"BERMAIN PIANO
TANPA RASA NYERI"
by: Jelia Megawati Heru
Staccato, July 2015
“Ow, sakit!” Itulah yang sering dirasakan para pianis ketika
berlatih berlebihan. Tahukah Anda 65-80% musisi ternyata sering mengalami
cidera otot dalam berlatih? Dan 70% diantaranya adalah wanita. Umumnya hanya
wanita yang melaporkan keluhan rasa sakit/nyeri ini ke dokter dan mereka baru
akan mencari bantuan setelah kondisi mereka kronis. Cidera pada pianis ini
bukan isapan jempol belaka. Pianis dunia pun tidak luput dari kasus cidera yang
fatal – mulai dari Artur Schnabel, Alexander Scriabin, Sergei Rachmaninoff, Robert Schumann, Glenn Gould, hingga Keith Jarret. Cidera tsb mungkin tidak mengakhiri karier mereka secara
langsung, tapi membuat mereka
tidak dapat berlatih dalam durasi yang lama, memaksa mereka untuk membatasi repertoire konser, dan bahkan
membatalkan konser.
Terkadang cidera tidak terjadi dalam waktu yang singkat atau bahkan pianis itu sendiri tidak merasakan sakit/nyeri dalam prosesnya. Cidera dapat terjadi karena gerakan yang berulang-ulang. Ini bukan masalah kekuatan fisik, namun keterampilan yang kompleks. Dalam jangka waktu yang panjang, cidera akan mengakibatkan seseorang tidak bisa bermain musik lagi. Jika mata pencaharian dan aspirasi Anda terfokus dalam bidang music performance, maka ini adalah akhir dari karier Anda.
Hal ini akan menghancurkan diri seorang musisi secara fisik, emosional, dan psikis. Juga dapat mengakibatkan stress, depresi, putus asa, rasa tertolak, minder, dan terisolasi dari koleganya. Sungguh tragis. Tampaknya rasa nyeri dalam bermain musik tidak bisa dipandang sebelah mata. Oleh karena itu ada baiknya Anda mendeteksi gejala cidera sedini mungkin dan berusaha menanggulanginya, sebelum semuanya terlambat dan menjadi permanen. Apalagi jika Anda adalah seorang guru musik maupun praktisi dalam bidang musik.
GEJALA UMUM CIDERA PADA PIANIS
1. nyeri pada pergelangan
tangan, inflamasi/pembengkakan pada jari
2. sering kesemutan, mati rasa
dan jari/lengan terasa lemah, tidak bertenaga/hilang kontrol
3. tangan dan jari terasa
dingin (sirkulasi darah memburuk)
4. bahu, leher atau punggung
sakit
PENYEBAB TERJADINYA CIDERA
DALAM BERMAIN PIANO
DALAM BERMAIN PIANO
1. OTOT TEGANG/KAKU
Ketegangan (kaku) tidak hanya
membunuh produktivitas, namun dapat merusak musik dari segi artistik,
menyebabkan rasa nyeri, dan berisiko mengakibatkan cidera pada tangan Anda.
Latihlah otot supaya berada dalam kondisi rileks, setelah berkontraksi. Hindari
kondisi otot yang statis. Kondisi otot yang statis akan menghambat sirkulasi
darah, membuat otot menjadi cepat lelah, dan rentan akan cidera.
2. STRESS DAN PANIK
Gerakan berulang dibawah
tekanan yang berlebihan. Kondisi seperti ini seringkali justru akan menghambat
gerakan, membuat gerakan yang sederhana menjadi lebih sulit dilakukan.
3. LATIHAN TIDAK TERATUR &
BERLEBIHAN (OVERPRACTICE)
Latihan tidak teratur umumnya adalah
fenomena sindrom murid yang malas. Dari waktu ke waktu, murid jarang berlatih.
Ketika deadline ujian atau konser semakin dekat (1-2 minggu menjelang hari-H),
barulah murid panik dan berlatih terburu-buru dalam waktu yang lama. Sindrom
ini tidak hanya memiliki efek negatif pada kualitas permainan Anda, tapi juga
pada sisi fisik dan psikologis Anda. Ketegangan yang tidak terduga akan membuat
otot-otot bekerja berlebihan, sehingga menyebabkan rasa nyeri pada otot Anda.
Ibarat komputer yang dipaksa menyala selama berhari-hari non-stop dengan
program dan kinerja yang terlalu banyak, sehingga mengakibatkan komputer
menjadi hang dan rusak. Bayangkan
apabila kondisi ini terjadi pada tubuh Anda. Masalah ini tidak akan selesai
hanya dengan menekan tombol Ctrl+Alt+Del
dan mengganti suku cadang yang baru. Yang terjadi adalah kerusakan permanen dan
mungkin hanya bisa ditangani melalui terapi dan operasi. Dalam kasus itu,
tentunya tangan tidak akan pernah bisa kembali ke kondisi prima seperti semula.
4. POSTUR SALAH
Hindari postur duduk yang
tidak selaras dengan anatomi tubuh manusia, seperti: tulang punggung bengkok,
bahu naik, posisi siku lengan menempel/terlalu dekat dengan badan, posisi kursi
piano terlalu dekat/jauh dari tuts piano, posisi buku-buku jari berada di bawah
tuts (sunken/not supported), jari
bengkok, dll.
5. TERLALU KERAS MENEKAN
TUTS/MEREGANGKAN JARI
Too fast, too hard, too extreme. Hati-hati ketika Anda melakukan latihan peregangan jari Anda! Seluruh tubuh
Anda harus berada dalam kondisi santai (rileks) dan
setiap peregangan harus dilakukan secara perlahan-lahan dan step-by-step disertai pemanasan. Terlalu keras menekan tuts seperti hammer (banging) tanpa disertai
proses relaksasi juga berpotensi mengakibatkan rasa nyeri pada jari dan otot
tangan.
6. PENJARIAN YANG ABNORMAL
& POSISI GERAKAN YANG ANEH
Hindari penjarian yang tidak
memungkinkan/abnormal dan minimalisir gerakan yang tidak perlu. Sedapat mungkin
gunakan nomor jari yang nyaman dan tidak mengakibatkan rasa nyeri dalam
berlatih. Tulis nomor jari yang dipilih dan berlatihlah sesuai dengan nomor
jari yang telah direncanakan tsb. Hindari juga posisi gerakan yang berlebihan
(ekstrem) dan tidak ergonomis dari pergelangan tangan dan jari, yang akan
menyebabkan keseleo.
TIPS MENGURANGI RASA NYERI DALAM BERLATIH
1. Pemanasan (warming up) dan latihan relaksasi (relaxation technique).
Salah satu unsur dalam bermain
musik adalah gerakan, seperti halnya olahraga. Luangkan waktu untuk melakukan
pemanasan. Kondisi otot yang panas akan meminimalisir risiko terjadinya cidera
otot. Latihan relaksasi juga sangat membantu melemaskan dan menyiapkan kondisi
otot dalam melakukan gerakan lebih optimal.
2. Teknik bermain yang efisien
dan sehat.
Selalu monitor pergelangan
tangan dan bahu Anda agar tetap rileks dan fleksibel. Usahakan agar pergelangan tangan selalu berada dalam garis lurus (sejajar) dengan lengan. Hal ini memberikan keuntungan mekanis yang besar untuk jari. Menyimpang dari posisi ini - menyamping atau ke atas dan ke bawah akan
mengakibatkan hilangnya kekuatan dan
keseimbangan tangan serta jari hingga 25% atau lebih. Jangan lupa untuk mengatur posisi duduk/postur
bermain yang benar untuk optimalisasi daya tahan tubuh (stamina) dan kualitas
permainan.
3. Rutinitas Latihan BERTAHAP.
Atur jadwal latihan secara
rutin dengan jeda istirahat. Jangan berlatih terlalu lama (misalnya: 3 jam
non-stop). Lakukan jeda 10-15 menit setelah bermain 30-45 menit. Adalah lebih
baik berlatih 1 jam per hari setiap hari (DAILY) daripada 4 jam per hari dalam
dua-tiga kali per minggu (bolong-bolong). Latihan secara teratur akan membuat
lengan, pergelangan tangan, dan jari-jari Anda dalam kondisi prima.
4. Istirahat yang cukup dan
minum air putih.
Faktor lain yang berkontribusi terhadap daya tahan
tubuh terhadap cidera dan
kemampuannya untuk pulih adalah kesehatan dan usia. Seseorang yang mendapat istirahat yang cukup akan
lebih tahan banting. Sayangnya
daya tahan terhadap cidera menurun seiring bertambahnya usia.
Inilah sebabnya mengapa beberapa pianis bermain selama bertahun-tahun tanpa
masalah, dan kemudian, di usia 30-an atau 40-an, mereka mulai
mengalami gejala cidera.
5. Hindari ketegangan dan
stress.
Belajar bermain piano tanpa
stress, seringkali berarti menanggalkan kebiasaan berlatih lama yang salah dan
menggantinya dengan kebiasaan berlatih yang baru. Walau membutuhkan waktu yang
lama, bukan berarti hal ini tidak mungkin. Mulailah berlatih dalam tempo
lambat, jangan langsung memulai lagu tanpa pemanasan dalam tempo sangat cepat
dan dengan full power (dinamika
sangat keras). Tidak peduli betapa
sulitnya repertoire Anda dan betapa sedikit waktu yang Anda miliki
untuk belajar itu, cobalah untuk menghindari penyebab cidera dan
usahakan untuk tetap rileks.
6. Kenalilah tubuh dan
batas-batas Anda (body awareness).
Kenalilah cara kerja otot-otot
tangan Anda dan berlatihlah untuk menggunakkannya secara efisien tanpa rasa
sakit. Analisalah dan ketahuilah apabila tubuh menunjukkan gejala awal cidera, seperti
nyeri dan kelelahan. Jika hal itu terjadi, ada baiknya Anda tahu kapan harus
berhenti berlatih sebelum membuat cidera menjadi permanen. Mencegah lebih baik
daripada mengobati.
Setelah membaca informasi
diatas, tampaknya pada pianis harus menelaah kembali arti “no pain, no gain.” Sayangnya walau mereka mengetahui
konsekuensinya, banyak yang tetap bersikeras untuk tidak mengubah teknik
permainan “tradisional” mereka.
Adalah penting bagi seorang pianist untuk mengenali gejala cidera dan teknik bermain yang benar. Oleh karena itu pianist membutuhkan guru yang bisa mengajarkan teknik bermain yang efisien, alami, rileks, dan bagaimana cara menghindari cidera – mungkin bahkan lebih daripada seorang dokter.
“Musuh terbesar kita adalah diri kita sendiri.” Jangan tunggu sampai sakit dan kena batu nya, baru panik dan kebingungan mencari solusinya ke dokter, terapis, ahli tulang, ahli akupuntur – you name it! Ketika hal itu terjadi, mudah-mudahan semuanya belum terlambat. Be smart and love yourself!
Adalah penting bagi seorang pianist untuk mengenali gejala cidera dan teknik bermain yang benar. Oleh karena itu pianist membutuhkan guru yang bisa mengajarkan teknik bermain yang efisien, alami, rileks, dan bagaimana cara menghindari cidera – mungkin bahkan lebih daripada seorang dokter.
“Musuh terbesar kita adalah diri kita sendiri.” Jangan tunggu sampai sakit dan kena batu nya, baru panik dan kebingungan mencari solusinya ke dokter, terapis, ahli tulang, ahli akupuntur – you name it! Ketika hal itu terjadi, mudah-mudahan semuanya belum terlambat. Be smart and love yourself!