Pages

Thursday, February 1, 2024

Chopin Ballade | by: Jelia Megawati Heru | Staccato, February 2024

CHOPIN BALLADE
By: Jelia Megawati Heru
Staccato, February 2024


DEFINISI BALLADE

[baˈlad] dalam Bahasa Perancis atau [baˈlaːdə] dalam bahasa Jerman Balada sudah muncul dalam sastra dan musik Renaisans Italia yang berisi tiga bait utama, masing-masing dengan skema rima yang sama, ditambah bait penutup yang lebih pendek, dimana keempat bait memiliki baris refrain akhir yang identik.

 

Ballade atau Balada juga merupakan bentuk utama musik dan puisi di Perancis pada abad ke-14 dan ke-15, namun sejak akhir abad ke-18, Ballade mengacu pada latar sastra, puisi naratif, dalam tradisi musik Klasik ‘Lied’, atau karya instrumental satu gerakan dengan kualitas naratif liris dan dramatis dengan latar piano.

 

Dalam sastra Jerman akhir abad ke-18, istilah balada digunakan untuk menggambarkan puisi naratif rakyat (mengikuti Johann Gottfried Herder), beberapa di antaranya diiringi musik oleh komposer seperti Johann Friedrich Reichardt, Carl Friedrich Zelter, dan Johann Rudolf Zumsteeg. Komposer lain yang menulis Ballade di abad ke-19 a.l. Franz Liszt, Johannes Brahms, Robert Schumann, dan Carl Loewe.




BALLADE DI ABAD KE-19

Di zaman Romantik pada abad ke-19, balada piano (atau 'ballade') merupakan genre karya piano solo yang ditulis dalam gaya naratif dan elemen liris. Berbeda dengan Sonata Form, struktur pada Ballade merupakan hubungan sebab akibat berdasarkan kebutuhan atau probabilitas. Urutannya berbeda antara Ballade yang satu dengan lainnya. Ballade pada Chopin merupakan bentuk musik yang abstrak dan bervariasi. 

 

Chopin menggunakan istilah balada dalam arti selingan balet atau karya tari, yang setara dengan ballata Italia kuno. Namun, istilah ini juga memiliki konotasi balada heroik abad pertengahan, sebuah lagu penyanyi naratif, yang sering kali bersifat fantastik. Ada elemen dramatis dan Chopin merupakan pionir balada sebagai bentuk musik abstrak. Keempat balada (Op. 23, 38, 47, 52) konon terinspirasi oleh teman Chopin, penyair Adam Mickiewicz. Pada artikel kali namun hanya akan dibahas Ballade No. 1, No. 2, dan No. 3.


SISI DRAMATIS CHOPIN BALLADE

Chopin Ballade merupakan satu set empat karya piano solo yang disusun antara tahun 1831 - 1842. Chopin Ballade adalah komposisi yang tidak memiliki narasi terprogram atau cerita eksplisit tertentu. Namun, mereka dicirikan oleh kualitas dramatis dan naratifnya, dan sering kali ditafsirkan dalam berbagai konteks emosional dan tematik bagi pendengarnya. Bentuk balada yang dibuat oleh Chopin untuk keempat baladanya merupakan varian dari bentuk sonata dengan perbedaan tertentu, seperti mirror reprise yang menyajikan dua tema eksposisi dalam urutan terbalik selama rekapitulasi. 

 

Walau Ballade tidak memiliki cerita yang eksplisit dan mendetail, tetapi ballade secara kolektif dapat menampilkan kepiawaian Chopin dalam menyampaikan emosi yang kompleks melalui piano, menciptakan narasi musik yang mendalam dan menawan. Mereka dikenal karena kedalaman emosinya, kontras dramatisnya, dan tantangan teknik pianistik yang luar biasa. Balada Chopin menonjol karena struktur inovatifnya dan caranya memadukan elemen penceritaan dengan ekspresi musik. Mereka mengajak pendengar untuk menafsirkan dan merasakan sisi emosional secara pribadi.

 

Keempat Ballade Chopin hanya memiliki kesamaan, yaitu sisi dramaturgi dan keagungan motifnya, serta penggunaan tanda birama 6/8 dan 6/4 (compound duple). Ballade dan scherzo dianggap sebagai salah satu karya paling penting, menonjol, dan menantang dalam repertoar piano karena kualitas naratif dan tuntutan virtuoso mereka. Karya piano Chopin juga menantang para pianis dengan tuntutan teknis mereka sebagai king of instrument. Ornamen rumit, figurasi cepat, dan sentuhan yang halus. 

 


Chopin Ballade No. 1 in G minor, Op. 23

Ballade No. 1 ini mungkin adalah Ballade yang paling terkenal karena karakternya yang penuh gairah dan bergejolak – badai! Membawa pendengar pada perjalanan melalui lanskap emosional yang intens, dimana bakat Chopin dalam menciptakan kontras dramatis dan membangkitkan berbagai perasaan ditampilkan.

 

Karya ini ditulis pada tahun 1831, ketika sang komposer benar-benar terpukul dengan tinggalnya di Wina sementara keluarga dan rekan senegaranya berperang melawan hegemoni Rusia di negaranya. Chopin baru berusia 21 tahun ketika ia menciptakan baladanya yang pertama dan terpopuler.

 

Meskipun tidak ada cerita yang ditentukan secara pasti, karya ini sering dilihat sebagai sebuah perjalanan melalui emosi yang berbeda – dari melankolis hingga intensitas yang kuat. Ini adalah karya yang sangat dramatis, sifat baladanya ditentukan oleh ritme yang mendayu-dayu dan melodi yang berputar dengan panjang; ledakan yang ganas dan berapi-api yang mengubah temanya hingga berakhir dengan rangkaian gerakan yang mencolok dan liar. 

 


Beberapa komentator berpendapat bahwa itu mungkin didasarkan pada puisi epik Adam Mickiewicz, Konrad Wallenrod – sebuah kisah romantis yang ditulis tiga tahun sebelum Ballade, menampilkan seorang pahlawan misterius, kekasih yang telah lama hilang, identitas tersembunyi, pertempuran sengit yang dasyat, dan akhir bunuh diri yang tragis.

 

Balada Chopin memungkinkan interpretasi subjektif, mengundang pendengar untuk menciptakan narasi emosional mereka sendiri berdasarkan perasaan yang ditimbulkan oleh musik. 



Chopin Ballade No. 2 in F Major, Op. 38

Tak lama setelah Robert Schumann menyukai Chopin Ballade No. 1, ia mendedikasikan Kreisleriana, Op. 16– yang dianggapnya sebagai salah satu karya terhebatnya untuk Chopin. Chopin memutuskan bahwa dia harus mendedikasikan Ballade keduanya untuk Schumann. Balada disusun dari tahun 1836 hingga 1839 di Nohant, Prancis, dan pulau Majorca di Spanyol. Karya ini juga dikritik sebagai karya yang kurang cerdik dibandingkan karya pertama menurut banyak pianis, ahli musik, dan bahkan Schumann sendiri.



Delapan karya fantasi yang membentuk Kreisleriana terinspirasi oleh musisi fiksi yang diciptakan oleh penulis Romantis hebat ETA Hoffmann. Seperti Schumann yang tidak stabil secara emosional. Schumann menyebut dua emosi ekstrem yang mewakili dualitas kepribadiannya yang berubah-ubah itu sebagai "Florestan" dan "Eusebius", yang pertama adalah sosok yang terbuka dan kuat, berapi-api “sang gairah”, yang terakhir adalah sosok yang introspektif dan murung “si pemimpi,”. Selain asosiasi sastranya, Kreisleriana merupakan surat cinta terselubung untuk Clara dan mengungkapkan perjuangan yang dihadapi Schumann dalam pertarungannya melawan ayah Clara.


The Nixie

 

Balada Kedua Chopin dipastikan terinspirasi oleh keabadian puitis Adam Mickiewicz atas legenda Polandia Świtezianka, atau “The Nixie”. Ditulis oleh Mickiewicz sebagai puisi balada dalam bahasa Polandia, Świtezianka menceritakan kisah cinta seorang pemuda dan peri air (“nixie”) dan bagaimana peri berubah menjadi gadis cantik untuk bertemu dengannya dan kembali menjadi peri untuk menguji kemampuannya dan bagaimana dia membalas dendam padanya dengan menelannya ke Danau Świtez. Mengingatkan kita akan dualitas “Florestan” dan “Eusebius” dalam Schumann dan karyanya.

 


Balada dimulai dengan tenang dan damai dalam kunci F mayor. Seperti halnya Balada No. 3 dan 4, Balada No. 2 ini ditulis dalam tanda birama 6/8 dengan nada C yang berulang diikuti dengan melodi puitis, yang dianggap sebagai tema, dan diulang beberapa kali. Hampir seperti gereja, seperti himne, dalam oktaf. Bagian pertama dimaksudkan untuk dimainkan dalam perasaan yang sangat pastoral dan romantis, menggambarkan pertemuan cinta antara pemuda dan peri air (sebagai seorang gadis) di Świtezianka. 

 

Sedangkan pada bagian Presto con fuoco tiba-tiba memotong ke F mayor Andantino, terjadi perubahan suasana hati yang tiba-tiba dan dramatis dari tenang dan damai menjadi penuh kekerasan dan badai, yang mengisyaratkan perubahan dari gadis yang baik hati dan ramah kembali menjadi bidadari liar yang pemarah yang mencoba sekuat tenaga untuk memburu pria tersebut. 

 

Hampir ada semacam pengembangan sonata-ish yang terjadi: ABA’B’A”, yang, meskipun cukup sederhana, berfungsi untuk memberikan ketegangan dan kontras yang cukup, tidak hanya secara tematis tetapi juga secara harmonis, diakhiri dengan kunci minor, memberikan hasil akhir yang belum terselesaikan.

 


Chopin Ballade No. 3 in A-flat Major, Op. 47

Balada No.3 di A Major, Op. 47, adalah balada ketiga Chopin untuk piano solo (1841) merupakan satu-satunya balada karya Chopin yang tidak diakhiri dengan kunci minor. Karya tersebut pertama kali disebutkan oleh Chopin dalam sebuah surat kepada Aurore Dupin (Julian Fontana) pada tanggal 18 Oktober 1841. Karya ini ditulis pada periode yang relatif bahagia dalam kehidupan Chopin pada musim panas tahun 1841 di perkebunan milik Aurore, di Nohant, Prancis, di mana ia juga menyelesaikan Nocturne Op. 48 dan Fantaisie in F minor. 

 

Undine


Balada ini didedikasikan untuk muridnya Pauline de Noailles (1823–1844). Inspirasinya berasal dari puisi Adam Mickiewicz “Undine”, juga dikenal sebagai Świtezianka – yang menceritakan kisah peri air yang jatuh cinta pada manusia fana. Ada kesamaan struktural dengan "Raindrop Prelude" yang terinspirasi oleh cuaca di Mallorca selama liburan bencana Chopin bersama George Sand. Ini termasuk A berulang yang memodulasi menjadi G selama bagian minor C.


Raindrop Prelude


Balada ketiga juga merupakan perjalanan melalui suasana hati yang berbeda, dengan pengenalan yang tenang ke tema yang penuh badai dan mengguncang. Ritme yang konsisten, seperti perahu yang berlayar ke laut, atau seperti badai yang akan datang. Melodinya memang terdengar seperti nyanyian pelaut, nada siulan di atas ombak.

 

Balada dibuka dengan “manis”, dengan cara yang sama tenang dan menyenangkan seperti balada kedua, tapi yang ini sedikit lebih penuh hiasan dengan melodi Chopinesque yang “khas”, menawan, liris, dan romantis. Ritme yang bersahaja, hampir seperti tarian, tetapi dengan denyut yang kuat dalam, dalam haru biru tetap bergerak maju.

 


Balada ini berbentuk lengkung [ABCBA-CODA], jauh berbeda dengan dua balada sebelumnya. Tema "A" ada dalam dua bagian; bagian pertama seperti lagu paduan suara naik turun yang menenangkan dan bagian kedua seperti tarian “lagu pelaut”, yang dimulai dengan kunci mayor dan berlanjut ke minor secara dramatis. Dari empat balada, balada ini mempunyai struktur yang paling rapat. Ia menggunakan prosedur pembangunan yang meningkatkan ketegangan.

 

Banyak pianis yang meremehkan karya ini karena ini merupakan Ballade yang terpendek dan terasa “ringan” daripada saudaranya yang No. 1 dan No. 4 dari segi teknis, dimana tidak ada ledakan yang membara. Tetapi tanpa macam-macam pun para pianis tetap mengalami kesulitan dalam memainkan karya ini, karena dibutuhkan keahlian dalam membentuk kontras dan melodi pada tempo allegretto yang tidak tergesa-gesa. Dalam segala hal yang ditulis Chopin, tidak peduli betapa rumit dan hebatnya, kesederhanaan yang kuat itulah yang menjadi intinya.



PENUTUP

Komposisi Chopin terbentuk di piano melalui improvisasi hariannya, dan suara serta gayanya dihasilkan dari eksplorasinya terhadap kemungkinan apa yang bisa dilakukan dengan instrumen piano. Dengan keempat baladanya, Chopin menafsirkan kembali bentuk sonata klasik dengan menggunakan struktur dengan variasi dan transformasi yang berfungsi sebagai sarana untuk mencapai suatu karya piano solo yang berintegrasi dan bernafaskan romantisme ala Chopinesque yang dramatis.

 

Chopin menggunakan berbagai referensi musik dan sastra, terutama karena genre balada folk diciptakan kembali dalam sastra Romantis dengan nuansa nasionalistik yang mencolok. Namun, Chopin menghindari referensi terprogram yang eksplisit, seperti yang ditemukan dalam karya Liszt dan Schumann, supaya tercapailah sebuah elaborasi balada puitis berskala besar. Happy practicing!