Friday, October 7, 2011

SEJENAK MENELISIK PELAJARAN GITAR KLASIK

Dear music lovers, salam musikal! 
Here is some great article from Michael Gunadi Widjaja about classical guitar lesson! 
Read and learn! Hope could inspire you all! Enjoy!
 
SEJENAK MENELISIK PELAJARAN GITAR KLASIK

By Michael Gunadi Widjaja


Andres Segovia, sang legenda gitar klasik berujar demikian: “Gitar adalah alat musik yang unik. Bisa dimainkan sambil bersahaja, bisa juga didalami sampai ke tingkat master“. Sebutan gitar “klasik” sendiri, berlaku bagi gitar akustik yang berdawai nylon. Jadi apapun jenis musik yang dimainkan,sejauh dipergunakan gitar akustik berdawai nylon, orang akan rame-rame mengatakan bahwa yang sedang diperdengarkan adalah gitar klasik.

Sejarah gitar klasik itu sendiri tidaklah setenar dan se-glamour piano ataupun biolin. Lama orang menganggap bahwa gitar klasik tak ubahnya piranti pengiring belaka. Terutama di kedai minum.”Pendekar gitar klasik seperti Fernando Sor, Ferdinando Carulli saat itu sudah banyak membuat repertoire gitar klasik dengan virtuositas tinggi. Namun pamor gitar klasik tetap kalah dengan piano dan biolin. Pamor gitar klasik mulai terangkat oleh jasa Andres Segovia. Dengan kemampuan dan keberanian luar biasa, Segovia tampil membawakan transkripsi Chaconne - J.S. Bach untuk biolin, yang dia transkripsikan untuk gitar. Awalnya banyak orang mencemooh, mengejek dan menyangsikan bagaimana mungkin gitar yang kampungan dapat merajut komposisi biolin yang halus. Andres Segovia menjungkir balikkan semua cemoohan tersebut.

Keberhasilan Andres Segovia,tak terlepas dari andil sang guru. Francisco Tarrega - seorang guru dan master yang sangat pendiam dan sama sekali tak narsis. Tarrega lah yang meletakkan sendi utama gitar klasik. Posisi memegang gitar dengan menggunakan tatakan kaki atau footstool. Teknik mano isquierda solo atau bermain dengan tumpuan jari tangan kiri saja tanpa dipetik.Etude-etude singkat dan efektif bagi finger dexterity. Pendek kata, dunia gitar klasik “berhutang budi” pada Tarrega. Dasar sendi yang diletakkan Tarrega lah yang mempengaruhi pelajaran gitar di jaman kita sekarang ini.

Berbeda dengan piano, anak kecil,anak-anak tak lazim belajar gitar. Memang ada gitar berukuran kecil untuk anak-anak,namun hambatan anatomi jari merupakan faktual yang cukup menyulitkan dan merepotkan. Ambil rata-rata,gitar klasik paling lazim diajarkan pada usia mulai 10 tahun.

Jika kita atau anak kita ingin belajar gitar,langkah pertama adalah langsung membeli gitarnya. Berbeda dengan piano yang bisa dibeli setelah 2 atau 3 bulan pelajaran. Gitar mutlak ada sejak pertama menginjakkan kaki di ruang belajar. Karena belajar gitar sejak pertama kali sudah menemukan sebuah “tantangan” fisik berupa adaptasi penyesuaian anatomi jari. Untuk memilih gitar pertama anda,sebaiknya serahkan pada intruktur anda untuk memilihkannya. Memang banyak ditulis tips memilih gitar,namun dalam prakteknya, memilih gitar sulitnya minta ampun. Bagai memilih pasangan hidup..hehehehe.


Setelah kita membeli “my first guitar”,kita perlu tahu,apa yang akan kita dapat selama belajar gitar. Dengan kata lain,saatnyalah kita menelisik metode pelajaran gitar klasik. 

Saya lebih suka membagi jenis metode pelajaran gitar klasik sebagai berikut :

ANCIENT METHOD

Yang paling terkenal adalah metode dari Mateo Carcassi, Fernando Sor, Ferdinando Carulli. Ada pula Dionisio Aguado.

Mateo Carcassi memulai pelajaran gitar dengan manipulasi ibu jari tangan kanan (bagi yg non left handed tentu saja). Dimulai dengan dawai besar terlebih dahulu. Metode Carcassi bagus sebagai landasan awal. Kelemahannya adalah membosankan.dan Metode Carcassi tak berkesinambungan. Hanya sampai intermediate.

Sor, Carulli, Aguado, metodenya mirip-mirip. Dimulai dari scale (nada yang bertangga..ooopss…tangga nada). Kemudian arpeggio pada posisi p (pulgar/ibu jari) untuk dawai 4,5,6.i (indice/telunjuk) dawai 3.m (medio/jari tengah) dawai 2 dan a (anular/jari manis) pada dawai 1 paling bawah. Pola arpeggio menggunakan progresi chord mayor dan minor dari tangga nada yang bersangkutan dengan tingkat teknis I, IV, V. Baru kemudian diperkenalkan etuda-etuda sederhana. Meningkat pada eksplorasi finger dexterity. Metode ini berkesinambungan sampai tingkat master. Hanya saja, agak njlimet untuk dipelajari dan menuntut detail serta ketekunan extra.


MODERN METHOD

Banyak sekali macamnya.Saya hanya ingin memperkenalkan tiga saja.

Metode Eythor Thorlaksson. Mirip dengan ancient method. Hanya saja, untuk menghindari kebosanan, pengenalan nada sudah dirangkai menjadi lagu. Meskipun lagunya, karena keterbatasan ruang demi tuntutan metodik, menjadi sangat tidak familiar.


Yamaha Classical Guitar Method. Bagi saya, ini yang paling pas untuk orang Asia, termasuk Indonesia.Yamaha memulai metode gitar klasiknya dengan sebuah fundamental. Yakni sebuah buku yang berisi mixed, klasik, pop dan flamenco.Ini penting. Karena, terutama di Indonesia, gitar sangat berbeda perlakuannya dengan piano misalnya. Saat lingkungannya tahu bahwa si A kursus gitar, pastilah si A di daulat untuk “menggitari” lagu pop atau dangdut. Siswa piano jelas tak akan pernah mengalami begini. Jika siswa mempelajari metode ancient ataupun Eropa, tentulah dia takkan sanggup memenuhi “tuntutan” lingkungannya. Karena si siswa tak diajari konsep chord dan cara mengiringi pop atau dangdut. Yamaha sadar betul akan hal ini.

Metode buatan Indonesia

Yang menurut saya layak dikedepankan adalah metode dari Iwan Irawan dan Iqbal Thahir.

Iwan Irawan sebetulnya melakukan “perombakan” pada metode Yamaha. Urutan lagu pada buku Yamaha diubah agar lebih pas dengan kemampuan belajar siswa Indonesia. Ada tambahan repertoire dari kumpulan dalam buku John Mills, gitaris Inggris. Sedangkan Iqbal Thahir membuka peluang bagi tiap individu untuk bertarung memecahkan kesulitan teknisnya. Bagi Iqbal, kesulitan teknis adalah khas bagi tiap individu. Metode Iqbal Thahir lebih menjanjikan hasil yang “baik”. Mengingat konsepnya yang sangat terbuka bagi pengembangan individual.yang adalah hal esensial bagi pengejawantahan seni.

Hal yang perlu dikemukakan adalah: metode apapun yang nantinya dipakai, JANGAN BERHARAP kita bisa main greatest hits musik klasik. Jangan berharap dengan selesai metode dalam tingkat tertentu kita bisa main Fuer Elise atau Maiden's Prayer on guitar. Why? Because….guitar it’s a guitar and let it still be the guitar.