Friday, November 2, 2012

Liputan Koran Radar - 31 Oktober 2012 "Pendidikan Musik Sekolah Umum Dinilai Salah Arah"

Michael Gunadi Widjaja:
"PENDIDIKAN MUSIK SEKOLAH UMUM
DINILAI SALAH ARAH"
Liputan Koran Radar, Jawa Tengah - 31 Oktober 2012

 
Arah pendidikan musik di sekolah umum, baik Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP),  Sekolah Menegah Atas (SMA), menurut praktisi musik Kota Tegal, Michael Gunadi Widjaja, dinilai salah arah. Seharusnya yang ditampilkan pada tiap siswa bentuk apresiasi, bukan ketrampilan seni bermain.

"Siswa dipersilahkan menyaksikan bentuk musik bermutu. Tidak sebaliknya, diajarkan ketrampilan seni bermain. Pendidikan musik semacam ini berlaku di semua tingkatan di sekolah umum", tandasnya. "Di sisi guru yang diberi tugas mengajar musik, boleh jadi belum tahu apakah itu ansambel musik, tentang harmoni, serta teknik bermain instrumen baik dan benar."

Namun Gunadi menyadari jumlah guru yang mumpuni bidang seni musik jumlahnya sangat sedikit. "Keterbatasan itu sebenarnya dapat diatasi dengan mengadakan seminar, pesertanya guru yang mengampu bidang studi seni musik. Sehingga akan bertambah pengetahuannya." Sebelum itu pernah diadakan seminar tentang musik, mengundang master musik dari Jakarta, imbuhnya.

Soal kemajuan teknologi yang memungkinkan anak-anak mudah mengakses bermacam jenis musik, ucap seniman musik yang selama ini kerap tampil dalam berbagai event, seharusnya teknologi dapat mendukung pembelajaran seni musik. Selain itu, teknologi merupakan sarana atau wadah pengungkapan ekspresi.

Ketika ditanyakan tentang sedikitnya siswa mempelajari musik di sekolah, dia pun mengungkapkan, hal tersebut karena terjadi kesalahan cara pandang pendidikan selama ini. "Kalau ingin jadi orang sukses, pelajaran matematika dan bahasa Inggris nilainya harus bagus. Untuk pendidikan humaniora seperti pendidikan musik dan seni lain dianggap tidak penting. Penanaman semacam itu berakibat kurangnya minat pada bidang lain.", paparnya.

Sementara masing-masing anak memiliki bakat dan kemampuan berbeda. Namun yang terjadi justru penyeragaman cara pandang. Hal ini terjadi hampir di semua aspek kehidupan. Sedang pendidikan humaniora yang mengasah kepekaan anak, sehingga menjadi pribadi mandiri, seakan terabaikan.