Friday, December 6, 2013

"Apakah Performer Yang Baik Adalah Guru Musik Yang Baik?" - by: Jelia Megawati Heru (Staccato Desember 2013)

"APAKAH PERFORMER YANG BAIK 
ADALAH GURU MUSIK YANG BAIK?"
Oleh: Jelia Megawati Heru
Artikel Staccato Desember 2013


“Jika Anda tidak bisa menjadi seorang performer, Anda selalu dapat mengajar”
“Seorang guru musik umumnya tidak dapat bermain musik dengan baik”
“Seorang performer yang baik umumnya tidak dapat mengajar dengan baik”

Beberapa contoh diatas merupakan paradigma dan stereotype yang berlaku di masyarakat, dimana guru musik dikategorikan sebagai profesi yang diremehkan dan lebih rendah dari profesi musisi (performing,) seperti bermain di orkestra, konser, TV show, dan menciptakan lagu/singles/RBT.

Anggapan demikian terjadi karena beberapa hal. Salah satu hal yang memicu anggapan negatif tersebut adalah iklim persaingan sekolah musik yang tidak sehat. Sekolah musik menjamur dimana-mana, mereka berlomba-lomba untuk menarik murid sebanyak-banyaknya demi keuntungan materi belaka. Umumnya yang ditawarkan adalah kursus musik siap saji seperti fast food dengan biaya relatif murah serta waktu yang cepat untuk mencetak the next Mozart. Untuk menekan biaya, mereka merekrut “guru musik” yang tidak profesional, siapapun bisa menjadi guru musik. Inilah yang disebut dengan MAL PRAKTIK dalam bidang pendidikan musik. 


Apalagi dengan adanya asumsi bahwa murid pemula tidak membutuhkan guru yang bagus/advanced. So wrong! Inilah salah satu kesalahan fatal dari ketidaktahuan publik. Baik murid pemula maupun murid tingkat lanjut, keduanya membutuhkan guru musik berkualitas tinggi. Sebetulnya guru musik yang berpengalaman dan kualifikasi sangat tinggi justru sangat krusial dibutuhkan di awal pembelajaran musik sebagai fondasi bagi pendidikan musik anak di masa yang akan datang. Tidak heran banyak orang yang setelah mengenyam kursus musik selama 10 tahun tidak tahu menahu bagaimana postur bermain yang baik, tidak mampu membaca notasi balok, dan tidak tahu apapun mengenai lagu yang dimainkannya. Mengherankan dan ironis, bagaimana setelah bertahun-tahun seseorang belajar bermain instrumen musik malah menjadi semakin bodoh.  


Walau guru musik merupakan sebuah profesi yang jauh dari gemerlapnya dunia seorang entertainer maupun performer yang glamour, mengajar musik merupakan suatu seni yang selayaknya dihargai sebagaimana mestinya seperti halnya seni pertunjukkan musik. Selain itu mengajar musik juga merupakan suatu profesi yang berintegrasi dengan performing arts yang menuntut kualifikasi, standard kompetensi, profesionalisme, serta dedikasi yang tinggi. Mampu memainkan musik dengan baik, belum tentu berarti Anda seorang guru yang baik!


TEACHING IS BOTH ART AND SCIENCE
Mengajar seperti halnya kedokteran, merupakan sebuah ilmu pengetahuan (SCIENCE.) Seorang guru merupakan seorang ahli/expert yang dituntut untuk mengetahui bagaimana pikiran, memori jangka panjang, motivasi bekerja, merancang lesson plan, menyesuaikan metode belajar dengan kondisi murid secara profesional, sehingga proses belajar menjadi lebih fleksibel dan efektif.

Di sisi yang lain, mengajar merupakan SENI (ART) yang membutuhkan latihan, jam terbang, kesabaran, dan keahlian yang tinggi. Seorang Profesor matematika yang bergelar PhD jelas harus menguasai ilmu matematika. Namun, seorang profesor matematika belum tentu seorang guru yang baik. Ia bisa saja berbicara dalam bahasa alien yang tidak dimengerti oleh orang awam dan menjelaskan sesuatu hal sederhana menjadi lebih rumit dari yang seharusnya. Dalam mengajar dibutuhkan lebih dari sekedar nilai akademis yang bagus. Anda membutuhkan bakat/talent, kerja keras, dedikasi, disiplin, kreativitas, metode dan teknik belajar yang sesuai dengan kondisi murid yang bisa menekan tombol agar murid termotivasi untuk belajar. Tidak semua orang bisa menjadi seorang guru dan tidak jarang banyak guru yang memilih untuk mengajar murid tingkat tertentu saja.


TEACHING NEEDS BOTH TALENT AND PRACTICE.
Beberapa orang adalah seorang guru yang natural, beberapa butuh latihan dan jam terbang yang tinggi. Seorang pianis dengan mudahnya memainkan “akrobat jari” yang sempurna diatas panggung. Namun Anda tidak pernah tahu berapa lama ia berlatih bersimbah keringat setiap harinya, bukan? Jangan mengira tugas guru musik hanya sebatas setor muka tanpa menyiapkan bahan apapun, atau bahkan hanya menjadi ‘baby sitter’ pengisi waktu luang anak. Murid bukanlah benda/barang dan guru bukanlah robot. Everybody loses if you treat them that way.

DOES DEGREE MATTERS?
YES! Ada persyaratan minimal yang harus dimiliki oleh seorang guru musik. Oleh karena itu seorang guru musik paling tidak memiliki ijazah/lulus sertifikasi musik (performance) paling tidak setingkat diploma dan pernah mengenyam training mengenai pendidikan musik (teaching), dan memiliki  pengalaman serta jam terbang mengajar. Sebuah sertifikasi tentunya bukanlah jaminan seorang guru yang baik. Banyak orang yang mempunyai gelar yang tinggi, belum tentu dapat menjadi seorang pengajar yang baik. Namun, sebuah sertifikasi paling tidak menunjukkan keseriusan dan pencapaian tingkat musikalitas tertentu.

MUSIC TEACHER SHOULD BE AN ARTIST!
Seorang guru musik seharusnya merupakan seorang performer profesional yang aktif dan merupakan panutan (role model) bagi murid-muridnya. Bagaimana seorang guru musik dapat membimbing muridnya untuk mencapai suatu tingkat artistik performance tertentu, apabila ia sendiri tidak mampu melakukannya? Artistry needs mastery. Disini bukan hanya membahas teknik bermain saja, melainkan yang terlebih penting dari itu yaitu mampu memberikan pengertian/pemahaman musik itu sendiri.
 

DOES A GREAT PERFORMER EQUAL GREAT MUSIC TEACHER? NO!
  • Kemampuan bermain musik tidak dapat dibandingkan dengan kemampuan mengajar musik seseorang. Banyak hal yang dipelajari oleh seorang concert pianist yang dikuasai secara natural yang tidak dapat dijelaskan kepada muridnya secara konseptual – bagaimana membuat hal yang rumit menjadi sederhana dan mudah dimengerti.
  • Beberapa karakter yang harus dimiliki oleh seorang guru musik yang berkualitas, salah satunya adalah berelasi (connected,) berkomunikasi dengan orang tua murid, memahami karakter murid, menerapkan metode belajar yang sesuai dengan kondisi murid, memberikan dukungan dan feedback yang dapat memotivasi murid dalam belajar (misalnya: menemani murid dalam ujian/konser.) Mempunyai kesabaran yang tinggi juga merupakan karakter yang harus dimiliki guru musik, salah satunya dalam mengatasi kefrustrasian murid dalam berlatih. Jangan menuntut murid untuk berlatih secara berlebihan! Ketahuilah batas/limit setiap murid, tidak semua orang akan menjadi concert pianist atau mempunyai karir dalam bidang musik. It’s important, that they do their best and how to instill their love for music. 
  • Komitmen dan prioritas guru musik yang baik adalah bukan untuk karirnya sendiri dan kemampuan bermain musiknya, melainkan demi kemajuan muridnya.

“JUST DO IT” mungkin merupakan slogan yang bagus untuk NIKE, tetapi yang jelas bukan slogan yang bagus untuk mengajar musik. Seseorang performer profesional dengan sertifikat belum tentu dapat menjadi seorang guru yang baik. Dengan menjadi seorang guru musik, seorang performer profesional berhenti untuk memprioritaskan dirinya dan mulai berkomitmen dalam membimbing, serta menginspirasi individu diluar dirinya untuk mencintai musik. Menjadi guru musik mungkin akan menjadi pengalaman yang paling berharga baginya, yang akan mengubah hidupnya dan hidup orang lain. Seni “memanusiakan” manusia - dimana kita mengatakan, bahwa “aku hidup, dan hidup saya memiliki arti!” Ketika saat itu tiba, mungkin kita bisa membuka mata publik, bahwa guru musik bukanlah sekedar profesi rendahan belaka.  

Wish you have a nice teaching and happy new year!