"BABY, YOU GOT BACH!"
by: Jelia Megawati Heru
Article Staccato, May 2014
Dalam dunia Musik Klasik, nama Johann Sebastian Bach (JS. BACH) terdengar
tidak asing lagi. Setiap murid yang mempelajari piano, pasti pernah mendengar
namanya dan memainkannya. Sebut saja Minuet
in G Major, Invention, Well Tempered Klavier, Toccata in D minor - yang merupakan
sebagian kecil dari komposisinya yang revolusioner di sepanjang peradaban
manusia.
Mengapa komposisi JS.Bach masih dimainkan hingga sekarang? Untuk apa sih kita memainkan, mendengarkan, dan mempelajari karya JS. Bach pada abad ke-21? Bukankah akan jauh lebih mudah untuk memahami musik, kalau kita memainkan karya komposer masa kini yang jauh lebih relevan? Bagaimana kita seharusnya memainkan karyanya? Simak artikel berikut ini!
Mengapa komposisi JS.Bach masih dimainkan hingga sekarang? Untuk apa sih kita memainkan, mendengarkan, dan mempelajari karya JS. Bach pada abad ke-21? Bukankah akan jauh lebih mudah untuk memahami musik, kalau kita memainkan karya komposer masa kini yang jauh lebih relevan? Bagaimana kita seharusnya memainkan karyanya? Simak artikel berikut ini!
Kata
“jenius” mungkin tidak cukup untuk
melukiskan betapa hebatnya seorang JS. Bach. JS. Bach adalah seorang komposer,
musisi, pemain organ gereja, guru, dan pionir musik di zaman Baroque. Seorang yang berpikir modern
di zamannya dan penuh dengan kontroversi. Walau JS. Bach merupakan seseorang
yang sangat presisi dan teratur dalam mengkomposisi, Bach juga bisa menjadi
sangat kreatif, imajinatif, improvisatoris, dan tidak terduga. Dan hebatnya,
dalam mengeksplorasi dan menuliskan ide imajinatifnya tersebut, beliau tidak
melanggar aturan/norma dalam komposisi yang berlaku. Dan aturan/norma dalam
komposisi musik polyphony bagaikan
1001 aturan dalam militer.
BACH’S LEGACY
POLYPHONY – HARMONI 3 DIMENSI
Walau musik polyphony tidak diciptakan oleh JS. Bach, ia melakukan hal
yang luar biasa dengannya. Hal yang menakjubkan diciptakan oleh Bach salah
satunya adalah ilusi tiga dimensi dalam
dua dimensi. Bagaimana elemen
sinfoni ditampilkan dengan menggunakan instrumen piano (dulu harpsichord.) Ibarat melihat lukisan 3D
dalam media 2D. Bagaikan memainkan grup paduan suara atau orkestra seorang diri
dengan kesepuluh jari Anda. Dimana setiap jarinya adalah independen dan pada
akhirnya membentuk suatu gambaran 3D dalam bunyi, yaitu efek harmoni. Dimana Anda tidak lagi mendengarkan musik secara horizontal (melody & accompaniment,) namun pada saat yang bersamaan juga mendengarkan secara vertikal (harmony.) Ketika harmoni berubah, maka
alur horizontal musik pun berubah.
DAS WOHLTEMPERIERTE KLAVIER
Well-tempered Klavier
(WTK) dari JS. Bach ibarat sebuah Old Testament bagi Hans von
Bülow, yang menjadi dasar dari segala sesuatu. Menurut Daniel Barenboim, WTK merupakan sebuah kompilasi
pemikiran tentang kehidupan –
cinta, etika, moral, dan
kualitas manusia. Juga pemikiran
tentang pengalaman masa lalu yang memberikan pernyataan tentang masa kini dan juga pelajaran di
masa depan. WTK mewakili musik di zaman Baroque dan sekaligus
menunjukkan ke arah mana musik akan berkembang di masa yang akan datang.
TEKNIK & SENI MEMAINKAN BACH
Begitu
banyak kontroversi dalam memainkan komposisi dari JS. Bach – mulai dari teknik
bermain hingga intepretasinya. Kaum “puritan”
(purist) akan menampilkan karya JS. Bach secara otentik, yaitu dengan menggunakan harpsichord. Sedangkan di
zaman modern, karya Bach ditampilkan dengan menggunakan piano. Kubu pertama menggunakan
teknik permainan untuk menghasilkan bunyi seperti harpsichord – tanpa pedal,
non-legato, tanpa perubahan tempo dan dinamika. Lalu kubu lainnya menggunakan
pendekatan yang jauh lebih “romantic” dengan
menggunakan “special effect,” berupa pedal, legato, perubahan dinamika yang
kontras, rubato, dan penggunaan vibrato pada biola.
Penggunaan
hiasan (ornaments) - seperti: trill,
upper/lower mordent, acciaccatura, appoggiatura, sebetulnya tidak dicatat
secara khusus oleh Bach. Pada zaman itu, setiap musisi mengetahui bagaimana dan
di bagian mana sebaiknya ornaments
itu dimainkan. Namun dalam perkembangannya, penerbit buku musik mencantumkan
cara memainkan ornaments pada musik
Bach. Supaya orang tidak salah kaprah
atau “lebay” dalam mengintepretasi
dan memainkan karya Bach. Jangan sampai Bach terdengar romantis seperti Chopin! Ibarat orang Jawa yang “medok” berbahasa Inggris atau spagetti
ala Italia, namun rasa mie goreng Jawa. Nah
lo?!
Konflik
bagaimana seharusnya orang memainkan dan menampilkan karya JS. Bach pada abad
ke-21 sudah berlangsung sejak ratusan tahun dan menghasilkan perdebatan yang
tidak berujung pangkal. Bach adalah improvisator terbaik di zamannya dan
karyanya menyiratkan hal itu. Adalah keliru apabila karyanya dimainkan dengan
kaku, sesuai dengan teksnya. Namun hal ini tidak berarti kita bisa memainkannya
dengan rubato, seperti Chopin atau Liszt.
Pada dasarnya orang sah-sah saja
untuk mengeksplorasi semua kemungkinan yang ada dalam memainkan karya dari JS.
Bach sesuai dengan konteksnya – selama esensi dan nilai estetikanya tidak
hilang.
BEING AUTHENTIC
Sekarang
kita hidup di zaman serba instan dan artifisial. Semua orang menginginkan jalan
pintas yang paling cepat. Untuk semua brand/merk, kita mempunyai versi tiruannya
atau KW – bahkan KW 1 atau KW 2. Eau de
parfum vs bibit parfum, kopi instan vs kopi tubruk, kamera digital vs DSLR,
fast food vs home made, potatah – potato, you name it! Namun di dalam hidup, ada beberapa hal yang tidak bisa
diperlakukan seperti layaknya makanan siap saji. Dan SENI (ART) & budaya adalah salah satunya. Banyak “musisi” yang
mengaku beraliran Jazz Fusion-Mainstream,
tanpa mengerti apa itu Jazz Fusion
maupun Mainstream. Banyak pula musisi
yang mengklaim, bahwa mereka menciptakan sesuatu hal yang baru, padahal mereka
hanya menjadi plagiat dan copycat.
Begitu pula dengan “musisi” yang mengklaim dirinya bisa memainkan karya Bach.
Banyak orang yang memainkan karya Bach, namun tidak mempunyai rasa Bach.
Pertanyaannya
adalah bagaimana kita bisa memainkan karya Bach yang otentik dan mempunyai rasa
Bach? Bagaimana seorang chef membuat pasta pomodoro e basilica ala Tuscany
yang sempurna? Anda belajar dari ahlinya, chef dari Italia – bukan Jawa, lalu mempelajari
proses membuat pasta dari tepung dengan tangan Anda sendiri – bukan memakai
macaroni dari al fonte, memakai bahan-bahan dan bumbu terbaik ala Italia –
bukan bumbu jadi instan, merebusnya sampai al
dente – bukan terlalu matang, menyajikannya ala Italia dengan segelas white wine – bukan teh tarik, dan
mungkin menikmatinya perlahan dengan iringan musik dari Antonio Vivaldi? Bon appétit!
Untuk apa sih ribet-ribet begini? Well, justru disitulah letak seninya. Demikian juga halnya dengan mempelajari bahasa asing, bukan? Supaya Anda bisa mempunyai logat dan fasih berbahasa asing, yang perlu Anda lakukan adalah berbicara dengan native speaker nya. Untuk bisa memahami kultur dan selera humor mereka, maka Anda harus bergaul dengan mereka dan masuk ke lingkungan pergaulan mereka.
Untuk apa sih ribet-ribet begini? Well, justru disitulah letak seninya. Demikian juga halnya dengan mempelajari bahasa asing, bukan? Supaya Anda bisa mempunyai logat dan fasih berbahasa asing, yang perlu Anda lakukan adalah berbicara dengan native speaker nya. Untuk bisa memahami kultur dan selera humor mereka, maka Anda harus bergaul dengan mereka dan masuk ke lingkungan pergaulan mereka.
Bagaimana
seseorang dapat memainkan karya Bach yang otentik dan mempunyai rasa Bach?
1. Mempunyai teknik bermain musik tingkat mahir (advanced)
Dalam memainkan Bach, dibutuhkan teknik bermain musik yang sangat tinggi. Karena tingkat kesulitannya yang tinggi, yang membutuhkan kecepatan, keakuratan, dan fingering yang tepat (leap/lompatan interval yang jauh.)
2. Mempunyai kepekaan pendengaran (ear training) dan bisa menyanyi
Karena kompleksitas dari musik polyphony, dibutuhkan kepekaan mendengar dua sampai empat nada yang berbeda dalam waktu yang bersamaan. Ibarat memainkan paduan suara atau strings quartet lewat 10 jari kita. Untuk itu Anda harus bisa menyanyikan tema utamanya.
3. Menguasai sejarah musik, teori musik, form analysis, 4-parts harmony, dan counterpoint
Seseorang yang ingin memainkan Bach sebaiknya mampu mengenali struktur, frase, tata gramatik musik, rhetorika, dan filosofi dalam musik Bach.
4. Menguasai standard repertoires Bach tingkat lanjut
Kuasailah lagu-lagu standard karya Bach, seperti: Invention, Sinfonia, Well-Tempered Klavier, dan Suites.
5. Mendengarkan musik Bach (CD & konser)
Anda harus mendengarkan musik Bach yang dimainkan oleh maestro, seperti: Andras Schiff dan Glenn Gould. Mendengarkan konser musik Bach dengan harpsichord di gedung konser Eropa tentunya merupakan pengalaman yang tidak ternilai.
6. Memiliki mentor/expert
Memiliki mentor/expert dengan latar belakang pendidikan Eropa akan sangat membantu, dibandingkan belajar secara otodidak. Anda akan mengalami kemajuan yang lebih signifikan, apabila Anda bertemu mentor yang tepat. Ibarat seperti belajar dengan native speaker yang membantu Anda untuk berbicara dengan fasih dan natural seperti layaknya seorang native speaker.
7. Memainkan karya Bach dalam konser/workshop
Bagaimana cara mengetes, apakah bahasa asing yang Anda pelajari selama ini dimengerti oleh orang asing yang lain? Anda harus berkomunikasi dengan para native speaker yang lain. Dengan demikian Anda mengetahui sejauh apa orang lain mengerti apa yang Anda katakan. Begitu pula dengan musik. Konser merupakan cara mengkomunikasikan bahasa musik yang selama ini Anda pelajari. Akan lebih baik, apabila Anda mempunyai jam terbang dalam menampilkan karya Bach dalam sebuah konser dengan ruang publik internasional.
1. Mempunyai teknik bermain musik tingkat mahir (advanced)
Dalam memainkan Bach, dibutuhkan teknik bermain musik yang sangat tinggi. Karena tingkat kesulitannya yang tinggi, yang membutuhkan kecepatan, keakuratan, dan fingering yang tepat (leap/lompatan interval yang jauh.)
2. Mempunyai kepekaan pendengaran (ear training) dan bisa menyanyi
Karena kompleksitas dari musik polyphony, dibutuhkan kepekaan mendengar dua sampai empat nada yang berbeda dalam waktu yang bersamaan. Ibarat memainkan paduan suara atau strings quartet lewat 10 jari kita. Untuk itu Anda harus bisa menyanyikan tema utamanya.
3. Menguasai sejarah musik, teori musik, form analysis, 4-parts harmony, dan counterpoint
Seseorang yang ingin memainkan Bach sebaiknya mampu mengenali struktur, frase, tata gramatik musik, rhetorika, dan filosofi dalam musik Bach.
4. Menguasai standard repertoires Bach tingkat lanjut
Kuasailah lagu-lagu standard karya Bach, seperti: Invention, Sinfonia, Well-Tempered Klavier, dan Suites.
GLENN GOULD
Anda harus mendengarkan musik Bach yang dimainkan oleh maestro, seperti: Andras Schiff dan Glenn Gould. Mendengarkan konser musik Bach dengan harpsichord di gedung konser Eropa tentunya merupakan pengalaman yang tidak ternilai.
ANDRAS SCHIFF
Memiliki mentor/expert dengan latar belakang pendidikan Eropa akan sangat membantu, dibandingkan belajar secara otodidak. Anda akan mengalami kemajuan yang lebih signifikan, apabila Anda bertemu mentor yang tepat. Ibarat seperti belajar dengan native speaker yang membantu Anda untuk berbicara dengan fasih dan natural seperti layaknya seorang native speaker.
7. Memainkan karya Bach dalam konser/workshop
Bagaimana cara mengetes, apakah bahasa asing yang Anda pelajari selama ini dimengerti oleh orang asing yang lain? Anda harus berkomunikasi dengan para native speaker yang lain. Dengan demikian Anda mengetahui sejauh apa orang lain mengerti apa yang Anda katakan. Begitu pula dengan musik. Konser merupakan cara mengkomunikasikan bahasa musik yang selama ini Anda pelajari. Akan lebih baik, apabila Anda mempunyai jam terbang dalam menampilkan karya Bach dalam sebuah konser dengan ruang publik internasional.
“THE SWINGING BACH”
BACH DI ABAD KE-21
BACH DI ABAD KE-21
Salah
satu esensi dari musik Bach adalah IMPROVISASI.
Banyak orang yang tidak mengetahui bahwa di zamannya, Bach pernah menantang
komposer asal Perancis, Louis Marchand
dalam mengimprovisasi tema dan style di depan keluarga kerajaan Dresden,
Jerman. Hasilnya? Louis Marchand tidak pernah hadir dalam kompetisi tsb. Jika
Louis Marchand adalah maestro ala Perancis, maka JS. Bach adalah maestro yang
menguasai style Jerman, Perancis, Spanyol, Italia, dan Inggris. There was never be a competition at all.
JS.
Bach adalah sosok yang inspirasional bagi komposer dunia lainnya. Beberapa
komposer yang terinspirasi oleh Bach, seperti Mendelssohn dan Schumann
bahkan menulis komposisi musik polyphony sebagai dedikasi mereka untuk
menghormati sosok JS.Bach. Hal ini dilakukan sebagai upaya progresif untuk
membawa JS. Bach lebih dekat dengan zaman mereka. Pada abad ke-21 ini, upaya
ini juga dilakukan oleh Jacques
Louissier dari Perancis dengan piano trio nya dalam genre Jazz. Dari sini
kita tahu, bahwa musik memiliki bahasa dan tata gramatiknya sendiri. Namun
selalu ada benang merah universal yang membuat perbedaan itu menjadi tidak
berarti – apapun jenis genre musiknya, yaitu: PASSION.
Mengapa di abad ke-21 kita masih mempelajari dan memainkan Bach?
- JS. Bach merupakan salah satu tokoh yang paling revolusioner dalam sejarah peradaban manusia, terutama pada bidang musik (barometer of high-quality music)
- Mempelajari bahasa musik dan berkomunikasi lewat musik (get connected)
- Mempelajari nilai estetika, artistik, dan esensi dari musik Bach serta ide yang mewakili musik di zaman Baroque (polyphony, sacred music, vocal music & keyboard music)
- Menjaga kelangsungan warisan seni budaya (world heritage) yang menjunjung tinggi prinsip “Soli Deo Gloria” – for Glory to God alone.
- Memanusiakan “manusia” dan menginspirasi kita untuk berkaca pada diri kita sendiri, untuk terus berkarya dan hidup.