Pages

Saturday, March 6, 2021

PIANIS VIRTUOSO | by: Jelia Megawati Heru | Staccato, April 2021

PIANIS VIRTUOSO
by: Jelia Megawati Heru
Staccato, April 2021

 


A true virtuoso “must call up scent and blossom, and breathe the breath of life”

 - Franz Liszt

 

Richter, Brendel, Rubenstein, Argerich, Arrau, Rachmaninoff, Liszt, Ashkenazy, Barenboim, Lang Lang, Yuja Wang, Pollini, Gould, Kissin, Uchida, Schiff, Hamelin, Schnabel, Cortot, Horowitz adalah sederet nama pianis virtuoso terbaik di dunia. Bukan hanya sekedar memiliki teknik yang tinggi, kecakapan seni bermain piano yang luar biasa dengan kecepatan tinggi dan jari-jari pianistik yang atletis, namun mereka memiliki semuanya – karisma, stamina, repertoar yang luas, menguasai arena, dan mempesona publik. Seorang pianis virtuoso lazimnya merupakan musisi yang berprestasi dengan pencapaian teknis yang sangat menonjol diatas pianis rata-rata (extraordinary) dan dianggap mampu mencapai kesempurnaan artistik.

 

APA ITU VIRTUOSO?

Virtuoso [virˈtwoːzo] atau [virtuˈoːso] berasal dari dari Bahasa Italia atau dari Bahasa Latin ‘virtuosus’ atau ‘virtus’; "virtue", "excellence" atau "skill" yang artinya pelatihan yang luar biasa, terutama dalam teori. Seorang yang virtuoso adalah merupakan individu yang terampil dalam suatu hal – terutama dalam memainkan suatu alat musik, menyanyi, atau komposisi. Istilah ini digunakan menggambarkan seseorang dengan kemampuan teknis dan musik yang luar biasa.



VIRTUOSO: BUKAN SEKEDAR AKROBAT JARI

Bentuk jamak dari virtuoso adalah virtuosi atau virtuosos, dan bentuk femininnya adalah virtuosa dan virtuose. Istilah ini merujuk pada sebuah apresiasi terhadap kesempurnaan artistik dari para penikmat musik.  Walaupun pada awalnya seorang musisi dianggap sebagai virtuoso dengan menjadi komposer ulung, ahli teori, atau maestro, dan bukan seorang performer (Johann Gottfried Walther's Musicalisches Lexicon - 1732). 

 

Virtuoso juga sebetulnya merupakan istilah kehormatan yang digunakan untuk seseorang yang memiliki kecakapan khusus dalam bidang intelektual atau artistik apa pun. Sehingga Johann Mattheson mempertahankan istilah “der brauchbare Virtuoso” (1720)  sebagai penghormatan terhadap "theoretische Virtuosen" tradisional (virtuoso teoretis) tetapi juga menghormati "virtuosi prattici" (pemain virtuoso).



Baik kritikus maupun musisi memiliki opini yang beragam tentang virtuositas. Salah satunya adalah, kritik bahwa pemain virtuoso hanyalah merupakan musisi yang berfokus pada keahlian teknik kecepatan jari saja, karena mengabaikan substansi dan emosi yang mendukung kecakapan teknis tsb. Seorang virtuoso sejati seharusnya merupakan musisi yang sangat berbakat dan performer yang memiliki kecakapan bermain teknik semata.

 

Virtuoso adalah bukan sekedar memainkan lagu dengan cepat saja atau paling heboh dari sebuah lagu. Virtuoso juga bukan sekedar mampu mengeksekusi puluhan tangganada dengan sempurna dengan kecepatan sangat tinggi. Tetapi virtuoso merupakan gabungan dari banyak keterampilan yang memungkinkan pianis memainkan ratusan variasi yang berbeda, menyesuaikannya dengan berat jari, lengan, sentuhan yang sesuai untuk mencapai efek tertentu, berbicara lewat musik. Disitulah letak kejeniusannya.

 

Orang-orang akan selalu terkesan dengan kecepatan jari dan gerakan yang akrobatik. Tetapi justru pengalaman musik yang paling mendalam dan berkesan seringkali datang pada saat-saat yang paling sunyi, paling lambat, paling intim ketika musik itu menyentuh relung hati kita yang paling dalam. Momen yang menyadarkan bahwa kita adalah seorang manusia, sebuah butiran debu di alam semesta yang luas ini, yang akan kembali kepada Sang Pencipta-NYA pada waktunya. Bagaimana kekuatan ekspresi dan intuisi dari performa pianis itu dapat membuat pendengarnya menitikkan air mata - saking sublimnya. Itu adalah virtuoso sejati.


 


MENGEJAR KESEMPURNAAN

Dalam live concert, para virtuoso menghadapai tantangan yang luar biasa sulit. Pasalnya konser dapat direkam secara live dengan rekaman berkualitas tinggi dan disiarkan ke seantero dunia. Penonton tentunya juga memiliki ekspektasi yang tinggi agar pianis untuk bermain dengan “wow-effect” atau kecakapan pianistik tertentu. 

 

Faktanya tidak ada seorangpun yang akan bisa “sempurna” dalam membawakan suatu piano concerto, karena pianis juga adalah manusia. Walau demikian justru pertunjukan virtuoso yang “tidak sempurna” dapat memikat jauh lebih dari sekadar pertunjukan non-virtuoso yang sempurna. Pengalaman mendengarkan dan menikmati keindahan musik dalam sebuah live concert, kekuatan komunikatif, dan emosional “living in the moment” - lah yang akan menyempurnakan semuanya.

 

Dalam sebuah pertunjukkan, para virtuoso ini juga harus memainkan musik dengan gaya dan karakter yang sesuai dengan tuntutan musik dan komposer, dimana pianis harus menjadi seorang kolaborator yang baik dalam sebuah tim. Oleh karena itu adalah lebih bijaksana dan profesional, apabila para virtuoso yang super perfeksionis ini belajar menanggapi "kritik" dari konduktor atau music producer

 

Setiap pianis juga mempunyai intepretasinya masing-masing. Karena alasan inilah banyak dari kita mencari pemain virtuoso yang sama dalam repertoar yang sama untuk mendengar bagaimana pandangan mereka tentang karya tertentu berkembang seiring waktu. Hal ini juga dilakukan sebagai penghormatan terhadap niat dan maksud lagu yang dibuat oleh seorang komposer.



PIANIS VIRTUOSO INFLUENCER

Jika membahas tentang pianis virtuoso sepertinya belum mantap kalau tidak menyebutkan nama Franz Liszt. Franz Liszt, dianggap sebagai salah satu pianis hebat yang pertama dan terbesar. "Virtuosity is not an outgrowth, but an indispensable element of music" virtuositas bukanlah sebuah hasil, melainkan sebuah elemen yang diperlukan dalam musik, ujar beliau.

 

Walau bagi banyak orang, ia dianggap sebagai seorang "pemain sandiwara". Seorang penipu, dangkal, bombastis, muluk, dan vulgar. Namanya juga netizen, ternyata sudah ada haters sejak zaman dahulu rupanya. Liszt itu bukan hanya drama queen atau tukang tipu, guys! Selain seorang pianis kolosal, virtuoso yang paling mengaggumkan pada masanya, ia juga adalah juara komposer termuda, konduktor,  promotor konser, dan kritikus. 

 

Ia memainkan semua musik terbaik pada zamannya dan semua musik yang ditulis untuk piano. Ia adalah “inkarnasi dari piano”. Permainannya mendorong batas-batas teknik, tekstur, warna, dan bunyi sebuah komposisi piano. Musiknya transendental, sakral, dan orkestral. Sesuatu prestasi yang seharusnya dikagumi daripada dicela, bukan? Bahkan Wagner menggambarkannya sebagai “musisi yang paling musikal dari semua musisi”.

 

“These are the greatest works for the piano, tremendous works,” he said. “But they are ‘sound’ works,” by which he meant pieces that explore the piano’s coloristic possibilities. “For me,” Horowitz elaborated, “the piano is the orchestra. I don’t like the sound of the piano as a piano. I like to imitate the orchestra — the oboe, the clarinet, the violin and, of course, the singing voice. Every note of the symphonies is in the Liszt works.”

 

Liszt juga adalah guru piano paling berpengaruh pada masanya. Dia mengajar sekitar 400 siswa selama 40 tahun, sejalan dengan gagasannya tentang "génie oblige," kewajiban seorang jenius, dan tidak pernah menerima pembayaran untuk pelajaran, yang membuat kecewa para pedagog saingannya.

 

Musik Liszt bisa menjadi berani, visioner, mistis, dan mendebarkan. Lima komposer teratas? Mungkin tidak. Tapi musisi yang sangat monumental! Dan karakter yang luar biasa: kombinasi dari “pemain sandiwara” dan seorang jenius, dan superstar.

 

Frédéric Chopin (1810-1849)

Chopin merupakan seorang pionir Musik Romantik. Tanpa adanya Chopin, tidak akan ada tradisi bermain piano dengan tekstur pianistik dan virtuoso. Namun berbeda dengan Liszt yang ambisius, Chopin sering dikritik tentang kemampuan pianistiknya dan tidak menerima sambutan yang hangat dalam resital debutnya. 

 

“They want me to give another concert, but I have no desire to do so. You cannot imagine what a torture the three days before a public appearance are to me. The crowd intimidates me; its breath suffocates me. I feel paralyzed by its curious look, and the unknown faces make me dumb.” 


Chopin benci tampil. Dia tidak ingin ada poster, tidak menginginkan program, tidak menginginkan banyak penonton. Dia tidak ingin siapapun membicarakannya. Dia begitu takut dengan banyak hal. 

 

Karya-karyanya mungkin ditempa untuk kesempurnaan, namun tidak dengan kepribadiannya yang rumit. Di luar dugaan, Chopin mempunyai kepekaan yang luar biasa, moody dan sangat sensitif. Walau demikian, music speaks louder than a thousand words. Ini adalah ungkapan yang menggambarkan kekuatan dan kualitas musik Chopin. Musik yang terlihat sederhana, namun terasa begitu mendalam, sublim, intim, spontan, luar biasa puitis dan ajaib ketika dimainkan. 

 

Chopin adalah seorang penyair. Tanpanya kita tidak akan pernah tahu apa itu cinta. Hanya Chopin yang mampu menggambarkan ironi, frustrasi, kesendirian, kesepian dan kegalauan menjadi sebuah seni dan ekstase. Mungkin Musik Chopin hanya berdurasi tiga menit, tetapi itulah tiga menit terindah yang akan mengubah seluruh dunia Anda dan menyentuh hati terdalam Anda.

 

“Bach is an astronomer, discovering the most marvellous stars. 

Beethoven challenges the universe. 

I only try to express the soul and the heart of man.” 

― Frédéric Chopin