APA ITU CONCERTO?
“Concerto” berasal dari Bahasa Italia yang berarti “konser”. Namun pada sebuah concerto, konser ini mengacu kepada pertunjukkan virtuoso seorang solois dengan bagian musik yang membutuhkan teknik tingkat lanjut yang diiringi oleh orkestra. Soloist concerto atau solois konserto tidak melulu hanya pianis, tetapi bisa juga untuk instrumen lainnya, seperti: biolin, biola, cello, oboe, clarinet, terompet, dan bahkan vokal (sopran). Violin concerto misalnya, memiliki format violin sebagai solist dan diiringi oleh orkes. Cello concerto berarti memiliki format cello sebagai solist dan diiringi oleh orkes, dst.
Yang membuat sebuah concerto berbeda dengan pertunjukkan/konser pada umumnya adalah instrumen solonya berada dalam semacam sebuah dialog/percakapan dengan orkestra. Konserto sering kali merupakan acara berskala besar. Mereka populer di kalangan penonton karena biasanya melibatkan solois terkenal. Soloist sering kali menjadi sorotan konser malam itu. Mereka mungkin seorang profesional keliling, anggota orkestra,“artis muda” atau pemenang kompetisi atau “artist in residence”.
PARTITUR CONCERTO
Sebuah concerto biasanya ditulis dalam notasi musik – satu bagian untuk solois, satu bagian untuk orkestra, dan satu skor penuh berisi semua bagian instrumen untuk pengaba (dirigen).
SEJARAH SINGKAT CONCERTO
Concerto dikaitkan dengan solois instrumental, namun pada awalnya bentuk concerto adalah musik vokal. Pada akhir abad ke-16 dan awal abad ke-17, komposer akhir Renaisans dan Barok awal menghasilkan musik vokal diiringi oleh orkestra yang disebut concerto, atau konserto. Contohnya termasuk Saul karya Heinrich Schütz, “Saul, was verfolgst du mich”.
Pada akhir era Barok, bentuk concerto didominasi oleh ansambel instrumental. Komposer Italia Arcangelo Corelli memperkenalkan concerto grosso (artinya “big concert”) sebuah konser yang menampilkan bagian-bagian berbeda dari ansambel, bukan satu solois saja, tetapi satu kelompok soloist. Johann Sebastian Bach selanjutnya menulis Brandenburg Concerto, George Frideric Händel, Giuseppe Torelli juga mengeksplorasi bentuk konserto, dan Four Seasons karya Vivaldi.
Pada zaman Klasik, komposer seperti Wolfgang Amadeus Mozart, Franz Joseph Haydn, dan C.P.E. Bachmenyusun konser menggunakan bentuk sonata dan strings (instrumen musik gesek). Mozart, misalnya, menggubah lima konser biola dan satu konser sinfonia untuk biolin dan biola. C.P.E. Bach menyusun konserto musik tiup kayu, termasuk dua konserto oboe dan lima konserto seruling. Beberapa konserto bahkan menampilkan banyak instrumen, seperti Triple Concerto karya Beethoven (untuk biola, piano, dan cello) dan Double Concerto karya Brahms (untuk biola dan cello).
Era Romantis dalam Musik Klasik adalah perayaan bagi para virtuoso, dimana pianis menjadi primadonanya. Pianis mendapat perhatian baru dengan konserto piano dari Beethoven, Liszt, Chopin, Tchaikovsky, dan Rachmaninoff. Konser cello oleh Antonín Dvořák dan Edward Elgar memamerkan popularitas instrumen string.
Pada abad ke-20 dan ke-21, konserto dari era ini berkembang dan mempunyai banyak gaya baru yang mencakup teknik pertunjukan eksperimental atau tidak biasa. Komposer seperti Shostakovich dan Hindemith menciptakan karya dengan semangat konserto klasik. Benjamin Britten juga mendapat inspirasi dari zaman Romantis. Pada masa ini, komposer mendorong batas-batas struktur, ritme, dan harmoni konser, seperti: György Ligeti.
Pada Béla Bartók “Concerto for Orchestra” ditampillkan anggota dalam orkestra atau orkestra itu sendiri. Seringkali mereka sangat menyulitkan para pemain dan konduktor. “Konser untuk Orkestra”adalah salah satu karya yang paling populer.
Pada era Barok dan Klasik fungsi orkestra adalah memberikan iringan untuk solois. Namun, di penghujung era Klasik, orkestra mempunyai peran yang setara dengan p dan kerap melakukan “dialog” atau “percakapan” di antara keduanya. Komposer menyukai konserto karena dapat menonjolkan peran solois dalam orkestra.
Beberapa referensi untuk mendengar concerto, a.l.
1. Clarinet Concerto K.622 (1791) by Wolfgang Amadeus Mozart
2. Piano Concerto No. 5 "Emperor" (1810) by Ludwig van Beethoven
3. Violin Concerto in D major, Op. 77 (1878) by Johannes Brahms
4. Horn Concerto No. 1 (1883) by Richard Strauss
5. Concerto for Orchestra (1943) by Béla Bartók
6. The Five Sacred Trees (1995) by John Williams
7. The Concerto for Harpsichord and Orchestra (2002) by Philip Glas
PIANO CONCERTO
Elemen terpenting yang mendefinisikan piano concerto adalah instrumentasinya; konserto piano ditulis untuk solois piano dengan orkestra. Part konserto biasanya sangat sulit bagi pemain solo, diperlukan keahlian teknis dan ekspresif untuk memainkannya.
Istilah "piano konserto" sendiri dapat diperluas ke berbagai karya konser terprogram untuk piano dan orkestra dari era tersebut – Choral Fantasy karya Beethoven, Totentanz dan Ruins of Athens Variations karya Liszt, dan Burleske karya Richard Strauss.
Konserto piano paling awal ditampilkan di London, yaitu oleh Georg Friedrich Händel dan Carl Friedrich Abel yang mulai menulis konserto untuk piano dan ansambel string pada sekitar tahun 1770.
Selama era Klasik, bentuk ini dengan cepat menyebar ke seluruh Eropa, khususnya Jerman dan Austria, menjadi mapan dengan karya-karya dari Mozart, lalu ada Haydn, Carl Stamitz, dan Joseph Wölfl. Pada periode Romantis awal, repertoar konserto piano ditambahkan oleh Beethoven, Schumann, Mendelssohn, Chopin, Hummel, Ferdinand Ries, dan John Field.
Sedangkan era Romantis pertengahan hingga akhir termasuk konser oleh Edvard Grieg, Johannes Brahms, Camille Saint-Saëns, Franz Liszt, Pyotr Ilyich Tchaikovsky, dan Sergei Rachmaninoff. Alexander Scriabin, Antonín Dvořák, dan Edward MacDowell.
FORMAT PIANO CONCERTO
Konserto piano klasik dan berstruktur tradisional umumnya memiliki tiga gerakan, meskipun sejak zaman Beethoven, gerakan keempat tambahan menjadi lebih umum.
I. Allegro
Gerakan pembukaan dengan tempo cepat dalam bentuk sonata allegro sering kali menyertakan cadenza virtuoso (yang dapat diimprovisasi oleh pemain solo). Gerakan pertama biasanya merupakan gerakan yang paling lama dan paling rumit. Ini akan dimulai dengan perkenalan orkestra atau membiarkan pemain solo langsung tampil. Penyanyi solo akan memainkan dua tema yang kontras, sebuah ciri dari bentuk Sonata standar. Menjelang akhir gerakan pertama, pemain solo akan memainkan “cadenza” atau bagian solo yang diperpanjang tanpa orkestra.
Bentuk sonata klasik terdiri dari tiga bagian: eksposisi, pengembangan, dan rekapitulasi; namun dalam sebuah konser, tepat sebelum rekapitulasi, sebuah cadenza ditambahkan; cadenza adalah kesempatan bagi pianis untuk memamerkan teknik dan keterampilan improvisasinya, di mana orkestra biasanya berhenti bermain agar pianis dapat bermain dengan bebas. Setelah cadenza, tema utama kembali (rekapitulasi) dan orkestra bergabung kembali dengan pemain solo untuk memainkan akhir gerakan.
II. Adagio
Gerakan lambat yang lebih bebas dan ekspresif serta liris dengan tempo rubato. Biasanya dalam bentuk ternary. Kontras dengan gerakan lain dan memungkinkan pemain solo untuk menunjukkan potensi ekspresif dan keindahan permainan mereka. Bentuknya seperti lagu dan ditampilkan dalam da capo aria sederhana. Namun, bentuk gerakan lambatnya lebih fleksibel dibandingkan yang pertama, dan bentuknya bisa berupa apa saja sesuai dengan keinginan komposer selama piano tetap menjadi fokus perhatian utama.
III. Rondo Allegro
Pergerakan ketiga yang lebih cepat dari gerakan pertama. Gerakan terakhir ini sering kali menampilkan bagian awal musik: A-B-A-C-A yang disebut sebagai Rondo. Gerakan ketiga dari sebuah konser sering kali menggunakan beberapa jenis bentuk rondo; sebuah rondo menyelingi materi berulang dengan bagian musik yang berbeda dan kontras.
Sebuah rondo mengambil bentuk "ABACA" di mana semua bagian A berisi materi atau melodi yang sama dan bagian B dan C merupakan musik yang sepenuhnya baru. Dalam konser, biasanya, rondo tersebut terstruktur sebagai call and response, dimana piano akan memainkan sebuah ide dan orkestra akan merespon. Piano concerto dari Mozart dan Beethoven menggunakan model ini, namun banyak komposer lain yang tidak menggunakan bentuk ini.
GERAKAN KE-4 PIANO CONCERTO
Meskipun konser piano sering kali dibuat dalam bentuk tiga gerakan standar, beberapa komposer menyimpang dari model ini. Konserto Piano Beethoven No. 4 misalnya, menambahkan gerakan keempat, atau bahkan menyertakan bagian baru cadenza pada gerakan terakhir, untuk memenuhi interpretasi struktur piano yang dramatis dan bukan sekedar piano concerto formal pada umumnya.
Banyak komposer modern lain yang menulis konserto piano menggunakan beragam desain dan memperkenalkan inovasi baru. Misalnya, konserto kedua dan ketiga Liszt dimainkan tanpa jeda di antara bagian-bagian yang berbeda, Konserto Piano No. 2 karya Brahms dan Konserto Piano No. 1 karya Liszt memiliki empat gerakan.
PIANO CONCERTO YANG TERKENAL
Konserto piano WA. Mozart dianggap oleh para penikmatnya tidak hanya sebagai salah satu konserto piano terhebat, tetapi bahkan mewakili puncak musik klasik barat secara keseluruhan. Kesempurnaan formal mereka diimbangi dengan keindahan dan daya cipta melodi yang konsisten, dan mereka tetap menjadi andalan repertoar musik klasik semua orkestra besar di abad ke-21. Piano Concerto No. 21 in C Major, KV. 467 selalu sangat populer, sedangkan Piano Concerto No. 20 in D minor, KV. 466 ada dalam repertoar pertunjukan Beethoven dan Liszt. Piano Concerto No. 9 in E flat Major, KV. 271 yang ditulis ketika Mozart berusia 21 tahun adalah karya agung pertamanya dan masih sering direkam dan dipentaskan dalam konser.
Piano Concerto No. 5 in E-flat Major, Op. 73 "Emperor" oleh Ludwig van Beethoven (1809) dan merupakan yang terakhir dari lima konser piano Beethoven. Pada tahun 1809, Beethoven sudah cukup tuli, dan tidak dapat lagi menampilkan konser pianonya di depan umum. Karya tersebut harus menunggu hingga tahun 1812 untuk pertunjukan perdananya, kemungkinan besar karena perang Napoleon, yang mempengaruhi situasi di Wina. Dengan konser ini, Beethoven menghilangkan tradisi pemain yang mengimprovisasi cadenza-nya sendiri di akhir gerakan pertama, dan memilih cadenza yang disusun oleh komposernya sendiri, dan dalam hal ini konser piano ke-5 Beethoven merupakan sebuah terobosan.
Piano Concerto No. 2 in C minor, Op. 18 oleh Sergei Rachmaninoff (1901) adalah salah satu konserto Piano yang paling terkenal dan dihormati. Konserto Piano kedua karya Sergei Rachmaninoff adalah saksi bisu kelangsungan hidup seorang seniman. Jauh di dalam depresinya, Rachmaninoff tidak melihat jalan keluar. Konserto ini, yang didedikasikan untuk terapisnya, saat ia mengambil langkah pertamanya menuju cahaya.
Sulit dipercaya bahwa musik yang atletis dan liris seperti Piano Concerto No. 2 ini merupakan hasil dari rendahnya harga diri dan hambatan menulis sang komposer. Menyusul kecaman yang diterima Symphony No. 1 nya setelah pemutaran perdana tahun 1897 (dalam penampilan buruk yang dipimpin oleh Alexander Glazunov yang dilaporkan mabuk), Rachmaninoff menjadi semakin tertekan dalam menggubah lagu.
Setelah banyak upaya yang sia-sia untuk keluar dari keputusasaan yang mendalam ini –Rachmaninoff memulai sesi harian dengan Dr. Nikolai Dahl pada bulan Januari 1900. Dahl adalah seorang ahli penyakit dalam dan penghipnotis – dan bukan secara kebetulan. seorang musisi amatir yang baik – yang pernah merawat salah satu bibi Rachmaninoff. Terapi Dahl, kombinasi diskusi yang sensitif dan penuh pengertian serta sugesti hipnosis, terbukti berhasil.
Pada bulan April Rachmaninoff berangkat ke Mediterania bersama teman dan rekan pertunjukannya, Fyodor Chaliapin. Beberapa bulan kemudian Rachmaninoff kembali ke Rusia dengan portofolio musik yang baru digubah.
Piano concerto ini menggambarkan suasana masa kecil Rachmaninoff. Konsert dibuka dengan kebangkitan lonceng gereja ortodoks. Orkestra menjawab dengan melodi nyanyian yang pelan dan bertahap. Dalam gerakan lambat kita mungkin merasakan semilir angin sejuk dari kediaman keluarga tercinta Rachmaninoff, di Ivanovka.
Di Ivanovka, dia menemukan kebahagiaan dan motivasi. “Bau tanah, barisan tanaman yang dipangkas, dan bunga-bunga yang bermekaran. Saya bisa bekerja—dan bekerja keras. Setiap orang Rusia merasakan ikatan yang kuat dengan tanahnya. Mungkin itu berasal dari kebutuhan naluriah akan kesendirian.”
Selain lagu-lagunya yang “besar”, aspek lain dari konser ini mencakup hubungan piano-orkestra dalam tekstur dan warna serta tema memberi-dan-menerima yang sangat berkembang. Kombinasi curahan melodi yang luar biasa diimbangi dengan tarian brutal, nada yang liris dan memiliki kedalaman emosi yang luar biasa. Musik dari Rachmaninoff selalu bisa memotivasi keahlian pianistik — baik interpretatif maupun teknis. Memainkan karya heroik ini selalu menjadi impian setiap para pianis klasik hingga hari ini.