“MEET
THE COMPOSER!”
PENGANTAR KOMPOSER MUSIK KLASIK
by: Jelia Megawati Heru
(Staccato, December 2017)
DEFINISI KOMPOSER
Seorang komposer adalah orang
yang menciptakan atau menulis musik – baik musik vokal (penyanyi dan paduan
suara), musik instrumental (piano solo, ensemble,
big band, orkestra) atau kombinasi kedua elemen instrumen maupun vokal
(opera, operette, musical, broadway, gospel) di berbagai genre (Klasik, Jazz,
Pop, dll).
Istilah “komposer” juga bisa mengacu
pada individu yang telah berkontribusi terhadap tradisi Musik Klasik Barat
melalui penciptaan karya yang dituangkan ke dalam notasi musik tertulis/partitur
(music sheet). Selain notasi
tertulis, “komposer” juga dapat menunjuk kepada orang-orang (bisa lebih dari
satu, misalnya: kolaborasi penulis lirik dan penulis lagu) yang berpartisipasi
dalam penciptaan musik melalui improvisasi dan rekaman, seperti pada Musik
Blues, Rock, dan Country.
Dalam Musik Pop, seorang
komposer lazim disebut sebagai penulis lagu (song writer). Seorang penulis lagu terkadang tidak menuliskan
komposisinya dalam bentuk partitur. Mereka menuliskan lagu di benaknya,
kemudian memainkannya secara spontan. Hal ini tentunya tidak memungkinkan bagi
komposer Musik Klasik (seperti: opera dan orkestra), maupun produksi teater
musikal. Karena format orkestra yang begitu besar, yang membutuhkan banyak
pemain dan biaya produksi yang besar untuk latihan dan konser. Namun artikel
kali ini tidak akan membahas komposer Musik Pop, melainkan komposer Musik
Klasik.
APA PEKERJAAN KOMPOSER?
Dalam perkembangan Musik
Klasik Eropa, pekerjaan seorang komposer Musik Klasik sejatinya adalah menulis
komposisi musik. Namun batasan ini menjadi tidak jelas, karena ternyata banyak
hal yang harus dilakukan seorang komposer selain menulis komposisi musik saja.
Mulai dari penciptaan komposisi, menuliskan partitur per instrumen, melatih gladiresik, memimpin orkestra, hingga memainkan
karya mereka sendiri pada instrumennya. Sehingga seorang komposer dapat
merangkap peran sebagai seorang musisi, perancang suara (sound engineer), arranger,
director, dan sekaligus produser.
Komposer yang sukses harus
memiliki kemampuan manajemen dan kolaborasi yang efektif, yang memungkinkan
mereka mengerjakan berbagai proyek dengan berbagai pihak dan musisi lain. Mereka
juga harus memiliki pengetahuan luas tentang teori musik, industri musik, dan
bakat untuk menciptakan musik. Jangan lupa, setiap proyek juga mempunyai
tenggat waktu alias deadline! Jadi
komposer harus memiliki kedisiplinan yang tinggi dalam mengatur jadwalnya! Jadi
kreatif, berbakat, dan ganteng saja sayangnya tidak cukup!
MULTI-TALENT: GREAT COMPOSER,
GREAT PERFORMER!
Komposer juga merupakan
seorang performer yang terampil dan memiliki telinga yang baik untuk mendengar
musik. Mereka mampu memainkan satu atau banyak instrumen, seorang komposer juga
bisa merupakan seorang penyanyi, maupun konduktor.
Sebagai contoh JS. Bach adalah seorang organis yang
sangat baik, WA. Mozart awalnya juga
merupakan seorang violinist dan seorang
pianist prodigy yang telah memberikan
tur konser di seluruh Eropa dengan kakaknya, Maria Anna Mozart “Nannerl”. Begitu pula dengan Beethoven, Liszt, dan Chopin yang merupakan pianis yang
sangat handal. Mereka sendiri-lah
yang memainkan karya-karya mereka pada premiere
komposisi mereka untuk pertama kalinya.
WA. Mozart & Nannerl (kakaknya)
Keterlibatan komposer sebagai
performer, akan memberikan komposer wawasan tentang beragam efek dan elemen
musik yang dibutuhkan secara detail, sesuai dengan keinginan sang komposer.
Misalnya: panduan cara memainkan instrumen dalam komposisinya dari sudut
pandang performer (teknik bow, pizzicato,
frase, artikulasi, tempo, karakter, dsb.)
MENGAPA KITA PERLU MENGENAL KOMPOSER DAN KOMPOSISI NYA?
Peristiwa dan perubahan yang
terjadi di masyarakat pada suatu waktu, seperti peristiwa sejarah, gagasan, dan
penemuan, selalu mempengaruhi musik di zaman itu. Oleh karena itu, penting
untuk memahami biografi komposer (sejarah musik dan filosofi), latar belakang
komposisi yang dimainkan, dan mendengarkan musik mereka.
Hal ini dilakukan agar performer dapat
berelasi dengan musik, mengapresiasinya, dan memainkan komposisi nya sesuai
dengan karakter, ide, atau pesan yang ingin disampaikan oleh komposer ybs. Apalagi
jika komposer hidup ratusan tahun yang lalu, di zaman yang jauh berbeda dengan sekarang.
Dari sebuah judul komposisi
Musik Klasik dapat diketahui informasi mengenai tipe komposisi, jenis/format
instrumen, tangganada, tempo, penomoran/urutan komposisi, tahun penciptaan
komposisi, ciri khas, dan tujuan dibuatnya komposisi. Pembahasan mengenai makna
dibalik judul Musik Klasik bisa dibaca pada artikel Staccato sebelumnya tentang
“DECODINGOPUS”.
Semakin kita mengerti tentang
kehidupan komposer, semakin kita bisa mengerti musik mereka. Musik yang bagus
bukan hanya tentang sebuah lagu yang indah saja atau akrobat jari yang dapat
memainkan tuts piano dengan kecepatan cahaya. Bukan juga tentang performer nya
yang sibuk narsis dan selfie bak
selebriti.
Musik yang bagus dapat
mengisahkan cerita, mengekspresikan emosi terdalam manusia, ide, gagasan, dan
menginspirasi pendengarnya. Musik yang bagus mampu memberi makna kehidupan,
mampu mengilhami, mampu merefleksikan diri, membuat pendengarnya bercermin,
menyentuh hati dan sukma, mungkin bahkan membuat pendengarnya menitikkan air
mata saking sublimnya. Sebuah pengalaman spiritual dan sebuah oase bathin. Dan
pada akhirnya, musik akan mewakili suara kita sendiri.
KEHIDUPAN PARA KOMPOSER MUSIK KLASIK
Sejak era Renaissance,
komposer biasanya bekerja untuk para donator/sponsor yang merupakan kalangan
aristokrat. Para aristokrat ini biasanya meminta komposer untuk menghasilkan
sejumlah besar musik religius dan non-religius/sekuler, seperti: lagu cinta,
mars, maupun untuk tujuan entertainment.
Pada era Baroque, banyak
komposer dipekerjakan oleh bangsawan atau sebagai pegawai gereja. Selama
periode Klasik, komposer mempunyai banyak konser publik untuk mendapatkan keuntungan,
agar mereka tidak tergantung pada pekerjaan aristokrat atau gereja saja.
Tren ini berlanjut di abad ke-18
dan ke-19, seiring dengan meningkatnya popularitas Musik Klasik yang menyebabkan
pertumbuhan jumlah instrumen dan beragam jenis musik orkestra. Perluasan
instrumentasi pada orkestra ini mengharuskan penyediaan ruang pertunjukkan
publik yang lebih besar pula. Oleh karena itu musik dipentaskan secara resmi
pada sebuah gedung konser atau gedung opera. Kebutuhan dan tradisi mendengarkan
musik juga mulai berkembang di kalangan masyarakat biasa pada konser musik,
seperti: opera, musik vokal, musik kamar, dan orkestra.
Franz Liszt in his piano concert
Pada era Romantik di abad
ke-19 komposer menciptakan karya-karya yang lebih dramatis, yang mampu
mengekspresikan emosi terdalam manusia. Terinspirasi dari peristiwa sejarah
yang penting (tokoh sejarah dan legenda), karya seni, dan keindahan alam,
berupa: karya literatur/sastra (puisi dan roman), lukisan, yang dituangkan
kedalam alunan melodi yang harmonis nan romantis.
Beberapa komposer menuangkan
idealisme dan rasa nasionalisme mereka dengan alunan musik orkestra patriotik
yang diilhami oleh musik rakyat (folk
songs). Komposer seolah mendapatkan hak istimewa untuk mengeksplorasi
berbagai bentuk seni dalam konteks musikal dengan pendekatan baru – baik secara
genre, bentuk, dan harmoni dengan
format yang lebih besar dan kompleks.
Selain itu terjadi produksi
dan penjualan partitur musik, khususnya piano, yang amat disukai oleh kaum dilentante dan pencinta musik. Bermain
musik seperti piano dan biola, dianggap sebagai salah satu kemampuan yang
menjadi nilai tambah dalam kalangan sosial elite. Menonton konser piano Chopin ibarat menyaksikan konser live super megastar.
Pada abad ke-20, seiring
dengan kemajuan teknologi yang pesat, terjadilah peningkatan minat dalam
pendistribusian musik. Seorang komposer bisa menjual karya mereka dalam bentuk
CD, MP3, maupun partitur musik - melalui publikasi media sosial, seperti: CD, youtube, dan iTunes. Fokus musik pada abad ke-20 ditandai oleh eksporasi gaya
baru, efek perkusi, eksperimental, dan kombinasi berbagai elemen. Pada abad
ke-20, seorang komposer juga bisa menjadi seorang profesor di universitas dan
konservatori musik.
Clara Schumann
(female composer & wife of R. Schumann)
Walau terjadi
ketidakseimbangan gender yang berasal dari stereotype
dan stigma terhadap komposer wanita dalam sejarah musik. Pada abad ke-21
seorang komposer wanita juga berhak untuk memperoleh peluang dan apresiasi yang
sama seperti komposer pria. Karena ide dan gagasan bisa datang darimana pun dan
siapa pun selama seseorang memiliki gairah musik. It’s all about passion!
Read more: HERE