MENUMBUHKAN MINAT SENI ANAK
Berkesenian adalah cara terbaik untuk mengembangkan kreativitas,
karena seseorang dapat mengekspresikan emosinya secara nonverbal.
Seni
juga ampuh untuk mengembangkan aspek kognitif, sosial dan
emosionalnya.
Seni dalam pendidikan di Indonesia bagaikan anak tiri.
Berapa besar porsi pendidikan seni bagi anak yang disediakan di
sekolah setiap minggunya?
Bandingkanlah dengan mata pelajaran
lain,
- seperti matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, IPA, dsb.
Bidang-bidang apa sajakah yang mendapat porsi dan
penekanan yang lebih besar?
Jawabannya, pasti bukan seni!
Setidaknya hal itulah yang dilihat oleh Dinastuti, MSi, Psi,
pengajar Psikologi Seni di Unika Atma Jaya.
“Pendidikan seni yang bisa
memajukan kreativitas, ekstra kurikuler yang bisa membuat anak berpikir
berbeda, kritis, dan unik, sama sekali tidak ditekankan,”
Hal itu menurutnya bisa dilihat dari kurikulum sekolah yang
sedari dulu penekanannya adalah pada mata pelajaran eksakta, bahasa dan
lainnya yang dianggap lebih penting.
Penekanan pada mata pelajaran tertentu di sekolah juga mempengaruhi
kegiatan anak di luar sekolah. Les anak yag notabene lepas dengan
kegiatan sekolah, sebagian besar pun berupa pelajaran tambahan yang
sifatnya mendukung pelajaran di sekolah, seperti les matematika dan
Bahasa Inggris. ”Itu semua bagus, tetapi tidak diimbangi dengan
kesempatan bagi anak untuk mengeksplorasi hal-hal yang bersifat seni,”
katanya.
Namun Dinastuti tidak memungkiri, ada juga orangtua yang sudah
berpikiran untuk mengarahkan anaknya kursus di bidang seni, misalnya
kursus melukis, menari, memainkan alat musik, dsb. Tapi sayangnya,
minat untuk menyalurkan anak untuk berkesenian itu kerap berbenturan
dengan biaya, mengingat harga yang dibanderol tempat kursus biasanya
relatif mahal. Belum lagi peralatannya yang umumnya harus disediakan
sendiri. “Seberapa banyak sih yang punya uang atau bisa memberikan
fasilitas itu pada anaknya?“ kata Dinastuti mempertanyakan. Padahal,
seni memberikan manfaat yang tidak sedikit bagi anak, tak hanya dari
bagi kreativitas juga sisi kognitif, emosi dan sosial.
MAKANAN OTAK
Pakar kreativitas dari pusat pengembangan kreativitas, Qurius, Kayee Man memaparkan, seni sangat bermanfaat untuk mengaktifkan otak kanan anak. Mengutip pendapat Edwards, Kayee menjelaskan bahwa otak kiri manusia tidak menyukai aktivitas yang tidak bisa diekspresikan dengan kata-kata, karena membutuhkan lebih banyak waktu untuk diproses. Atau dengan kata lain, otak kiri membenci aktivitas yang ada hubungannya dengan seni.
Berbeda dengan otak kanan yang bekerja kebalikannya. Seperti
diindikasikan oleh Hausner dan Scholsberg, Kayee mengutip, banyak
ilmuwan yang setuju bahwa seni adalah cara terbaik untuk mengembangkan
kreativitas karena melaluinya seseorang dapat mengekspresikan emosinya
secara nonverbal.
KREATIVITAS:
bagaimana menemukan
ide baru yang efektif dan etis?
Untuk menjadi kreatif seseorang harus berpikiran terbuka, mau
berimajinasi dan mengambil risiko terhadap hal-hal baru. “Akan lebih
mudah bagi seseorang untuk kreatif jika dia berada dalam lingkungan yang
mendukungnya untuk menjadi kreatif yaitu lingkungan yang mendukungnya
untuk berimajinasi, terbuka terhadap hal baru, dan ide-ide yang tidak
biasa tanpa takut melakukan kesalahan,” urai Kayee.
Dengan membuat karya seni, tambahnya, anak dapat mengembangkan
imajinasi, mencoba berbagai cara baru, dan menentukan ide-ide apa yang
harus digunakan dan tidak perlu digunakan.
“Seni membuka berbagai
kemungkinan untuk munculnya kreativitas,”
Kemampuan untuk
berpikir dan berimajinasi inilah yang kemudian akan menyebar ke area
lain dalam otak/pikiran anak sehingga anak akan mempunyai kemampuan yang
lebih baik dalam menyelesaikan masalah, memahami bacaan, dan berpikir
analitis.
Selain itu dari segi kognitif, Kayee berpendapat aktivitas seni baik
untuk mengembangkan aspek kognitif anak karena sifatnya yang
multidisiplin. Kayee mencontohkan, melalui aktivitas seni membuat bentuk
menggunakan tanah liat, anak dapat belajar bahwa beberapa objek dapat
mengapung atau tenggelam di dalam air. Mereka dapat bereksperimen
bagaimana bentuk dan berat suatu objek dapat mempengaruhi hal tersebut.
Dengan demikian, “Seni dapat digunakan untuk mengeksplorasi disiplin
ilmu lain, memperoleh suatu pengetahuan baru ataupun memperdalam suatu
hal yang sudah diketahui,” terang peraih gelar master studi kreativitas
dari International Center of Creative Studies di Buffalo State
University , New York ini.
Menurut Kayee, seni juga dapat menjadi media yang sangat baik untuk
anak belajar mengasosiasikan sesuatu secara bebas dan tidak biasa.
Misalnya, dalam aktivitas seni dengan tema “Metamorfosis”, anak tak
hanya bisa belajar pengetahuan dasar tentang proses metamorfosis, tetapi
juga ditantang untuk menciptakan karya seni yang ada kaitannya dengan
proses tersebut. Anak bisa saja membuat pensil ‘berubah’ menjadi
dompet yang tak hanya hasil dari sebuah karya seni tetapi juga
mendorong mereka untuk memiliki pemahaman yang berbeda tentang konsep
metamorfosis. “Di sinilah seni mampu menyatukan berbagai disiplin
ilmu menjadi sebuah media yang efektif untuk melatih anak membuat
asosiasi yang tidak biasa, yang sebenarnya merupakan elemen kunci dari
berpikir kreatif,” jelas Kayee lagi.
Kemampuan observasi anak pun bisa dikembangkan melalui seni. Sebagai
contoh, tambah Kayee, dalam sebuah aktivitas seni yang menggunakan
daun, anak dapat diminta untuk mengekplorasi bentuk, bau, tekstur, dan
struktur dari berbagai macam daun. Kemudian anak dapat diminta untuk
mengelompokkan daun-daun tersebut berdasarkan kategori tertentu dan
membuat sebuah kreasi seni yang berkaitan dengan hal tersebut. Hasilnya,
anak mungkin dapat mengasosiasiasikan bau daun dan membentuknya
menjadi bunga. Atau, mengasosiasikan bentuk daun untuk membuat karya
seni berbentuk kucing.
MAKANAN JIWA
Dinastuti menambahkan, ketika seseorang berkesenian, berarti dia sedang
mengekspresikan dirinya. Ia tak hanya mengekpresikan dirinya tetapi
juga bagian-bagian dari dirinya, apa yang dia pikirkan dan apa yang dia
rasakan.
“Ketika mengekspresikan dirinya,
anak harus tahu dulu apa
sebenarnya yang dia rasakan, apa yang dia pikirkan. Anak pun jadi
belajar untuk mengenal dirinya sendiri,”
Anak yang bisa
mengenal dirinya sendiri, menurut Dinastuti tahu siapa dirinya, tahu apa
yang disukainya, dan apa yang tidak disukainya.
Sependapat dengan Dinastuti, Kayee mengatakan, seni dapat menjadi
suatu medium yang baik bagi anak-anak untuk mengungkapkan apa yang
mereka rasakan. Bahkan untuk anak yang belum bisa menggambar
dengan bagus pun bisa menceritakan apa yang coba disampaikannya
melalui gambar dengan memancingnya melalui pertanyaan. Kayee
mencontohkan anak 5 tahun yang menggambar gadis kecil dengan plester
di bagian dagu karena ingin menceritakan bahwa dia baru saja jatuh.
“Anak dapat menunjukkan hal penting yang terjadi pada dirinya
melalui
sebuah karya seni,”
Menurut Dinastuti, ketika anak belajar seni, sebenarnya ia tengah
mengasah sisi sensitivitasnya. Anak jadi lebih peka terhadap
pemikirannya sendiri, perasaannya sendiri. Hal itulah yang menurut
Dinastuti dapat membantu anak untuk juga memahami perasaan dan pemikiran
orang lain.
“Orang-orang yang belajar seni biasanya lebih peka,
lebih
sensitif, lebih bisa merasakan perasaan dan ekspresi orang lain, ”
Dari sisi sosial, menurut Kayee, seni juga dapat menjadi medium yang
sangat baik bagi anak untuk berkolaborasi dan bekerja sama dengan orang
lain, mulai dari merencanakan suatu proyek, membagi tugas dan tanggung
jawab dan menjadi bagian dari tim untuk menyelesaikan keseluruhan
proyek dengan baik. Misalnya, sekelompok anak yang mendapat tugas untuk
membuat drama singkat tentang dongeng Putri Salju. Anak belajar untuk
merencanakan penampilan, berbagi tugas dan tanggung jawab serta
menjalankan setiap perannya sebaik-baiknya.
Selain itu, buat anak-anak, menciptakan suatu hasil karya seni yang
orisinil dapat memperoduksi kepuasan bagi jiwanya, yang tentunya sangat
baik untuk meningkatkan rasa percaya diri anak.
CARA MENUMBUHKAN MINAT ANAK TERHADAP SENI
- Ajak anak menonton pertunjukan, atau pameran hasil karya seni sambil mendiskusikan apa yang dilihat dan menanyakan padanya hal apa yang menurutnya menarik dan membuatnya tertarik.
- Anda pun dituntut untuk juga menjadi seorang penggemar seni, agar si kecil tertarik dengan seni. Salah satu cara untuk menunjukkannya pada anak adalah dengan menjadikan seni sebagai bahan obrolan atau topik pembicaraan sehari-hari. Anda bisa menceritakan lukisan yang digantung di rumah dan alasan mengapa Anda menyukainya, film yang Anda tonton, karya seni yang dibuat si kecil, alunan musik yang didengar dalam perjalanan di mobil dan lain sebagainya.
- Stimulasi si kecil dengan seni yang bagus dan bermutu tinggi, apapun itu. Cobalah untuk memajang lukisan bagus, patung-patung artistik atau memperdengarkan musik-musik indah. Selain dapat menjadi elemen dekoratif yang indah, karya-karya tersebut juga dapat menjadi rangsangan yang baik bagi si kecil.
- Sediakan sarana dan peralatan seni yang sederhana yang mudah didapat dan tanpa perlu menguras kantong. Untuk anak batita misalnya, Anda dapat menyediakan peralatan dasar yang seperti finger paint, lilin mainan dan krayon. Untuk anak pra sekolah, Anda bisa menambahkannya dengan lem, selotip, gunting dan kuas. Makin besar anak dan makin eksploratif dia, Anda mungkin dapat menambahkannya dengan berbagai peralatan lain.
- Biarkan si kecil berekspresi dengan bebas. Jangan batasi kebebasan anak dengan mendikte bagaimana seharusnya suatu objek dibentuk dan diberi warna. Jika si kecil membuat suatu hal yang tidak biasa menurut Anda, cobalah untuk merangsangnya mengungkapkan cerita di balik hasil karyanya.
- Daripada melarang anak mencorat-coret tembok, lebih baik lapisi dinding rumah Anda dengan kertas atau memberinya pojok khusus untuk berekspresi dengan seni tanpa harus dimarahi. Memarahi anak yang tengah berekspresi, menurut Dinastuti dapat membuat anak berhenti berekspresi, karena menganggap apa yang dilakukannya dinilai salah oleh orang lain.
- Buatlah karya seni bersama si kecil. “Anda tak harus menjadi seorang seniman untuk bisa menggambar ,” kata Kayee. Ambil saja pensil, gambarlah sesuatu dan berceritalah tentangnya. Si kecil pasti akan terpancing untuk juga melakukannya.
- Doronglah si kecil untuk berekspresi dengan media yang berbeda-beda. Jika selama ini media yang digunakan adalah media yang konvensional, ajaklah si kecil untuk mencoba menemukan cara baru dalam menggunakan suatu media.
- Dorong si kecil untuk kreatif. Hal ini dapat Anda lakukan salah satunya dengan membacakan sebuah awal cerita, kemudian mintalah si kecil untuk membuat gambar yang menceritakan bagaimana akhir dari cerita tersebut nantinya. Atau, dengan membuat sedikit coretan di kertas, mintalah si kecil mengembangkannya menjadi bentuk yang ia inginkan.
- Jangan takut kotor. Dengan bermain kotor si kecil bebas berekspresi tanpa harus dibatasi oleh larangan dan omelan dari orangtuanya yang tak ingin baju, tangan dan wajah si kecil kotor. Yang penting, si kecil membersihkan tubuh sesudahnya dan pastikan kotoran tersebut tidak masuk ke dalam mulutnya.
- Jangan hanya memasukkan si kecil ke tempat kursus tanpa mendukungnya dengan menciptakan lingkungan yang kondusif untuk si kecil berekspresi juga di rumah. Misalnya, jika si kecil mengambil kursus piano, sediakanlah juga CD musik yang bagus untuk diperdengarkan atau coba dimainkan.
- Pajang dan dokumentasikanlah hasil karya seninya agar si kecil bertambah rasa pencaya dirinya dan makin terpacu untuk lebih ekspresif dan eksploratif lagi dengan seni.
Sumber:
http://ibudanbalita.com/pojokcerdas/menumbuhkan-minat-seni-anak
Inspired Kids Magazine Issue 46/March 2009