"PENDEWASAAN
DALAM RESITAL PIANO"
(Reportase Senior Recital Kristi Natalie)
by: Michael Gunadi Widjaja
Saat seorang mahasiswa konservatori musik mengadakan
resital ketika dirinya “pulang kampung,“
kita tidak perlu heran. Hal biasa, jamak, lumrah, dan sudah dilakukan jutaan orang.
Namun ketika ada seorang music educator
yang menresitalkan siswanya yang liburan pulang kampung, rasanya kita perlu
mengacungi dua jempol dan memberi apresiasi yang sepantasnya. Itulah yang
dilakukan JELIA MEGAWATI HERU M.Mus.Edu,
alumnus Jerman, dengan menggelar SENIOR PIANO RECITAL bagi Kristi Natalie, mantan siswanya. Resital berlangsung pada Minggu, 30
Agustus 2015 di GKY MUSIC CENTER, di kawasan Green Ville, Jakarta Barat.
Sosok Jelia Megawati Heru, dikenal
sebagai music educator yang sangat
kreatif pada setiap perhelatan konser para siswanya. Berbagai genre musik
disajikan dan dikemas menjadi sebuah sajian kesenian yang sangat mendidik
sekaligus mengasup pikiran dan bathin secara sehat dan menyenangkan. Kristi
Natalie sendiri, sebetulnya sudah banyak mengenyam pelajaran musik. Berbagai
masterclass pernah dia ikuti. Bahkan secara intensif Kristi mempelajari
improvisasi dan aransemen musik. Namun di tangan Jelia lah Kristi mendapat
pelajaran musik yang bukan saja pengajaran melainkan pendidikan musik secara
terpadu dalam arah yang layak. Jelia pulalah yang mempersiapkan Kristi supaya bisa
diterima di sebuah konservatori musik bergengsi di Jerman yakni Sekolah Tinggi Musik
ROBERT SCHUMANN di kota Düsseldorf.
Resital dimulai pada pukul 16.15, terlambat 15 menit dari jadwal undangan. Untuk kita di Indonesia keterlambatan semacam ini tentu masih amat sangat wajar. Ruang Resital berkapasitas 200 orang, sore itu lebih dari separuhnya dipadati hadirin. Mereka terdiri dari para siswa sekolah musik. Dibuka dengan sambutan Jelia yang sekaligus mewakili institusi yang dipimpinnya yakni JELIA’S PIANO STUDIO.
Dalam sambutannya Jelia mengemukakan bahwa istilah SENIOR RESITAL dipergunakan untuk menunjukkan bahwa resital sore itu bukanlah sebuah resital pemula. Melainkan sebuah resital dari seorang yang ingin berbagi estetika tentang pengalamannya yang sudah setahun kuliah musik di Jerman. Kemudian Jelia memaparkan pentingnya jeda waktu istirahat atau intermission, yang intinya adalah memberi ruang pada hadirin untuk sejenak rehat guna menyegarkan pikiran dan bathin agar bisa tetap fokus pada apresiasi. Diingatkan juga tentang beberapa poin dari kelaziman etika menghadiri resital.
SENIOR RECITAL - WHAT FOR?
Satu hal yang kiranya layak mendapat
apresiasi adalah ketika dalam sambutannya, Jelia mengatakan bahwa Senior
Recital semacam ini adalah sebuah FIELD LAB atau lab kerja. Tujuannya adalah
mempersiapkan siswa agar saat menempuh mata kuliah performance management, siswa
tersebut telah terbekali dengan sebuah studi kasus praktek nyata dan bukan
sekedar teoritis omong kosong belaka.
Bertalian dengan hal tersebut,
saya sempat mendapat sms dari sosok yang mengaku pianis top dan juga guru piano
di Amerika, isi sms nya begini: “Sebenernya
tuh untuk apa sih Jelia mau maunya mengkonserin muridnya? Itu kan biaya gede! Lagian
murid sekarang tuh digituin bukannya hormat sama kita tapi malah kepala besar
dan kurang ajar lho!” Saya yakin pendapat seperti dalam sms tersebut banyak
juga menghantui otak beberapa guru musik. Mereka menganggap pendidikan musik
bukan lagi tanggung jawabnya ketika seorang siswa sudah TAK LAGI MEMBERI
KONTRIBUSI UANG LESSON. Juga “ketakutan“ bahwa jika murid dibukakan wawasannya,
ia akan pongah dan memiliki kepintaran melebihi si guru.
Nampaknya kita perlu memaknai
ulang sembari mengalami proses pendewasaan atau growing up. Bahwa Kebahagiaan dan
kebanggaan seorang guru musik yang sejati adalah melihat dan merasakan
keberhasilan siswa/muridnya. Dan BUKAN memakai keberhasilan muridnya untuk diri
si guru supaya bisa jual tampang, narsis ini itu, dan mempongahkan diri
sendiri.
Kristi Natalie memasuki
panggung dengan gaun hitam sebagaimana lazimnya penampil dalam sebuah resital. Sore
itu ada 6 repertoire dan satu encore. Hampir seluruhnya adalah Musik Klasik
dari berbagai periode, kecuali encore yang sangat “menghibur”.
Secara umum, harus diakui
permainan Kristi Natalie sudah lebih dari sekedar ukuran kelayakan pemusik
klasik di Indonesia. Kristi memiliki kecepatan jemari, keakuratan, dan gesture
yang luwes. Kalaupun ada kekurangan, itu adalah sisi musikalitas. Dan
musikalitas itulah memang yang membuat orang harus kuliah musik di jenjang
sekolah tinggi dan/atau konservatori.
REPERTOIRES
Repertoire pertama adalah Sonata karya Joseph Haydn bernomenklatur Hob.XVI dalam C besar. Karya Haydn
terkenal dan dikenal sebagai karya yang sangat normatif. Dan bisa membuat
kejenuhan bagi publik yang tidak terkondisi dalam sajian Musik Klasik. Kristi
rupanya menyadari betul hal tersebut, sehingga dia membuat semacam “penyegaran”
dalam Sonata Haydn ini. Sayangnya, penyegaran yang dilakukan Kristi agak
melewati batas. Haydn sore itu ditafsir sebagai Beethoven. Hal ini makin nyata
pada movement dua, saat Adagio Haydn yang normatif ditafsir sebagai melodi
agitatif alla Beethoven. Dalam batas tertentu, Kristi layak dan sah saja member
tafsir demikian. Namun di sisi lain, tak salah juga jika pilar utama Musik Klasik
yakni interpretative normatif menjadi dipertanyakan.
Hadyn Sonata Hob. XVI, No. 50 in C Major - 1st movement
Etude Op. 10 No. 5 dalam G moll Besar karya F. Chopin. Etude yang satu ini, tidak seperti karya Chopin dalam
Ballade atau Nocturne yang menuntut adanya Dramaturgi. Etude ini adalah pameran
keperkasaan teknik berpiano. Dan seorang Kristi Natalie sore itu melaluinya
dengan sangat layak.
Chopin Etude Op. 10, No. 5 in G-flat Major
Ballade Op. 47 No. 3 dalam A moll Besar, masih sebuah karya dari F. Chopin. Ketika seorang pemain piano
akan bergumul dengan Ballade Chopin, hal yang harus ditaklukkannya adalah: TEKNIK DAN BANGUNAN DRAMATURGI. Kristi
memiliki teknik yang sangat layak. Namun dalam bangunan dramaturgi nampak agak
kedodoran. Imaji nya kurang terasah dan masih takut untuk bisa ngungun merajut
episode drama.
Chopin Ballade Op. 47, No. 3 in A-flat Major
Saat intermission, hadirin seperti benar-benar mendapat penyegaran.Saling sapa, saling bincang, dan saling beramah-tamah. Seakan bathin ini diguyur kesejukan persaudaraan untuk siap diasup kembali oleh asupan seni yang adi dan luhung serta luhur.
Karya Bela Bartok. Nukilan dari kitab Mikrokosmos jilid 6. Cerita tentang buku harian seekor lalat. Kristi
memiliki kecepatan, dexterity, dan ketepatan yang layak. Namun dia masih harus
menimba apa yang dikenal sebagai TONE
COLOR. Karya pendek ini berlalu dengan kesan terhadap dengung sayap lalat
yang agak sulit ditangkap hadirin.
Masih karya Bartok. Kali ini adalah Divided Arpeggios. Dari judulnya saja
Nampak bahwa karya ini membagi bagi pecahan akor. Sudah tentu jika akor dipecah
kemudian dibagi yang tersisa adalah COLOR.
Gradasi dinamik berhasil dibangun Kristi. Namun COLOR nya masih terasa sangat
miskin.
Photo courtesy of:
dr. Dario Turk
Repertoire pamungkas adalah Waltz of the Flowers karya Tchaikovsky. Kristi menafsir musik ini
dengan menggandeng adiknya, yakni Krista. Irama Walsa sangat terasa. Namun
tempo yang dibangun Krista terlalu cepat. Walsa Ballet ini menjadi terasa
seperti Mazurka dari Chopin. Kristi juga Nampak agak terbata-bata mengalun
frase cepat. Namun Walsa ini sangat mengesan di relung sanubari hadirin.
Tepuk
tangan gemuruh berkepanjangan dan tibalah encore.
Jelia sebagai direksi resital dengan sangat cerdas menyetujui Kristi dan Krista
membawakan karya Robert D. Vandall
sebagai encore. Hadirin langsung bergoyang dan justru sebetulnya saat inilah
Kristi dan Krista menyuguhkan musik yang sejati. Yang terbebas dari kungkungan
norma yang kadang membosankan.
"Toccata for Two" - by: Robert D. Vandall
MAKNA SENIOR RECITAL
Senior Recital Kristi Natalie
menyiratkan satu makna “PENDEWASAAN”.
Bahwa guru sejati senantiasa mengedepankan muridnya dan BUKAN asik
foto-foto narsis untuk dirinya sendiri. Bahwa publik kembali didewasakan. Sajian
piano bisa mencapai tingkat kemahiran yang mencengangkan. Bahwa kita semua: "WE MUST GROW UP!!!" Untuk kehidupan yang
lebih santun, estetis, dan tidak menjual egoisme serta narsisme dan omong
kosong tak bertanggung jawab.
Liebe Kristi Natalie,
Herzlichen Glueckwunsch!
Herzlichen Glueckwunsch!
Ich bin so stolz auf dich.
Ich wuensche dir all das Beste fuer das kommende Jahr und grosse Lebensfreude!
Moege alle deine Wuensche in Erfuellung gehen!
Weiterhin viel Erfolg!
Ich wuensche dir all das Beste fuer das kommende Jahr und grosse Lebensfreude!
Moege alle deine Wuensche in Erfuellung gehen!
Weiterhin viel Erfolg!