Pages

Wednesday, June 6, 2012

SAAT ANGKLUNG MENEBAR RASA DAMAI YANG MEMBUMI

SAAT ANGKLUNG 
MENEBAR RASA DAMAI YANG MEMBUMI
Oleh: Michael Gunadi Widjaja 


Nama MANG UDJO identik dengan alat musik angklung dan seni musik angklung. Dalam kurun waktu perjalanan yang sangat panjang, seorang Udjo Ngalagena memelihara ide sebuah distrik semacam kampung seni yang menjadi sentra angklung. Sebuah sentra tentang seni musik dan seni kerajinan angklung yang menyatu dengan alam. Sentra tersebut dikenal sebagai SAUNG UDJO atau lazim juga disebut SAUNG ANGKLUNG atau malahan jika ingin lengkap, orang menyebutnya SAUNG ANGKLUNG MANG UDJO. Saung angklung terletak di Jalan Padasuka No. 118, Bandung. Banyak hal yang menginspirasi sekaligus menarik untuk disimak dan ditelaah saat kita berkunjung ke saung angklung.

Salah satu hal yang paling menarik adalah Angklung Concert Performance. Dalam pagelaran setiap sore tersebut, bukan saja tersaji pertunjukan musik angklung, namun juga pembelajaran angklung bagi semua yang hadir.


Pembelajaran angklung memakai sistem notasi solmisasi .Dan uniknya, semua yang hadir dapat dengan mudah dan gembira mengikuti dan melaksanakan petunjuk pembelajaran. Sebetulnya, teknik panduan pembelajarannya menggunakan metode hand signs dari Zoltán Kodály - seorang music educator asal Hungaria. Dengan mengikuti gerakan tangan seorang pemandu acara, hadirin membunyikan angklung sesuai nada yang tertala pada angklung yang dipegang masing-masing. Memang dalam hal ini, Mang Udjo yang sekarang, banyak melakukan modifikasi terhadap hand signs dari Zoltán Kodály. Tentu salah satunya adalah agar secara virtual hadirin lebih mudah mengikutinya. Dengan metode pembelajarannya ini, Mang Udjo telah menjadi duta bangsa dan menggelar permainan angklung instan dengan pemain ribuan orang! Bahkan beberapa bulan mendatang, Mang Udjo akan membuat world record di Amerika Serikat dengan menggelar pertunjukan angklung untuk 15 ribu orang!!!

Sebetulnya saat orang mengikuti angklung crash course versi Mang Udjo, banyak semburat music education yang diterima - bahwa musik dapat dimainkan dengan fun, tanpa barus berpikir rumit. Juga bahwa musik dapat dilakukan secara bersama, yang berarti ada rasa kebersamaan dalam bingkai estetisnya. Juga secara tidak langsung memupuk rasa egality untuk saling menghargai. Karena dalam permainan musik secara bersama tiap individu harus patuh pada porsinya sendiri tanpa mencampuri porsi orang lain. Ini semua sebetulnya adalah perwujudan konsepsi MUSIC FROM PASSION. Hal yang sangat penting dalam pendidikan musik. Hal yang lebih unik lagi adalah bahwa dengan menggunakan peragaan tangan Zoltán Kodály sebagai petunjuk, hadirin diajak untuk bermain polyphony meski hanya dalam bentuk dua jalur. Hal ini secara tak langsung juga menyiratkan inspirasi akan sebuah keselarasan - sebuah harmonisasi yang membumi.

Sebagai sebuah seni pertunjukan, angklung pun telah sampai pada taraf virtuositas tinggi bagi sebuah ensemble musik tradisi. Angklung dapat dengan luwes mengorkestrasi score rumit semacam "BOHEMIAN RHAPSODY" dari Queen. Berbeda dengan gamelan, laras angklung adalah diatonis dalam sistem well-tempered musik barat. Hal ini merupakan nilai lebih dari angklung, karena dengan demikian angklung dapat lebih leluasa berkomunikasi dalam ranah tatanan musik barat. Hasilnya adalah sebuah interpretasi musik barat dengan nuansa Asiatik yang meng-Indonesia. Hal ini sangat membantu persepsi publik Eropa agar tidak menganggap seni tradisi nusantara sebagai makhluk asing yang menyajikan konsep estetis secara aneh.

Bohemian Rhapsody (Queen)
by Saung Angklung Udjo, Bandung


Untuk masa depan memang banyak hal yang harus senantiasa diuntai seputar angklung dan musiknya. Ada semacam fenomena yang aneh diseputar perkembangan angklung. Di satu sisi ada sentra angklung yang sudah mendunia seperti Saung Angklung Mang Udjo, namun di sisi lain ada tudingan bahwa kita kurang memasyarakatkan angklung sehingga negara tetangga kemudian meng klaim bahwa angklung adalah seni musik khas mereka. Dikotomidan fragmentasi semacam ini mestinya segara disambut dengan upaya nyata. Minimal menjadikan musik angklung sebagai sebuah zona seni yang institusional dalam kerangka telaah ilmiah. Ini belum banyak dilakukan dan nampaknya upaya semacam ini penting sebagai imbangan saat kening kita agak pusing mengkaji dan menelaah musik klasik Eropa.