan sebelum ujian atau saat-saat terakhir (last minute,) baru mengejar ketinggalan materi ujian. 

6. TAME THE TIGER MOM! 
Berikan penjelasan dan konsultasi apa efek samping dari ujian musik dan kompetisi – DO’s & DON’Ts. Bicarakanlah masukan (feedback) mengenai kondisi murid apakah siap untuk mengikuti ujian atau tidak, pertimbangkanlah alternatif pilihannya.

7. REDUCE STRESS & HIGH EXPECTATION!  
Hindari stress berlebihan dan tekanan/ekspektasi yang terlalu tinggi dalam ujian! Hal ini akan menyebabkan murid stress dan frustrasi. Yang bisa Anda harapkan adalah kemampuan terbaik murid, bukan sesuatu yang lebay, di luar batas kemampuan murid!

“Life is the most difficult exam. 
Many people fail because they try to copy others.
Not realizing that everyone has a different question paper.”