Pages

Saturday, December 2, 2023

KONTROVERSI HANON (Bagian Ke-2) | by: Jelia Megawati Heru | Staccato, December 2023

KONTROVERSI HANON 
(Bagian Ke-2)
By: Jelia Megawati Heru
Staccato, December 2023


Kontroversi Hanon selalu menimbulkan debat kusir di kalangan para pianis. Ada kaum fanatik yang merasa Hanon adalah segala-galanya, sebuah teknik untuk membangun kekuatan, ketangkasan, dan daya tahan. Apa iya? Sedangkan kaum yang kontra akan mengatakan latihan Hanon itu tidak berguna, tidak realistis, dan tidak relevan. Daripada berdebat, lebih baik kita berbicara fakta seputar latihan jari saja, supaya Anda tidak dibodohi dan tidak terombang-ambing dengan mitos latihan jari. 



FAKTA SEPUTAR LATIHAN JARI

1. KEKUATAN & KEMANDIRIAN JARI

Apapun yang menggerakkan jari pada tuts akan membangun kekuatan dan kemandirian jari. Cara paling berguna dan efektif untuk melakukannya adalah dengan melatih tangga nada, akor, dan arpeggio secara rutin. Seberapa rutin? Sesering mungkin, setiap hari. Karena jari dan tangan itu merupakan otot. Ini adalah dasar dari musik piano barat dan merupakan pola yang ditemui pianis dalam repertoarnya setiap hari. Dan untuk melatihnya tidak harus dengan Hanon. 

 

Berlatih Hanon bukanlah jaminan 100% dan solusi satu-satunya untuk meningkatkan kekuatan dan kemandirian jari. Ada banyak latihan dan etude lain yang bisa digunakan, terutama pada abad ke-21 ini ada banyak alternatif yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan anak milenial zaman now. Tidak semua anak cocok dengan metode ini. Bisa-bisa sebelum jari mereka kuat, mungkin mereka sudah terlanjur menyerah dan benci piano. 


Terkadang cara terbaik untuk mempelajari teknik adalah melalui repertoar, contohnya: Chopin Etude. Ketika seorang siswa menyukai sebuah karya, dia akan bekerja keras untuk menyempurnakannya. Motivasi untuk menaklukkan musik mengarah pada landasan teknis yang jauh lebih menyeluruh dibandingkan latihan jari yang berdiri sendiri dan tidak mempunyai korelasi dengan musik yang dipelajari.



2. KEKUATAN LENGAN BAWAH

Salah satu mitos dalam bermain piano adalah bahwa permainan ini memerlukan kekuatan lengan bawah yang sangat besar. Pada kenyataannya, lengan harus menjadi penyalur tenaga yang berasal dari tubuh bagian bawah pianis. Jadi sebetulnya lengan harus tetap rileks. Justru bertumpu dan bergantung pada kekuatan lengan bawah saja akan menyebabkan ketegangan, cidera lengan bawah, dan nada yang tidak musikal dan agresif. 

 

Jika Anda tidak memiliki cukup energi/kekuatan untuk menekan tuts, cobalah periksalah postur tubuh Anda! Apakah kaki Anda menyentuh lantai? Apakah punggung Anda lurus? Apakah bahu Anda rileks atau tegang? Pastikan Anda bermain dengan rileks, bukan hanya menggunakan kekuatan lengan bawah saja. Lengan hanya menyalurkan energi dari tubuh ke tuts. 



3. DAYA TAHAN

Ketahanan sejati berarti belajar menjadi intens ketika Anda membutuhkannya, dan melepaskan di mana pun dan kapan pun Anda bisa. Latihan menghafal akan mendorong pianis untuk terus bergerak berlatih mengulang tanpa mengambil jeda yang diperlukan. Bukannya bertambah kuat, malah menyebabkan ketegangan dan cidera. Oleh karena itu berlatih secara musikal adalah mutlak perlu. 

 

Latihan berulang seperti mesin tidak membuat Anda lebih baik. Musik itu bukan matematika dan kita bukanlah robot tanpa hati. Kita itu manusia. Berfokus pada perbaikan postur tubuh kemungkinan besar akan lebih bermanfaat bagi Anda daripada melakukan latihan Hanon.

 

Sebagai musisi, kita melatih telinga lebih dari tangan. Efek samping dari latihan yang tidak bersifat musikal adalah kita berhenti mendengarkan. Ketika kita berhenti mendengarkan, maka kita akan berhenti bermusik. Mungkin kita perlu melihat alasan kita bermain piano. Apakah kita berusaha menjadi teknisi yang lebih baik ataukah kita berupaya menciptakan kembali musik yang kita sukai dengan indah? Saat kita berlatih repertoar, kita memainkannya disertai dengan rangkaian tangga nada, akor, dan arpeggio yang teratur sesuai dengan konteksnya. Jangan terjebak pada rutinitas sebatas latihan jari saja, karena pada hakikatnya kita dilatih bukan untuk menjadi teknisi. 



Bagian atau komposisi musik yang panjang lah yang akan membangun daya tahan dan stamina. Tapi tentu saja tidak instan dan tidak langsung dimainkan dari awal hingga akhir dalam waktu sesingkat-singkatnya. Latihlah per bagian, terutama bagian yang sulit dengan musikal dan mindful. Sehingga bahkan sebuah latihan jari bisa terdengar sangat estetik, stylish, dan berkarakter.

 


BERLATIH SECARA TERATUR & SEHAT

Para pianis harus memiliki fondasi yang kuat. Seperti atlet lainnya, pianis juga perlu berlatih secara teratur untuk menjaga kemampuan fisiknya agar dapat bermain dengan standar dan presisi yang tinggi tanpa rasa sakit/nyeri. Kesehatan optimal jari pada pianis itu bisa dicapai dengan menciptakan kebiasaan berlatih yang baik. 

 

Memang idealnya setiap pianis dapat menguasai semua jenis teknik piano supaya dapat mengekspresikan ide musik dengan bebas dan mengkomunikasikannya kepada penonton. Akan sangat membuat frustasi ketika seseorang ingin memainkan sebuah karya namun tidak mampu melakukannya hanya karena beberapa tantangan teknis tampaknya mustahil untuk dikuasai. Namun janganlah berlatih secara berlebihan dan menyiksa diri hingga cidera! 



PENUTUP

Hanon hanyalah kumpulan latihan jari. Bagaimana cara kita menggunakannya untuk mengembangkan teknik pianistik tergantung dari kita sendiri. Apakah untuk mengembangkan nada legato yang mulus, kecepatan, double notes (thirds, sixth, octave), kromatik, dsb. Atau digunakan sebagai pemanasan singkat sebelum berlatih. Kombinasi ini dapat bervariasi sesuai dengan kebutuhan.          


Tangga nada, akor, dan arpeggio membantu membangun kekuatan dan kemandirian jari dengan lebih baik. Ditambah lagi, ini adalah pola yang akan Anda temui dalam musik piano sebenarnya. Kembangkanlah pola latihan yang baik, idealnya melalui repertoar, bukan latihan yang berulang-ulang tanpa arah (tidak musikal)!

Cara pemanasan yang paling aman adalah memulai dengan pola sederhana yang dimainkan secara perlahan dan lembut untuk memberikan peregangan yang lembut ke seluruh tangan, sehingga suplai darah ke tangan meningkat. Setelah itu Anda dapat meningkatkan kecepatan, diikuti dengan latihan jari yang lebih cepat. Pastikan agar bunyi yang dihasilkan rata. Perhatikan posisi tangan saat bermain normal, postur tetap tegak dan rileks. Hindari ketegangan dan rasa nyeri.



DISIPLIN DIRI ADALAH KOENTJI

Pianis pemula dapat memulai dengan latihan selama 20 menit, dan secara bertahap meningkatkan durasinya seiring mereka merasa lebih nyaman dengan latihan tersebut. Selain itu, umumnya disarankan untuk membagi sesi latihan menjadi dua atau tiga periode lebih pendek sepanjang hari, daripada mencoba melakukan semua latihan sekaligus.

 

Pada akhirnya, cara terbaik untuk menentukan berapa lama berlatih adalah dengan mendengarkan tubuh Anda dan melanjutkan dengan kecepatan yang terasa nyaman dan berkelanjutan. Dengan kesabaran dan konsistensi, maka daya tahan dan kemahiran Anda meningkat. Anda perlu melatih kepekaan telinga Anda dan juga koordinasi tangan Anda dengan menggabungkan berbagai teknik dan tidak hanya mengandalkan latihan jari saja untuk mencapai tujuan.



Jika seorang pianis berlatih secara rutin dan konsisten, maka ia dapat mengembangkan kekuatan, ketangkasan, kecepatan, akurasi, stamina, dan meningkatkan performanya dalam memainkan lagu yang kompleks dan tempo cepat. Dalam berlatih tentu saja akan terjadi banyak pengulangan. Monoton. Oleh karena itu penting untuk menemukan cara berlatih yang efisien dan efektif dalam rutinitas berlatih, agar pianis terhindar dari rasa nyeri dan kebosanan. Tentunya mentor dan guru piano yang tepat akan membantu Anda menemukan latihan yang terbaik untuk mencapai tujuan musikal Anda! Happy practicing!