"KETIKA ROH BEETHOVEN MENGUNJUNGI JAKARTA"
Liputan Konser Oliver Kern (Staccato, December 2014)
Oleh: Tim Liputan Staccato
Sudah banyak pianis di
Indonesia yang memainkan karya Ludwig van Beethoven, baik yang main secara malu-malu, main
dalam pagelaran resmi, maupun dalam pagelaran resmi yang dibesar-besarkan. Pertanyaannya
adalah apakah mereka benar-benar “memainkan” Beethoven? Banyak juga pianis
hebat kelas dunia yang memainkan karya Beethoven. Segudang pertanyaan dan
kritik pun berhamburan. Apakah mereka juga sudah sungguh memainkan Beethoven
secara pas? Sudah terlalu banyak pula pianis yang asli Jerman, yang nota bene
adalah tanah kelahiran Beethoven, yang bahkan juga mengundang spekulasi pas
tidaknya penafsiran mereka akan karya Beethoven. Untuk apa sih kita mempersoalkan
MAIN BEETHOVEN secara pas? Kan ini hanya musik, salah tafsir juga tidak bakalan
ada yang mati! Ya, benar. Namun jika kita ingin menjadikan Musik Klasik, termasuk
karya Beethoven, sebagai komunikasi estetis dalam ranah seni, kita mutlak perlu
melakukan pendekatan tafsir yang setidaknya mendekati pas.
Excerpt Video "Achtung! Oliver Kern bringt Beethoven nach Jakarta!"
(dari kiri ke kanan)
Drs. Bambang Subekti MM., Michael Budiman, HE.DR.Georg Witschel,
Prof. Oliver Kern, DR. Wardiman Djojonegoro, Ndaru Darsono
Drs. Bambang Subekti MM., Michael Budiman, HE.DR.Georg Witschel,
Prof. Oliver Kern, DR. Wardiman Djojonegoro, Ndaru Darsono
Konser berlangsung pada 26
Oktober 2014 di Teater Besar Jakarta, kompleks Taman Ismail Marzuki Jakarta. Dihadiri
oleh Duta Besar Republik Federal Jerman, HE.
DR. Georg Witschel, para Duta Besar Negara sahabat, Atase Kebudayaan
Perancis, dan mantan Menteri Pendidikan DR.
Wardiman Djojonegoro. Konser diawali dengan “Overture” dari karya Joseph Haydn “THE CREATION,” dengan
dirigen Ndaru Darsono dan solis Sylvia Wiryadi.
Oliver Kern tampil membawakan Piano
Konserto Beethoven No. 3, Op. 37, in C minor. Konserto ini menarik
karena merupakan salah satu bentuk konserto yang dikerjakan Beethoven yang
dapat dimaknai sebagai pendobrakan tradisi orkestra era Joseph Haydn, sekaligus
peletakan dasar pengembangan orkestra di era selanjutnya. Dipagelarkan pula Choral
Fantasy, Op. 80 dari Beethoven
yang sebetulnya adalah pengembangan bentuk konserto dengan mengedepankan bentuk
musikalisasi puisi.
Oliver Kern menurut beberapa kalangan dan kritikus musik yang hadir, sangat berhasil membawa dan menyajikan roh Beethoven secara pas. Spirit Beethoven sungguh nyata: garang, agak sedikit rigid, temperamen, emotikal, namun mesra dan bergairah dalam cinta. Selain itu, teknik Oliver Kern sangat luar biasa. gradasi dinamiknya rata, punch staccatonya juga rata rapih dan mulus. Satu hal yang penting, malam itu Oliver Kern berhasil mendongkrak orkes lokal kita menjadi orkestra kelas dunia! Konser ditutup dengan encore karya Alexander Scriabin dalam “Nocturne Op. 9, for the left hand.”
Oliver Kern menurut beberapa kalangan dan kritikus musik yang hadir, sangat berhasil membawa dan menyajikan roh Beethoven secara pas. Spirit Beethoven sungguh nyata: garang, agak sedikit rigid, temperamen, emotikal, namun mesra dan bergairah dalam cinta. Selain itu, teknik Oliver Kern sangat luar biasa. gradasi dinamiknya rata, punch staccatonya juga rata rapih dan mulus. Satu hal yang penting, malam itu Oliver Kern berhasil mendongkrak orkes lokal kita menjadi orkestra kelas dunia! Konser ditutup dengan encore karya Alexander Scriabin dalam “Nocturne Op. 9, for the left hand.”
Menurut co-promotor Jelia
Megawati Heru, bentuk dialog budaya semacam ini akan terus dikembangkan. Agar
sedikit demi sedikit terasah arah yang tepat dalam pembangunan manusia dan
budaya di tanah air.
see the photos in flickr,
please click HERE