"BELAJAR PIANO OTODIDAK"
(Part II)
by: Jelia Megawati Heru
Staccato, October 2015
Pada abad ke-21, mempelajari piano sudah merupakan kebutuhan bagi banyak orang. Berbagai cara ditempuh untuk mempelajari instrumen ini, salah satunya adalah otodidak. Pengantar seputar belajar piano otodidak bagian pertama bisa dibaca pada Staccato, edisi September 2015. Artikel kali ini masih membahas seputar belajar piano otodidak – tips dan kesalahan umum apa yang sering dilakukan dalam mempelajari piano secara otodidak. Pembahasan mengenai belajar piano otodidak ini tidak hanya berguna bagi pianis amatir saja, namun juga berguna bagi guru piano yang mempunyai murid yang sebelumnya mempelajari piano secara otodidak.
KESALAHAN UMUM DALAM MEMPELAJARI PIANO SECARA OTODIDAK
Mempelajari piano secara
otodidak mempunyai banyak kelebihan, salah satunya adalah menghilangkan KETERBATASAN. Tidak ada limit umur, waktu, dan tempat
dalam belajar piano. Apapun kondisinya, dimanapun, kapanpun Anda berada,
siapapun Anda, bisa belajar piano. Bagaimanapun caranya – lewat buku, audio, online-source, maupun video tutorial. You’re your own teacher. Namun
mempelajari piano secara otodidak juga mempunyai kelemahannya yang terbilang cukup fatal, yaitu apabila Anda melakukan kesalahan
yang tidak Anda ketahui – karena hal tsb tidak tertulis dalam buku dan tidak ada
tutor yang memperbaiki kesalahan tsb. Kesalahan-kesalahan itu akan menjadi KEBIASAAN BURUK (bad habit) yang sifatnya PERMANEN. Efeknya dari kebiasaan buruk
ini pun bermacam-macam, mulai rasa nyeri hingga tidak mengalami kemajuan.
Beberapa kesalahan umum dalam
mempelajari piano secara otodidak:
1. Postur dan posisi duduk yang salah
Walau pada buku metode umumnya
dibahas tentang posisi dan postur bermain piano yang benar, umumnya pianis
otodidak tidak bisa mengatur postur duduk yang benar dan nyaman. Entah terlalu
dekat/jauh, terlalu rendah/tinggi dari piano, sehingga tidak memungkinkan gerakan
yang optimal.
2. Postur tangan salah dan rasa nyeri
Pianis otodidak rentan dengan
postur tangan yang aneh, salah, maupun suka berubah-ubah – terlalu tegang dan
tidak disokong dengan baik (sunken, not
well-rounded). Hal ini dapat terjadi karena pianis terlalu sibuk membaca
notasi balok dan tidak menyadari posisi tangannya berubah.
3. Problem tempo dan ritmik
Walau semua pianis bisa
mengalami hal yang sama, tidak terbatas pada pianis amatir saja. Umumnya pianis
otodidak mengalami kesulitan dalam menjaga tempo yang stabil, mungkin tidak
pernah menggunakan metronome, tidak tahu bagaimana berlatih dengan metronome, tidak
tahu apakah permainannya bertambah cepat atau lambat, tidak tahu bagaimana
memainkan ritmik yang kompleks (misalnya: dotted
notes, tied notes, triplet), dan mengalami kesulitan dalam memainkan compound time (6/8, 9/8, 12/8).
4. Problem teknis dan fingering
Pianis yang belajar secara
otodidak banyak mengalami kesulitan dalam mengontrol jari secara independen,
jari tegang, tidak tahu cara bermain yang rileks, tidak tahu sebaiknya no jari
mana yang harus digunakan, penjarian umumnya berubah-ubah, dan mempunyai kuku
yang panjang (biasanya pianis non-klasik). Belum lagi problem dalam mengkoordinasikan
tangan kanan dan tangan kiri. Hal ini dapat terjadi karena banyak proses yang
belum dilalui, namun di-skip begitu
saja. Orang inginnya cepat saja, instan tanpa perlu ribet-ribet memikirkan
teknik maupun jari.
5. Problem membaca notasi balok dan dasar teori musik
Umumnya pianis otodidak
mengalami kesulitan dalam membaca notasi balok, terutama pada bass clef. Banyak detail yang
terlewatkan, apalagi dalam musik banyak simbol dan detail performance directions/terminologi musik dalam bahasa asing. Begitu
pula dengan teori musik yang dianggap sebagian besar pemula membosankan dan
tidak penting. Lebih penting bermain piano. Padahal dengan bekal dasar pengetahuan
teori musik yang baik, seorang pianis akan belajar jauh lebih cepat.
6. Problem dalam berlatih
Pengulangan adalah bagian dari
berlatih, namun mengulang belum tentu berlatih. Umumnya pianis otodidak tidak
tahu cara berlatih yang efisien dan efektif. Mereka sering menghabiskan waktu
terlalu lama dalam berlatih dengan metode trial
and error atau berlatih berdasarkan mood,
tanpa disertai kemajuan yang berarti. Konsistensi dan disiplin merupakan bagian
dari latihan itu sendiri. Tanpa adanya konsistensi dan disiplin, hasil latihan
pun juga menjadi tidak optimal dan signifikan.
7. Problem dalam hal memotivasi diri
Jangankan pianis otodidak,
orang yang mempelajari piano dengan guru profesional saja kerap kali menemui
kesulitan dalam memotivasi dirinya untuk tetap berlatih – terutama apabila latihan
tidak membuahkan apapun. Apalagi seseorang yang tidak mendapatkan bantuan dan
dukungan dari orang lain. Tidak adanya apresiasi dari orang lain dan tujuan
jangka panjang (goal) sangatlah
sulit. Berarti pianis otodidak adalah satu-satunya orang yang harus memotivasi,
menjadi guru, dan mengapresiasi dirinya sendiri. Oleh karena itu pianis
otodidak sangat rentan terhadap rasa bosan, capek, putus asa, dan akhirnya
memutuskan untuk menyerah.
8. Permainan yang tidak musikal
Pianis otodidak sering menemui
kesulitan dalam mengintepretasi musik yang harus dimainkan. Umumnya karena
tidak mempunyai dasar (basic) secara teknik, maupun pengetahuan teori musik
yang memadai. Sehingga bunyinya menjadi “out
of context.” Misalnya: Musik JS.
Bach terdengar seperti Chopin,
lagu 6/8 terdengar seperti 3/4, lagu terdengar patah-patah tidak lancar karena
kesulitan jari/tidak bisa memainkan legato,
musik terdengar sangat berisik (dissonant)
karena pemakaian teknik pedal yang salah, atau bahkan kasus yang lebih sederhana
seperti accompaniment di tangan kiri
yang jauh lebih keras daripada melodi di tangan kanan. Yang lebih parah adalah
ybs tidak tahu, bahwa hal-hal tsb tidak musikal. Bayangkan apabila seseorang
tetap berlatih secara rutin dalam kondisi seperti diatas!
TIPS DALAM BELAJAR PIANO OTODIDAK
1. Instrument Preparation
Faktor utama dalam belajar
piano adalah piano itu sendiri. Sedapat mungkin berlatihlah pada piano akustik
(upright piano) yang sudah disetem (tuning). Apabila tidak memungkinkan, usahakan
untuk berlatih pada piano digital (bukan keyboard) dengan 88 tuts.
Mengapa? Karena piano mempunyai sistem mekanik yang berbeda dengan keyboard.
Teknik memainkannya pun berbeda. Jangan buang-buang waktu dengan mempelajari
hal yang salah dan akan menjadi kebiasaan buruk yang permanen.
2. Pencarian materi pelajaran dan menentukan target
Bacalah beberapa sumber baik
berupa buku, maupun secara online mengenai belajar piano bagi pemula. Pilihlah
salah satu metode yang sesuai dengan kebutuhan, misalnya: Piano for Adult (untuk usia dewasa). Umumnya piano otodidak
dilakukan oleh orang dewasa, anak kecil usia 6 tahun jelas tidak bisa belajar
otodidak tanpa guru. Setelah Anda memilih salah satu metode, kumpulkan materi
berupa buku instruksi (lesson book,)
CD, dan video tutorial yang berhubungan dengan metode tsb. Sedapat mungkin
pelajari dasar teori musik sedini mungkin dan membaca notasi balok. Tentukan
target belajar dalam waktu jangka pendek dan panjang yang masuk akal. Jangan
menetapkan “Flight of the Bumble Bee”
dalam 1 bulan pertama! Lebay!
3. PLAY BY EAR
Selalu libatkan indera
pendengaran Anda dalam berlatih piano. Sedapat mungkin dengarkan lagu yang akan
Anda pelajari lewat CD/MP3 Player sesering mungkin, misalnya: di mobil, ruang tamu, dan
kamar tidur. Mulailah latihan Anda dengan lagu-lagu yang sederhana dan familiar,
umumnya folksongs/nursery song dalam
tangganada C mayor (no black keys).
Usahakan untuk mempunyai perbendaharaan lagu (repertoire) yang variatif dan cobalah untuk menghafal (memorizing) lagu-lagu tsb. Menyanyi dan
bersenandung juga menjadi bagian dari menu latihan Anda. Carilah lagu dengan
iringan (accompaniment) sederhana
dalam bentuk CD. Mendengarkan pianis profesional memainkan lagu tsb dalam sebuah konser atau video juga sangat membantu.
illustration by: Anthony Healy
4. Sabar dan disiplin
Berlatih piano tidak bisa
seperti membuat mie instan. Satu kali latihan, lalu abrakadabra! You wish! Dibutuhkan
kesabaran, disiplin, latihan yang rutin (bukan lama, misalnya: 4 jam sekaligus),
dan waktu yang tidak sebentar. Berlatihlah step-by-step,
efisien, dan efektif. Usahakan untuk menghindari kesalahan-kesalahan yang
disebutkan diatas yang akan menjadi kebiasaan buruk yang permanen. Hindari latihan yang disertai rasa nyeri. Apabila timbul rasa nyeri, berarti ada sesuatu yang salah dengan cara berlatih Anda. Last but not least,
don’t ever give up!
Terlalu banyak pertanyaan yang tidak terjawab? Ketika Anda menemui kesulitan, Anda selalu bisa bertanya kepada teman yang mempelajari piano secara profesional (kalau ada). Kalau tidak ada, mungkin sudah saatnya Anda untuk mengambil kelas piano sesungguhnya. Selalu ada alternatif untuk belajar piano dengan guru profesional, bukan? Tidak ada pernah ada kata terlambat. Good luck and happy practicing!
Terlalu banyak pertanyaan yang tidak terjawab? Ketika Anda menemui kesulitan, Anda selalu bisa bertanya kepada teman yang mempelajari piano secara profesional (kalau ada). Kalau tidak ada, mungkin sudah saatnya Anda untuk mengambil kelas piano sesungguhnya. Selalu ada alternatif untuk belajar piano dengan guru profesional, bukan? Tidak ada pernah ada kata terlambat. Good luck and happy practicing!
Tom & Jerry "Learn Piano in 6 Lessons"