Memainkan nada yang disonan bisa menjadi hal yang menantang. Disonansi dapat menciptakan ketegangan, warna, dan kedalaman emosi. Beberapa panduan langkah demi langkah dibawah ini akan membantu Anda memahami dan memainkan melodi yang disonan dengan lebih percaya diri.
1. PAHAMI APA ITU DISONANSI
2. MENDENGARKAN CONTOH DISONANSI
Dengarkanlah secara seksama bagaimana disonansi diekspresikan dan diselesaikan pada karya-karya komposer yang menggunakan disonansi secara efektif. Misalnya: Bartók, Stravinsky, Debussy, Prokofiev, Schoenberg, dan Messiaen.
3. BERLATIHLAH DENGAN TEMPO LAMBAT & HAND SEPARATELY
• Mainkan melodi itu sendiri dengan sangat lambat, dengarkan bentuk dan ketegangan setiap interval.
• Jika polifonik, cobalah satu tangan terlebih dahulu. Pisahkan melodi dari harmoni atau iringan.
4. FOKUS PADA MELODIC LINE
• Melodi disonan sering kali berasal dari interval kecil: semitone, tone, dan tritone.
• Fokus pada transisi yang halus dan terkendali di antara not (very legato/smoothly) — hindari gerakan tersentak-sentak atau terburu-buru.
• Sing it! Nyanyikan melodic line nya! Ini membantu telinga Anda dalam menginternalisasi bunyi interval yang akan dimainkan bahkan sebelum Anda menekan tuts.
5. GUNAKAN SENTUHAN YANG EKSPRESIF
• Shape it! Mainkan not disonan dengan ekspresif & intention: perhatikan aksen, gunakan sedikit rubato, ciptakan nuansa yang lebih dinamis.
• Biarkan disonansi berbicara — jangan terburu-buru atau menyembunyikannya.
• Jika melodi berpindah dari not disonan ke not konsonan, condongkan tubuh ke ketegangan (tension), lalu lepaskan tensionnya (release). Rasakan perubahannya.
6. APA YANG HARUS DIPERHATIKAN SECARA TEKNIS?
• Jaga konsistensi posisi jari Anda, terutama pada bagian kromatik atau disonan yang rumit.
• Gunakan pedal dengan hemat — terlalu banyak dapat mengaburkan disonansi dan mengurangi dampaknya. Less is more.
• Berlatihlah dengan interval yang berbenturan (misalnya, minor 2nds, tritones) untuk melatih ingatan telinga dan jari Anda.
7. BERLATIH DENGAN KARYA-KARYA DISONAN
Tujuan berlatih dengan karya-karya disonan adalah untuk memainkan melodi yang tidak selaras dengan jelas (clearly), secara musikal (musically), dan terkendali (controlled).
Beberapa karya-karya untuk berlatih disonan, a.l.
• Bartók – Mikrokosmos No. 38 “Staccato and Legato”
• Debussy – “La Cathédrale Engloutie”
• Stravinsky – “Piano Rag Music”
• Schoenberg – “Six Little Piano Pieces”
BARTÓK MIKROKOSMOS
Mikrokosmos karya Béla Bartók adalah cara yang sangat baik dan terstruktur untuk mempelajari cara memainkan melodi yang tidak selaras/tidak harmonis — ia memperkenalkan disonansi secara bertahap di seluruh volume bukunya. Berikut adalah jalur latihan terfokus menggunakan Mikrokosmos untuk membantu Anda menjadi fasih dalam penulisan dan permainan melodi yang disonan. Bartók secara bertahap membangun disonansi melodi dan kompleksitas ritme, terutama pada Mikrokosmos Vol I-IV.
FASE 1: PERSIAPAN (Vol. I–II)
Fokus: membangun kendali koordinasi jari dasar, interval kecil, kemandirian tangan (hand independence), dan musical phrasing.
• Mainkan tangan secara terpisah terlebih dahulu.
• Nyanyikan melodi secara perlahan.
• Fokus pada interval dan motifnya, bukan hanya not saja.
Rekomendasi Latihan:
• No. 23 – Imitasi dan Inversi
Motif sederhana yang terbalik, membangun hubungan telinga-tangan dengan interval yang rapat.
• No. 38 – staccato dan legato
Interval disonan antara tangan. Fokus pada artikulasi dan kejelasan.
FASE 2: KESADARAN AKAN INTERVAL DISONAN (Vol. II–III)
Fokus: Membiasakan diri dengan disonansi bukan hanya sebagai harmoni, tapi juga sebagai melodi. Membangun rhythmic fluency (syncopation), modal awareness (Lydian, dorian, dst.), dan frase tingkat lanjut (tekstur kontrapung).
• Bagaimana disonansi bergerak — apakah selesai atau masih berlanjut? (resolve or continue?)
• Jaga sentuhan dan keseimbangan yang stabil (steady & balanced).
Rekomendasi Latihan:
• No. 61 – Change of Time
Menggunakan lompatan disonan secara melodis; menjaga ritme tetap stabil melalui ketegangan yang tidak merata.
• No. 70 – Melody Divided
Melodi tunggal yang dibagi antara tangan dengan langkah disonan.
FASE 3: MENGEKSPRESIKAN DISONAN (Vol. III-IV)
Gunakan sentuhan (touch/articulation), pengaturan waktu (timing), dan ekspresi untuk membentuk disonansi secara artistik (shape artistically).
• Condongkan sedikit aksen ke nada disonan, lalu mundur pada konsonan.
• Gunakan rubato untuk memberikan warna dan ekspresi
Karya yang Direkomendasikan:
• No. 80 – Hommage kepada J.S.Bach Melodi kromatik dengan disonansi ekspresif. Perpaduan Barok & Modern (fusion)
• No. 84 – Diminished Fifth
Fokus pada tritone. Kendalikan dinamika dan pertahankan melodi Anda di latar depan.
FASE 4: BEBAS BERKESPRESI (Vol. V-VI)
Fokus: Master complex rhythm Asymmetrical meters (5/8, 7/8, etc.), modern harmonies (polytonality & dissonance control), and expressive nuance (advanced articulation).
Langkah lanjutan opsional — karya di sini lebih sulit tetapi sangat ekspresif. Ini penuh dengan baris disonan dan memerlukan kontrol dan pendengaran yang mendalam.
• Gunakan metronom sejak awal, terutama untuk ritme asimetris.
• Analisis karya pendek—beri label pada tangga nada, interval, dan pola ritme.
• Nyanyikan melodi untuk menghayati disonansi secara emosional, bukan hanya secara teknis.
• Dengarkan rekaman Mikrokosmos (terutama oleh Bartók atau Zoltán Kocsis).
• Kombinasikan dengan latihan pendengaran, terutama mengenali modus dan disonansi.
• Rekam diri Anda secara teratur dan periksa: apakah melodinya masih jelas meskipun disonan?
Rekomendasi latihan:
• No. 130 – Perpetuum mobile
• No. 140 – Variasi Bebas
Bartók memandang Mikrokosmos sebagai perpaduan dari semua masalah musikal dan teknis yang dihadapi oleh seorang pianis. Karya ini memengaruhi berbagai generasi musisi, mulai dari siswa yang mempelajari dasar-dasar piano hingga komposer dan pianis yang mengapresiasi kedalamannya. Ambisi pedagogisnya sebanding dengan "The Well-Tempered Clavier" karya J.S. Bach, tetapi berakar pada bahasa abad ke-20.
Bartók merupakan inovator ritme, harmoni, dan bentuk. Ia memperkenalkan banyak inovasi radikal: Ritme polimeter dan ireguler (misalnya, ritme Tari Bulgaria seperti 4+2+3), penggunaan disonansi dan gugus nada (tone clusters) tanpa mengabaikan tonalitas. Musiknya terdengar modern bahkan hingga saat ini, namun berakar kuat pada ritme.
Satu hal yang sangat penting untuk selalu diingat dalam memainkan repertoire yang penuh dengan Disonansi adalah beberapa orang menganggap disonansi sebagal FALS. Tak jarang yang “berkeberatan“ dengan repertoire yang disonan dan berkata: ini lagu apa sih? Kok gak enak di kuping? Atau, itu kamu mainnya bener apa gak sih?! Kok fals gitu?
Kesan seperti itu sah saja sebetulnya. Filosofi disonansi sebetulnya: jika musik adalah relung kehidupan, maka musik harus dapat mengekspresikan setiap detail kehidupan. Dan KEHIDUPAN TAK SELALU SELARAS MULUS. KEHIDUPAN PENUH BENTURAN, clashes sebagaimana bunyi disonan. Justru itulah keindahannya. Sebagaimana filsafat WABI-SABI dari Jepang – konsep estetika yang menghargai keindahan dalam ketidaksempurnaan, ketidakkekalan, kesederhanaan, dan keaslian.