Pages

Wednesday, May 7, 2014

"BABY, YOU GOT BACH!" - by: Jelia Megawati Heru (Staccato Mei 2014)

"BABY, YOU GOT BACH!"
by: Jelia Megawati Heru
Article Staccato, May 2014


Dalam dunia Musik Klasik, nama Johann Sebastian Bach (JS. BACH) terdengar tidak asing lagi. Setiap murid yang mempelajari piano, pasti pernah mendengar namanya dan memainkannya. Sebut saja Minuet in G Major, Invention, Well Tempered Klavier, Toccata in D minor - yang merupakan sebagian kecil dari komposisinya yang revolusioner di sepanjang peradaban manusia. 

Mengapa komposisi JS.Bach masih dimainkan hingga sekarang? Untuk apa sih kita memainkan, mendengarkan, dan mempelajari karya JS. Bach pada abad ke-21? Bukankah akan jauh lebih mudah untuk memahami musik, kalau kita memainkan karya komposer masa kini yang jauh lebih relevan? Bagaimana kita seharusnya memainkan karyanya? Simak artikel berikut ini!


Kata “jenius” mungkin tidak cukup untuk melukiskan betapa hebatnya seorang JS. Bach. JS. Bach adalah seorang komposer, musisi, pemain organ gereja, guru, dan pionir musik di zaman Baroque. Seorang yang berpikir modern di zamannya dan penuh dengan kontroversi. Walau JS. Bach merupakan seseorang yang sangat presisi dan teratur dalam mengkomposisi, Bach juga bisa menjadi sangat kreatif, imajinatif, improvisatoris, dan tidak terduga. Dan hebatnya, dalam mengeksplorasi dan menuliskan ide imajinatifnya tersebut, beliau tidak melanggar aturan/norma dalam komposisi yang berlaku. Dan aturan/norma dalam komposisi musik polyphony bagaikan 1001 aturan dalam militer.

BACH’S LEGACY 



POLYPHONY – HARMONI 3 DIMENSI 
Walau musik polyphony tidak diciptakan oleh JS. Bach, ia melakukan hal yang luar biasa dengannya. Hal yang menakjubkan diciptakan oleh Bach salah satunya adalah ilusi tiga dimensi dalam dua dimensi. Bagaimana elemen sinfoni ditampilkan dengan menggunakan instrumen piano (dulu harpsichord.) Ibarat melihat lukisan 3D dalam media 2D. Bagaikan memainkan grup paduan suara atau orkestra seorang diri dengan kesepuluh jari Anda. Dimana setiap jarinya adalah independen dan pada akhirnya membentuk suatu gambaran 3D dalam bunyi, yaitu efek harmoni. Dimana Anda tidak lagi mendengarkan musik secara horizontal (melody & accompaniment,) namun pada saat yang bersamaan juga mendengarkan secara vertikal (harmony.) Ketika harmoni berubah, maka alur horizontal musik pun berubah.

  
DAS WOHLTEMPERIERTE KLAVIER
Well-tempered Klavier (WTK) dari JS. Bach ibarat sebuah Old Testament bagi Hans von Bülow, yang menjadi dasar dari segala sesuatu. Menurut Daniel Barenboim, WTK merupakan sebuah kompilasi pemikiran tentang kehidupan cinta, etika, moral, dan kualitas manusia. Juga pemikiran tentang pengalaman masa lalu yang memberikan pernyataan tentang masa kini dan juga pelajaran di masa depan. WTK mewakili musik di zaman Baroque dan sekaligus menunjukkan ke arah mana musik akan berkembang di masa yang akan datang.


TEKNIK & SENI MEMAINKAN BACH
Begitu banyak kontroversi dalam memainkan komposisi dari JS. Bach – mulai dari teknik bermain hingga intepretasinya. Kaum “puritan” (purist) akan menampilkan karya JS. Bach secara otentik, yaitu dengan menggunakan harpsichord. Sedangkan di zaman modern, karya Bach ditampilkan dengan menggunakan piano. Kubu pertama menggunakan teknik permainan untuk menghasilkan bunyi seperti harpsichordtanpa pedal, non-legato, tanpa perubahan tempo dan dinamika. Lalu kubu lainnya menggunakan pendekatan yang jauh lebih “romantic” dengan menggunakan “special effect,” berupa pedal, legato, perubahan dinamika yang kontras, rubato, dan penggunaan vibrato pada biola. 


Penggunaan hiasan (ornaments) - seperti: trill, upper/lower mordent, acciaccatura, appoggiatura, sebetulnya tidak dicatat secara khusus oleh Bach. Pada zaman itu, setiap musisi mengetahui bagaimana dan di bagian mana sebaiknya ornaments itu dimainkan. Namun dalam perkembangannya, penerbit buku musik mencantumkan cara memainkan ornaments pada musik Bach. Supaya orang tidak salah kaprah atau “lebay” dalam mengintepretasi dan memainkan karya Bach. Jangan sampai Bach terdengar romantis seperti Chopin! Ibarat orang Jawa yang “medok” berbahasa Inggris atau spagetti ala Italia, namun rasa mie goreng Jawa. Nah lo?!


Konflik bagaimana seharusnya orang memainkan dan menampilkan karya JS. Bach pada abad ke-21 sudah berlangsung sejak ratusan tahun dan menghasilkan perdebatan yang tidak berujung pangkal. Bach adalah improvisator terbaik di zamannya dan karyanya menyiratkan hal itu. Adalah keliru apabila karyanya dimainkan dengan kaku, sesuai dengan teksnya. Namun hal ini tidak berarti kita bisa memainkannya dengan rubato, seperti Chopin atau Liszt.  Pada dasarnya orang sah-sah saja untuk mengeksplorasi semua kemungkinan yang ada dalam memainkan karya dari JS. Bach sesuai dengan konteksnya – selama esensi dan nilai estetikanya tidak hilang.


BEING AUTHENTIC
Sekarang kita hidup di zaman serba instan dan artifisial. Semua orang menginginkan jalan pintas yang paling cepat. Untuk semua brand/merk, kita mempunyai versi tiruannya atau KW – bahkan KW 1 atau KW 2. Eau de parfum vs bibit parfum, kopi instan vs kopi tubruk, kamera digital vs DSLR, fast food vs home made, potatah – potato, you name it! Namun di dalam hidup, ada beberapa hal yang tidak bisa diperlakukan seperti layaknya makanan siap saji. Dan SENI (ART) & budaya adalah salah satunya. Banyak “musisi” yang mengaku beraliran Jazz Fusion-Mainstream, tanpa mengerti apa itu Jazz Fusion maupun Mainstream. Banyak pula musisi yang mengklaim, bahwa mereka menciptakan sesuatu hal yang baru, padahal mereka hanya menjadi plagiat dan copycat. Begitu pula dengan “musisi” yang mengklaim dirinya bisa memainkan karya Bach. Banyak orang yang memainkan karya Bach, namun tidak mempunyai rasa Bach. 


Pertanyaannya adalah bagaimana kita bisa memainkan karya Bach yang otentik dan mempunyai rasa Bach? Bagaimana seorang chef membuat pasta pomodoro e basilica ala Tuscany yang sempurna? Anda belajar dari ahlinya, chef dari Italia – bukan Jawa, lalu mempelajari proses membuat pasta dari tepung dengan tangan Anda sendiri – bukan memakai macaroni dari al fonte, memakai bahan-bahan dan bumbu terbaik ala Italia – bukan bumbu jadi instan, merebusnya sampai al dente – bukan terlalu matang, menyajikannya ala Italia dengan segelas white wine – bukan teh tarik, dan mungkin menikmatinya perlahan dengan iringan musik dari Antonio Vivaldi? Bon appétit! 

Untuk apa sih ribet-ribet begini? Well, justru disitulah letak seninya. Demikian juga halnya dengan mempelajari bahasa asing, bukan? Supaya Anda bisa mempunyai logat dan fasih berbahasa asing, yang perlu Anda lakukan adalah berbicara dengan native speaker nya. Untuk bisa memahami kultur dan selera humor mereka, maka Anda harus bergaul dengan mereka dan masuk ke lingkungan pergaulan mereka.    


Bagaimana seseorang dapat memainkan karya Bach yang otentik dan mempunyai rasa Bach? 

1. Mempunyai teknik bermain musik tingkat mahir (advanced) 
Dalam memainkan Bach, dibutuhkan teknik bermain musik yang sangat tinggi. Karena tingkat kesulitannya yang tinggi, yang membutuhkan kecepatan, keakuratan, dan fingering yang tepat (leap/lompatan interval yang jauh.) 

2. Mempunyai kepekaan pendengaran (ear training) dan bisa menyanyi 
Karena kompleksitas dari musik polyphony, dibutuhkan kepekaan mendengar dua sampai empat nada yang berbeda dalam waktu yang bersamaan. Ibarat memainkan paduan suara atau strings quartet lewat 10 jari kita. Untuk itu Anda harus bisa menyanyikan tema utamanya. 


3. Menguasai sejarah musik, teori musik, form analysis, 4-parts harmony, dan counterpoint 
Seseorang yang ingin memainkan Bach sebaiknya mampu mengenali struktur, frase, tata gramatik musik, rhetorika, dan filosofi dalam musik Bach. 

4. Menguasai standard repertoires Bach tingkat lanjut 
Kuasailah lagu-lagu standard karya Bach, seperti: Invention, Sinfonia, Well-Tempered Klavier, dan Suites. 

GLENN GOULD

5. Mendengarkan musik Bach (CD & konser)   
Anda harus mendengarkan musik Bach yang dimainkan oleh maestro, seperti: Andras Schiff dan Glenn Gould. Mendengarkan konser musik Bach dengan harpsichord di gedung konser Eropa tentunya merupakan pengalaman yang tidak ternilai.

ANDRAS SCHIFF

6. Memiliki mentor/expert 
Memiliki mentor/expert dengan latar belakang pendidikan Eropa akan sangat membantu, dibandingkan belajar secara otodidak. Anda akan mengalami kemajuan yang lebih signifikan, apabila Anda bertemu mentor yang tepat. Ibarat seperti belajar dengan native speaker yang membantu Anda untuk berbicara dengan fasih dan natural seperti layaknya seorang native speaker.    

7. Memainkan karya Bach dalam konser/workshop 
Bagaimana cara mengetes, apakah bahasa asing yang Anda pelajari selama ini dimengerti oleh orang asing yang lain? Anda harus berkomunikasi dengan para native speaker yang lain. Dengan demikian Anda mengetahui sejauh apa orang lain mengerti apa yang Anda katakan. Begitu pula dengan musik. Konser merupakan cara mengkomunikasikan bahasa musik yang selama ini Anda pelajari. Akan lebih baik, apabila Anda mempunyai jam terbang dalam menampilkan karya Bach dalam sebuah konser dengan ruang publik internasional.       


“THE SWINGING BACH” 
BACH DI ABAD KE-21
Salah satu esensi dari musik Bach adalah IMPROVISASI. Banyak orang yang tidak mengetahui bahwa di zamannya, Bach pernah menantang komposer asal Perancis, Louis Marchand dalam mengimprovisasi tema dan style di depan keluarga kerajaan Dresden, Jerman. Hasilnya? Louis Marchand tidak pernah hadir dalam kompetisi tsb. Jika Louis Marchand adalah maestro ala Perancis, maka JS. Bach adalah maestro yang menguasai style Jerman, Perancis, Spanyol, Italia, dan Inggris. There was never be a competition at all.

JACQUES LOUISSIER

JS. Bach adalah sosok yang inspirasional bagi komposer dunia lainnya. Beberapa komposer yang terinspirasi oleh Bach, seperti Mendelssohn dan Schumann bahkan menulis komposisi musik polyphony sebagai dedikasi mereka untuk menghormati sosok JS.Bach. Hal ini dilakukan sebagai upaya progresif untuk membawa JS. Bach lebih dekat dengan zaman mereka. Pada abad ke-21 ini, upaya ini juga dilakukan oleh Jacques Louissier dari Perancis dengan piano trio nya dalam genre Jazz. Dari sini kita tahu, bahwa musik memiliki bahasa dan tata gramatiknya sendiri. Namun selalu ada benang merah universal yang membuat perbedaan itu menjadi tidak berarti – apapun jenis genre musiknya, yaitu: PASSION.


Jacques Loussier Trio & Bobby McFerrin

Mengapa di abad ke-21 kita masih mempelajari dan memainkan Bach? 
  • JS. Bach merupakan salah satu tokoh yang paling revolusioner dalam sejarah peradaban manusia, terutama pada bidang musik (barometer of high-quality music) 
  • Mempelajari bahasa musik dan berkomunikasi lewat musik (get connected) 
  • Mempelajari nilai estetika, artistik, dan esensi dari musik Bach serta ide yang mewakili musik di zaman Baroque (polyphony, sacred music, vocal music & keyboard music)
  • Menjaga kelangsungan warisan seni budaya (world heritage) yang menjunjung tinggi prinsip “Soli Deo Gloria” – for Glory to God alone.
  • Memanusiakan “manusia” dan menginspirasi kita untuk berkaca pada diri kita sendiri, untuk terus berkarya dan hidup.