Tuesday, June 1, 2021

Wanita dalam Musik Klasik | by: Jelia Megawati Heru | Staccato, June 2021

“WANITA DALAM MUSIK KLASIK”
By: Jelia Megawati Heru
Staccato, June 2021


PERAN WANITA DALAM MUSIK KLASIK

Meskipun wanita belum memiliki peran dalam orkestra simfoni hingga saat ini dan wanita bisa dibilang belum mencapai kesetaraan dengan pria dalam bidang musik, sebetulnya mayoritas musik lebih banyak dipelajari oleh wanita. Namun, secara proposional, pria mendapatkan pengakuan dan berada di tingkat yang jauh lebih tinggi – baik dalam pertunjukkan instrumental, vokal, pengaba, penelitian ilmiah, maupun komposisi kontemporer.


LARANGAN WANITA UNTUK MENYANYI & TAMPIL

Paus Leo IV (847–855 M) melarang wanita dalam paduan suara untuk bernyanyi di gereja, dan Paus Pius X bahkan melarang wanita untuk menyanyi, karena kaum Hawa dianggap sesat dan makhluk penggoda yang menjerumuskan Adam. Namun wanita juga diperlukan dalam paduan suara untuk register atas. Anton Vivaldi memimpin orkestra khusus perempuan pada tahun 1714 di sebuah sekolah khusus perempuan dan Hildegard von Bingen merupakan wanita pertama yang tercatat secara historis dalam musik abad pertengahan yang menulis lagu religius pada abad ke-12.

 

Pada tahun 1800-an, dianggap pantas bagi seorang wanita muda di masyarakat atas untuk mencapai kemahiran dalam alat musik klasik. Wanita kelas atas sering kali diminta untuk mempelajari alat musik, sering kali harpa, piano, gitar, atau biola, atau belajar menyanyi. Secara historis, wanita diharapkan menguasai instrumen bersama dengan mempelajari dasar-dasar musik, seperti: membaca musik, menulis musik, dan menampilkannya. Namun, hingga abad ke-18, tampil di depan umum dianggap tidak bermoral dan wanita hanya diharapkan untuk bermain di ruang domestik pribadi saja. 


Peran perempuan dalam musik, apakah itu pertunjukan atau pendidikan, dimaksudkan untuk kehidupan pribadi mereka di dalam rumah, bukan untuk publik. Selain itu, sejenius apapun seorang wanita tidak akan dilatih sebagai profesional, karena dianggap tidak sopan bagi wanita untuk tampil di depan umum. Pedoman etiket ini biasanya disebarkan oleh buku-buku seperti Letters to a Young Lady yang ditulis oleh John Bennett pada tahun 1798, dan Letters to Young Ladies yang ditulis oleh Lydia Sigourney pada tahun 1844. Pertunjukan musik dipandang sebagai upaya feminin, dan dengan demikian sekolah untuk wanita sering kali lebih berfokus pada musik dari pendidikan tinggi hingga universitas.

 

Pada abad ke-19 perempuan masih tidak diizinkan untuk belajar hingga ke tingkat konservatori. Kalaupun boleh, hanya diijinkan untuk mempelajari kurikulum yang tidak terlalu “tinggi” dan topik-topik yang dianggap kompleks akan dihilangkan. Subjek ini termasuk komposisi, kompetisi, dan orkestrasi. The Paris Reglements of 1822 menetapkan bahwa harmoni, kompetisi, dan fugue adalah 'untuk pria'. Komposisi secara khusus 'hanya untuk pria'.

 

KOMPOSER WANITA

Apa itu komposer wanita (woman composer)? Apa itu komposer pria (man composer)? Pertanyaan ini terdengar aneh, karena sebetulnya tidak ada bentuk yang baku, bahwa istilah komposer itu hanya diasumsikan hanya untuk laki-laki saja. Namun begitulah dunia memposisikan wanita dalam Musik Klasik. Wanita tidak boleh bermain di ruang publik dan wanita menjadi seorang komposer adalah tabu. 

 

Komposisi yang ditulis oleh wanita sering diatribusikan secara samar atau tidak diberi atribut sama sekali. Namun status profesi mereka biasanya dipengaruhi oleh keluarga dan status perkawinan mereka. Wanita yang berasal dari keluarga pemusik yang mendapatkan dukungan dari suami dan ayah mereka akan bisa membuka jalan mereka untuk berkarya dan mendapatkan pengakuan. Pianis dan komposer, Clara Schumann adalah contoh langka wanita yang menonjol di abad ke-19. 

 

Contoh lain yang menonjol adalah Élisabeth Jacquet de La Guerre, seorang komposer Perancis yang lahir pada tahun 1665. Kakeknya, Jehan Jacquet, dan ayahnya, Claude Jacquet, adalah pembuat harpsichord. Alih-alih hanya mengajar putra-putranya, Claude Jacquet mengajari putra dan putrinya bagaimana bertahan dan berkembang di dunia. Pola asuh ini, dukungan dari ayahnya, dan sejarah musikus keluarganya yang kaya adalah batu loncatan besar untuk karier musiknya. 

 

Pada usia lima tahun, Louis XIV memperhatikannya ketika dia tampil di istananya di Versailles. Hal ini akhirnya membuatnya menjadi musisi di istana Raja Matahari, Louis XIV. Dia menulis sebagian besar karyanya untuk rajanya, yang umum pada saat itu. Meskipun satu opera yang diterbitkannya dan hanya memiliki 5 atau 6 pertunjukan, dia terus mengarang sepanjang hidupnya, menghasilkan berbagai macam karya. Setelah kematiannya, kejeniusannya dalam komposisi, kreativitasnya dalam vokal dan musik instrumental, dan berbagai genre diakui. Kehidupan dan kesuksesan karirnya menunjukkan, bahwa dia diberi kesempatan langka untuk sukses sebagai komposer wanita. 

 

PERAN WANITA DALAM MUSIK PADA ABAD KE-19 & 20

Wanita tidak ada dalam konstelasi di orkestra dan simfoni musik sampai dengan tahun 1960-an. Ketidakseimbangan ini terutama terlihat dalam direktur musik orkestra simfoni, dengan 4,1% orkestra besar di Amerika Serikat dipimpin oleh seorang wanita, pada November 2016, dan dari 150 konduktor top yang diakui di dunia, hanya 3,3 % adalah wanita. 

 

Kesenjangan juga meluas ke posisi anggota dalam orkestra simfoni. Pada tahun 1982, Berlin Philharmonic mempekerjakan wanita pertamanya, Madeleine Carruzzo. Pada tahun 2003, Vienna Philharmonic menunjuk musisi wanita pertamanya setelah 161 tahun beroperasi TANPA WANITA. Faktanya, pernah ada larangan eksplisit terhadap musisi wanita sampai tahun 1996, ketika Philharmonic diancam dengan pemotongan anggaran oleh pemerintah Austria.

 

Dari tahun 1870 hingga 1910, wanita mulai mengambil lebih banyak pekerjaan di Musik Klasik, biasanya posisi mengajar. Clara Baur adalah wanita pertama yang mendirikan konservatori, Universitas Cincinnati – College Conservatory of Music, pada tahun 1867. Popularitas musik opera Amerika yang meningkat pada periode ini juga berkontribusi pada peningkatan jumlah wanita dalam Musik Klasik, karena wanita dibutuhkan untuk menyanyikan bagian-bagian wanita yang menonjol. 


NADIA BOULANGER


Pada tahun 1936, Nadia Boulanger mengadakan konser dengan London Philharmonic. Ia merupakan wanita pertama yang menjadi pengaba. Nadia Boulanger mengajar banyak musisi terhebat abad ke-20. Dia mungkin guru musik terhebat yang pernah ada, tulis Clemency Burton-Hill. “Guru paling berpengaruh sejak Socrates” adalah bagaimana seorang komposer kontemporer terkemuka menggambarkan Nadia Boulanger.

 

Boulanger adalah wanita pertama yang memimpin banyak orkestra besar AS dan Eropa. Daftar siswa musiknya terbaca seperti Hall of Fame abad ke-20. Leonard Bernstein. Aaron Copland. Quincy Jones. Astor Piazzolla. Philip Glass. John Eliot Gardiner. Daniel Barenboim. Elliott Carter. Semua raksasa musik ini, yang begitu berbeda namun begitu inovatif dalam caranya sendiri, belajar dengan Boulanger. Dia memberi mereka landasan yang kuat dalam analisis musik akademis, namun entah bagaimana memungkinkan masing-masing dari mereka menemukan bahasa mereka sendiri yang berbeda: mungkin definisi yang sebenarnya tentang apa yang membuat seorang guru hebat.

 

Boulanger juga memimpin Philadelphia Orchestra, Boston Symphony, dan New York Philharmonic pada tahun-tahun berikutnya. Vítězslava Kaprálová memimpin Czech Philharmonic pada tahun 1937 dan BBC Orchestra (kemudian dikenal sebagai BBC Symphony Orchestra pada tahun 1938 di London).



Setelah berakhirnya Perang Dunia II, jumlah wanita dalam pekerjaan Musik Klasik meningkat pesat di Amerika Serikat. Pada tahun 1947, 8% musisi orkestra simfoni adalah perempuan, dan 26,3% pada tahun 1982. Namun, jumlah wanita di orkestra Eropa tetap rendah. Wanita dalam posisi komposisi tetap di universitas juga tetap sangat tidak umum di tahun 1970-an, dengan 10,6% saja. 

 

Pada tahun 1984 Odaline de la Martinez menjadi wanita pertama yang tampil di Konser Promenade BBC di Royal Albert Hall. Orkestra pertama di dunia yang pernah mempekerjakan musisi wanita adalah Queen's Hall Orchestra di London pada tahun 1913, dipimpin oleh Sir Henry Wood. Sebelum 1913, wanita bermain di orkestra khusus wanita, yang pertama didirikan oleh Mary Wurm pada tahun 1898 di Berlin. Wanita pertama yang bergabung dengan orkestra Amerika adalah pemain harpa Edna Phillips, yang diterima di Orkestra Philadelphia pada tahun 1930. 

 

Beberapa asumsi mengapa wanita dianggap tidak setara dengan kepemimpinan dan inovasi Musik Baru, a.l. musisi wanita dikhawatirkan akan menikah, memiliki anak, dan tidak akan memiliki jenjang karier yang panjang. Sehingga wanita tidak akan berani mengambil risiko, tidak memiliki visibilitas tinggi, dan kurang profesional. Hal ini akan membuat mereka berada dalam posisi yang kurang menguntungkan dalam pengembangan karier dalam kacamata pebisnis. 

 

Wanita secara konsisten sering meremehkan bakat dan kemampuan mereka sendiri, menempatkan diri mereka pada posisi yang kurang menguntungkan dalam bidang promosi diri dan leadership. Seorang wanita dianggap tidak akan mampu memimpin dan membimbing seorang pria senior. Sehingga saat memilih siapa yang akan dipekerjakan, seorang direktur secara signifikan akan lebih cenderung untuk memilih pria sebagai pemimpin.

 

Walau banyak segundang rintangan bagi seorang wanita untuk mengklaim haknya, suaranya dalam hidup dan berkarir dalam musik, bukan berarti wanita harus menyerah dan pasrah terhadap bagaimana dunia memperlakukan seorang wanita sebagai makhluk yang lemah dan tidak setara dengan seorang pria dengan segala ‘keagungannya’. Ini adalah abad ke-21 dan semua mempunyai hak yang sama dalam berkompetisi, terutama di dunia virtual. 

 

Hal yang penting adalah bagi setiap orang, pria atau wanita, untuk mengembangkan keberadaannya sendiri, menjadi manusia seutuhnya – yaitu untuk menjadi dirinya sendiri. Itulah arti dan fungsi musik yang sesungguhnya. Dapatkah seorang wanita menjawab tantangan, melewati segudang rintangan secara sosial tanpa melanggar aturan dan menjadi game changer? Hanya waktu yang bisa menjawabnya.