Michael Gunadi Widjaja: 
"PENDIDIKAN MUSIK SEKOLAH UMUM
DINILAI SALAH ARAH"
Liputan Koran Radar, Jawa Tengah - 31 Oktober 2012 
 
 
Arah
 pendidikan musik di sekolah umum, baik Sekolah Dasar (SD), Sekolah 
Menengah Pertama (SMP),  Sekolah Menegah Atas (SMA), menurut praktisi 
musik Kota Tegal, Michael Gunadi Widjaja, dinilai salah arah. Seharusnya yang ditampilkan pada tiap siswa bentuk apresiasi, bukan ketrampilan seni bermain.
"Siswa
 dipersilahkan menyaksikan bentuk musik bermutu. Tidak sebaliknya, 
diajarkan ketrampilan seni bermain. Pendidikan musik semacam ini berlaku
 di semua tingkatan di sekolah umum", tandasnya. "Di sisi guru 
yang diberi tugas mengajar musik, boleh jadi belum tahu apakah itu 
ansambel musik, tentang harmoni, serta teknik bermain instrumen baik dan
 benar."
Namun Gunadi menyadari jumlah guru yang mumpuni bidang seni musik jumlahnya sangat sedikit. "Keterbatasan
 itu sebenarnya dapat diatasi dengan mengadakan seminar, pesertanya guru
 yang mengampu bidang studi seni musik. Sehingga akan bertambah 
pengetahuannya." Sebelum itu pernah diadakan seminar tentang musik, mengundang master musik dari Jakarta, imbuhnya.
Soal
 kemajuan teknologi yang memungkinkan anak-anak mudah mengakses bermacam
 jenis musik, ucap seniman musik yang selama ini kerap tampil dalam 
berbagai event, seharusnya teknologi dapat mendukung pembelajaran
 seni musik. Selain itu, teknologi merupakan sarana atau wadah 
pengungkapan ekspresi.
Ketika
 ditanyakan tentang sedikitnya siswa mempelajari musik di sekolah, dia 
pun mengungkapkan, hal tersebut karena terjadi kesalahan cara pandang 
pendidikan selama ini. "Kalau ingin jadi orang sukses, pelajaran 
matematika dan bahasa Inggris nilainya harus bagus. Untuk pendidikan 
humaniora seperti pendidikan musik dan seni lain dianggap tidak penting.
 Penanaman semacam itu berakibat kurangnya minat pada bidang lain.", paparnya.
Sementara
 masing-masing anak memiliki bakat dan kemampuan berbeda. Namun yang 
terjadi justru penyeragaman cara pandang. Hal ini terjadi hampir di 
semua aspek kehidupan. Sedang pendidikan humaniora yang mengasah 
kepekaan anak, sehingga menjadi pribadi mandiri, seakan terabaikan.

 
 
