Monday, August 1, 2022

MENDUA: BALLADA MEMILIKI DUA GURU PIANO | by: Jelia Megawati Heru | Staccato, August 2022

“MENDUA”
BALLADA MEMILIKI DUA GURU PIANO
by: Jelia Megawati Heru
Staccato, August 2022


Banyak pro dan kontra, jika seorang murid memiliki "guru piano” yang lain. Ada yang berpendapat itu sah-sah saja, semakin banyak guru yang dimiliki, semakin baik muridnya, biar majunya lebih cepat. Beneran? Masak sih, Bunda? Belum tentu, kali!? Ada juga yang berpendapat untuk apa sih guru banyak-banyak, selain buang uang dan buang waktu. Lagian belum tentu juga dengan banyak guru, muridnya tambah pinter, tambah bingung iya, dan waktu latihannya kurangggg, sehari 24 jam kayaknya nggak cukup deh. Mau ikut instruksi guru A atau B? Nah lho, pusing pala barbie. Kalau Anda sedang galau, apakah Anda harus memiliki dua guru atau tidak, ada baiknya Anda simak artikel kali ini!

 

Setiap orang akan memiliki tanggapan berbeda mengenai hal ini, bahkan ada yang jadi sensitif dan alergi. Beda boleh-boleh saja, asal jangan nge-gas lalu lupa main cantik ya, Buibuk. Ketika Anda memiliki dua orang guru piano, kemungkinan besar Anda akan menerima perspektif yang berbeda (dan berpotensi bertentangan) dalam segala hal, mulai dari teknik hingga repertoar. Tujuan pembelajaran pun akan membingungkan dan kehilangan arah. 

 

Memiliki dua guru piano bisa menjadi destruktif, apabila dua guru ini mengajarkan materi yang sama tapi memiliki ide yang berbeda tentang bagaimana mencapainya. Sebagai contoh ketika belajar tangganada. Mempelajari tangganada bukan hanya tahu bahwa ada yang namanya tangganada atau asal pencet bunyi, tetapi ada teknik bermainnya. Jika kedua guru menyarankan pendekatan teknik yang berbeda dalam memainkan tangganada yang sama, dalam musik, muridnya pasti bingung.

 

Lah tapi kalau kuliah musik, kok banyak tuh gurunya? Efek destruktif ini tidak berlaku apabila murid memiliki dua guru – satu guru piano dan satunya guru saxophone atau violin, atau satu music history, satunya harmoni, misalnya. Jika dua guru yang berbeda bekerja di bidang yang berbeda, hal ini bisa berhasil dengan baik, karena tidak ada conflict of interest. Tetapi di universitas, seseorang mahasiswa musik hanya memiliki SATU GURU major instrument dan SATU GURU yang berbeda untuk minor instrument nya.



GURU SEBAGAI NAVIGATOR

Banyak jalan menuju Roma, yes! Pengennya sih tinggal naik pesawat kelas bisnis tinggal duduk manis sampai deh. You wish! Kalau judulnya belajar, nggak pernah ada yang naik pesawat mevvah. Kita bicara travelling ala backpacker low budget. Ada begitu banyak alternatif jalan, manakah yang harus dipilih? Ada yang lebih jauh tapi tidak macet, ada yang pendek tapi macetnya seperti ke Puncak tujuh jam. Bahkan dengan bantuan google map pun, Anda bisa nyasar. Anda harus memilih jalan mana yang harus Anda ambil. 

 

Semakin sering Anda mengubah pikiran Anda, kemungkinan besar Anda akan tiba di tujuan tapi memakan waktu lebih lama dari rencana atau lebih buruk lagi, Anda tidak akan pernah sampai di tujuan. Guru ini ibarat seorang tour guide yang paham dari A-Z tentang semua seluk beluk gang-gang yang harus dilewati, jalan pintas, rintangan, sehingga Anda bisa sampai di tujuan dengan selamat dengan LEBIH CEPAT, tanpa kekurangan satu hal pun. Hemat waktu, hemat uang, dan hemat energi.

 

Seorang guru yang baik memahami tujuan siswa dan dapat menentukan dan menavigasi jalan untuk membantu siswa mencapai tujuan tersebut. Ini termasuk mengenali area permasalahan siswa, memperhitungkan kekuatan, kelemahan, psikologi, kondisi siswa itu sendiri, dan melibatkan siswanya dalam memecahkan tantangan ini. 

 

Oleh karena itu, setiap siswa akan membutuhkan metode yang unik. Perbedaan antara dua murid bisa halus, atau bisa sangat besar. Guru akan memantau cara bermain dan kinerja siswa secara cermat dan aktif. Juga, setia mendengarkan apa yang siswa katakan dan menjawab pertanyaan siswa terkait dengan pelajaran musiknya. Kenapa? Karena mereka PEDULI dan ini bukan hanya sekedar makan gaji buta. 



PERCAYA, KOMITMEN & RASA HORMAT

Hubungan antara seorang guru dan seorang siswa merupakan hubungan yang spesial, krusial, dan bersifat transformatif. Seorang guru bisa menjadi mentor, coach, personal trainer, manager, dan bahkan figur orang tua. Pendidikan musik hanya bisa berhasil apabila ada kepercayaan, komitmen, rasa hormat, dan saling menghargai pada segitiga bermuda antara guru – orang tua – murid. 

 

Ada alasannya mengapa guru menerima predikat sebagai PAHLAWAN TANPA TANDA JASA. Ada dignity dan kehormatan dalam menjadi guru dibandingkan wanita malam. At least you owe that to the teacher. Apalagi ketika sosok ini akan mendidik anak Anda menjadi “seseorang” dan fee gurunya juga tidak akan bertambah ketika anak bandel kurang ajar nggak karuan. Ketika sudah tidak ada rasa percaya dan rasa hormat lagi, tidak cocok, banyak masalah, tidak jelas arahnya, tidak ada progress, maka hubungan ini menjadi tidak sehat. Itulah saatnya Anda mengevaluasi apakah ini bisa diatasi atau lebih baik diakhiri saja?


 

GURU JUGA MANUSIA

Guru itu bukanlah manusia super, bukan pesulap, guru itu juga bukan pembantu Anda, pesuruh Anda, nanny Anda, atau seseorang yang bisa Anda panggil kapan saja dan dimana saja seperti kupu-kupu malam. Guru ini berdedikasi mendidik anak Anda supaya mereka menjadi seseorang. Disini kita bicara tentang pendidikan karakter, bukan sekedar menekan tuts tang ting tung saja. Guru tidak bisa diperlakukan semena-mena saja gonta-ganti jadwal dan datang kapan saja kalau dipanggil seperti escort service

 

Apabila anak kurang ajar, ya apa bisa anak mendengarkan nasihat guru dan nurut? Ya menurut lo? “Ribet amat sih, toh asal dibayar ya sudah dong! Kalau mau diperlakukan dengan hormat, jangan jadi guru piano, jadilah lawyer, dokter, atau presiden!” Mulutmu harimau-mu. Omongan netizen memang terkadang lebih pedas dari sambel geprek level tiga belas. 

 

Orang tua juga tidak bisa sekedar tahu beres, main nge-drop anak seperti di day care saja. Kenapa? Ya karena itu anaknya mereka, ya kecuali kalau itu anaknya tetangga. We’re in this together. Anda adalah orang tua nya, bersikaplah seperti layaknya orang tua. Disinilah peran Anda dibutuhkan. “It takes a village to raise a child.” – African proverbs. So build your own! How you act and behave, it matters!



INDIKASI ANDA HARUS BERGANTI GURU

Ada beberapa indikasi yang perlu diperhatikan ketika Anda harus pergi meninggalkan seorang guru, a.l. tidak cocok, harapan yang tidak realistis (ekspektasi terlalu tinggi), temperamen yang buruk (tanda pelecehan, intimidasi, teror, perilaku tidak pantas, kemarahan yang meledak-ledak), dan keterampilan buruk yang dikombinasikan dengan kurangnya pengetahuan. Ada ketidakprofesionalan disini. Lalu tidak adanya kemajuan anak.

 

Guru yang buruk juga cenderung hanya cocok dengan satu metode saja. Hanya ada satu metode saja, yang kebetulan adalah miliknya saja; jika siswa gagal untuk berkembang, itu adalah kesalahan siswa. Pelajaran juga biasanya dilakukan secara terburu-buru dan tidak efektif. Guru juga mungkin sibuk dengan ponsel miliknya dan tidak fokus pada siswa. Jika Anda mengalami hal diatas, maka sebaiknya Anda memutuskan untuk pergi. Karena Anda tidak akan mendapatkan apa-apa selain rasa takut dan kebingungan. Tetapi jangan lupa untuk bermain cantik dan mengakhirinya dengan baik. Jangan tiba-tiba menghilang dan tidak mau bayar, misalnya.



PERTIMBANGAN UNTUK TIDAK MEMILIKI DUA GURU PIANO

Penulis secara pribadi menyarankan untuk TIDAK memiliki dua guru dalam bidang yang sama, dalam hal ini dengan materi piano yang sama dan lagu yang sama. Karena hal ini akan menjadi semacam indikasi, bahwa guru tsb tidak memiliki kemampuan atau sumber daya untuk mengajar murid dengan baik atau menyeluruh, meskipun ini hal ini tidak bisa dipukul sama rata.

 

Salah satu masalah sistemik besar dengan pendidikan musik adalah bahwa pendidikan musik ini tidak cocok dengan sistem institusi modern, yang bekerja sesuai dengan prinsip produksi massal. Semua pelajaran dibuat tailor-made sesuai dengan kebutuhan masing-masing anak – sesuai dengan umur, kemampuan, kondisi, daya tangkap, motorik halus, dan karakternya. 

 

Metode bagi pemula itu sendiri terbagi menjadi untuk anak balita, anak tujuh tahun, remaja, dan dewasa. Itupun masih begitu banyak alternatif buku yang digunakan dan buku yang sama mungkin belum tentu berhasil bagi murid yang lain. Mengajar anak sulung dan anak bungsu itu berbeda. Bahkan mengajar yang kembar identik pun berbeda. Kenapa? Ya karena mereka itu adalah dua pribadi yang berbeda. Setiap anak itu unik. Jadi tidak pernah ada hanya ada satu metode yang cocok dan berlaku untuk semua orang. Don’t let people tell you otherwise! Be smart! 

 

Jangan sedikit-sedikit latah, orang kata si A guru ini bagus karena lulusan S3 dari Amrik, oh kata si B guru itu bagus terkenal karena muridnya menang kompetisi terus. Mari kita berbondong-bondong belajar dengan guru A, B, C. Publik hendaknya jangan bodoh. Jadilah cermat dan bijak, walau uang Anda tidak ada serinya. Anda harus memiliki filter & conscience! Pada hakikatnya hak seseorang dibatasi oleh hak orang lain, ini yang disebut bebas bertanggung jawab. Jangan sampai membuat orang lain tidak nyaman, apalagi merugikan orang lain. Lho, kan saya bayar? Ya ini bukan hanya sekedar masalah uang saja, bro! Anda harus punya good will, itikad baik. Itulah yang membedakan manusia dari Jurassic Park.

 

JIka benar seorang guru ini tidak mampu mengajar dengan baik, maka akan jauh lebih baik untuk mempertimbangkan untuk mengganti guru sepenuhnya. Karena anak akan terhindar dari situasi yang sulit dan kebingungan, ketika dua guru mereka memiliki pandangan yang bertentangan tentang teknik dan pengulangan. Jangan tempatkan anak dalam posisi sulit seperti ini! Hal ini juga mempersulit guru dalam mengajar dan memberikan pendidikan musik terbaik demi kebaikan anak. Kemajuan anak menjadi terhambat, tidak optimal, buang waktu dan uang. Makan hati dan korban perasaan. Selain itu semua pihak akan terhindar dari kondisi yang tidak nyaman. It’s too crowded!

 

Seorang anak kecil tentunya sulit untuk bisa membaca situasi seperti ini. Apa yang sebetulnya harus mereka lakukan? Apa yang orang tua mereka ingin mereka lakukan? Apakah kelas piano nya berhasil atau tidak? Anak ditempatkan dalam situasi sulit, sehingga secara tidak langsung anak membandingkan kedua gurunya mana yang lebih baik? Salah anak? Oh bukan! Salah guru? Juga bukan! Guru hanya mencari nafkah dan berusaha melakukan pekerjaannya sebaik mungkin. 



MY TEACHER IS MY HERO!

Anak perlu mempercayai bahwa guru piano nya adalah guru yang terbaik bagi mereka. Itu akan memotivasi mereka dan membuat mereka percaya diri dalam melangkah. Tekad dan motivasi itu penting, mungkin lebih dari apapun. Tentunya motivasi tidak akan membuat segalanya menjadi lebih mudah, namun itu akan membuat segalanya jauh lebih tertahankan, dan hanya akan mendorong Anda untuk melangkah lebih jauh. Better, faster, stronger

 

Hal ini berlaku dua arah. Ketika guru diperlakukan dengan hormat sebagaimana mestinya, guru pun akan merasa nyaman, semangat ’45, berusaha memberikan usaha terbaiknya, dan mendidikasikan dirinya untuk mendidik anak. Treat people, how you want to be treated! Dengan demikian semua pihak bisa melakukan fungsinya sebaik mungkin dan bahkan mengerahkan potensi terbaiknya. And the rest is history, sky is the limit. 



Gurunya mungkin tidak tahu muridnya juga belajar dengan guru yang lain, bukan hanya satu guru lain tapi tiga guru lainnya mungkin. Tapi seiring berjalannya waktu, hal ini akan diketahui oleh guru ybs. dan hal ini sangatlah tidak nyaman. Malah membuat Anda jadi terlihat buruk. Ketika saat itu tiba, apakah guru bisa netral dan memberikan usaha terbaiknya dalam mendidik anak? I don’t think so.

 

Let’s be honest, siapa sih yang bisa diduain? Dan belum tentu semua guru bisa menerima kondisi ini. Ketika guru mengetahui kenyataan pahit ini, mungkin dia akan merasa terhina, tersinggung harga dirinya. Apa yang dia berikan ternyata tidak cukup bagi muridnya. Ternyata orang tua menginginkan sesuatu yang tidak dapat ia berikan. 

 

Honesty is the best policyKOMUNIKASI yang baik adalah mutlak diperlukan antara guru dan orang tua murid. Akan lebih baik jika orang tua atau murid transparan, mengutarakan apa yang mereka inginkan, dan meminta masukkan dari guru ybs untuk menghindari kesalahpahaman daripada “Surprise, saya punya tiga guru piano yang lain!” Kalau Anda ingin anak Anda dipacu bagaikan kuda untuk menang kompetisi, ya sampaikan saja ke guru ybs. Jadi jelas. Ketika guru tsb tidak bisa memenuhi harapan Anda, lebih baik ya Anda cari guru lain yang bisa memenuhi harapan Anda. Piano adalah raja dari semua instrumen musik. Pianis merupakan salah satu manusia yang paling kompetitif dalam musik. It’s their natureThey are alpha – a T-Rex. Jika Anda menempatkan beberapa pianis dalam satu ruangan yang sama mungkin akan terjadi perang dunia ketiga. 



ASPEK YANG MENJADI PERTIMBANGAN KELAS PIANO DENGAN SATU GURU SAJA

 

1. MANAJEMEN WAKTU

Kedua guru mengharapkan Anda untuk terus memainkan repertoar mereka, terlepas dari apa yang telah diberikan guru lain kepada Anda. Meskipun dimungkinkan untuk mengurangi kesulitan dengan membuat kedua guru saling mengenal dan berkontribusi satu sama lain dalam pembelajaran, kesulitan akan tetap ada. Stress juga akan menjadi masalah besar disini. Lebih sulit untuk mempelajari lima lagu dengan dua guru daripada belajar sepuluh lagu dengan satu guru.

 

2. PERBEDAAN TEKNIK & PERSPEKTIF

Beda guru, berarti beda semuanya. Seringkali akan terjadi pertentangan dalam hal teknik dan perspektif. Memangnya itu masalah? Oh itu menjadi hal yang sangat bermasalah, terutama jika guru sedang menekankan aspek teknis tertentu dari sebuah karya. Dimana aspek teknis tertentu dari sebuah karya menjadi sebuah highlight. Permainan teknik pada bagian-bagian tertentu akan berperan penting dalam mengembangkan kemampuan siswa di masa depan. Disitulah guru harus menjadi lebih spesifik secara teknik dan tidak bisa selalu fleksibel. 

 

Misalnya Guru A memberitahu Anda untuk memainkan oktaf dengan lengan, Guru B dengan pergelangan tangan, dan Guru C mungkin dengan keduanya (lengan dan pergelangan tangan). Contoh lain: Guru A menyuruh Anda menggunakan no jari 1-4 dan Guru B dengan no jari 1-5. 

 

3. KEBINGUNGAN

Dalam keadaan apapun, jangan mencoba untuk mempelajari materi yang sama, lagu yang sama, dan bagian yang sama dengan dua guru yang berbeda. Sepositif apapun niat Anda. Bukannya tambah pintar, Anda hanya akan berakhir lebih bingung dari sebelumnya. Anda tidak akan bisa menyenangkan semua guru. Belajar itu butuh proses dan ada kalanya semua tidak bisa dipercepat. Ini bukan Kumon. Kalau mau cepat, belajarlah untuk berlatih secara EFEKTIFDua guru yang baik itu tidak sama dengan satu guru yang sangat baik.

 

Guru yang baik hanya akan mencoba mengembangkan kemampuan teknis Anda. Guru yang sangat baik tidak hanya akan berusaha meningkatkan Anda dari segi teknik, tetapi secara musikal tidak hanya dalam satu gaya tetapi dalam beberapa gaya (walaupun mereka akan fokus pada salah satu pilihan Anda) dan yang lebih penting untuk mengembangkan Anda sebagai seorang pribadi, karena pendidikan itu sifatnya holistik, menyeluruh. “Teach the student first, the music second, and the piano third.” – Frances Elliott Clark.

 

Carilah guru yang sangat baik dalam kedua gaya, tetapi jika Anda hanya dapat menemukan satu guru yang sangat baik dan satu guru yang baik, pertahankan yang sangat baik. Semakin tinggi level nya, tentunya Anda butuh guru piano dengan kualifikasi yang lebih tinggi dan terspesialisasi. Jika Anda dapat mengkomunikasikan hal ini dengan baik dengan guru sebelumnya, pasti guru akan paham, karena guru yang baik hanya menginginkan yang terbaik untuk muridnya.

 

4. PEMBOROSAN

Menjadi masalah ketika seorang siswa tidak mengalami kemajuan yang signifikan, karena berlatih dengan cara yang “berbeda-beda”. Siswa akan berakhir menghabiskan waktu lebih lama dalam belajar. Ini adalah pemborosan energi, waktu, dan uang. Belum lagi guru menganggap murid ini tidak serius belajar, karena murid terkesan tidak menganggap pengajarannya penting  atau essensial dibandingkan dengan guru lain. Buktinya lagunya tidak bisa-bisa. Jangan buang waktu Anda dengan menempatkan diri Anda dalam posisi yang sulit.



BAGAIMANA SAYA HARUS “PUTUS” DENGAN GURU SAYA?

Ketika Anda ingin belajar dengan guru ini, Anda memulainya dengan baik, bukan? Ketika Anda ingin “putus” dengannya, putuslah baik-baik. Akhirilah dengan baik pula. Sebagai manusia yang berbudaya dan beragama. Yang jelas jangan tiba-tiba menghilang dan tidak bisa dihubungi, sementara masih ada tunggakan uang les yang harus dibayar. Itu namanya tidak tahu diri, kurang ajar, dan agak kriminal. Jangan juga hanya sekedar WhatsApp. Ingat, ini bukan GoFood atau GrabFood. Minimal kalau sibuk, Anda bisa bicara via telepon. Sebelum menelpon, ada baiknya Anda saling berkomunikasi kapan waktu yang tepat untuk bicara?

 

Lebih elegan, apabila Anda bisa mengatur jadwal untuk berbicara secara pribadi face-to-face. Saat berbagi detail, bersikaplah sesopan dan seramah mungkin. Hargai semua kerja keras guru tsb, ucapkan terima kasih dan beri tahu dia bahwa Anda menghargai semua upayanya dalam mendidik anak Anda, mohon maaf apabila ada hal-hal yang kurang berkenan. Jauh lebih baik lagi, apabila Anda berkenan memberikan sesuatu a token of appreciation kepada guru, berupa kartu ucapan terima kasih (optional). Tergantung seberapa baik hubungan Anda dengan guru tsb. agar tali silahturahmi tetap terjaga. Good luck!