Pages

Tuesday, December 3, 2019

TIPE-TIPE PIANIS | by: Jelia Megawati Heru | Staccato, December 2019

“TIPE-TIPE PIANIS”
by: Jelia Megawati Heru
(Staccato, December 2019)


Mulai dari Clara SchumannMartha ArgerichMitsuko Uchida, sampai Khatia Buniatishvili, dunia dipenuhi dengan begitu banyak pianis yang luar biasa, dan jangan lupa – diantaranya pianis wanita yang menakjubkan dan karismatik. Di tangan mereka musik dengan motif yang paling sederhana, bisa memperoleh makna yang signifikan, artistik, dan inspiratif. Begitu banyak pianis, namun tidak semua pianis adalah pianis yang hebat. Simak beberapa tipe pianis berikut ini!

1. TRADITIONAL
Pianis yang hanya terikat oleh lembaran musik dan tidak dapat memainkan lagu apapun tanpa itu. Umumnya mereka memiliki kemampuan sight reading yang luar biasa. Mereka juga tekun, disiplin, dan memiliki teknik bermain yang sangat baik – akurat sesuai textbook. Tapi kelemahan pianis kategori ini adalah mereka tidak fleksibel dan tidak dapat memainkan lagu apapun tanpa lembaran musik di depannya.

2. PRODIGY
Pianis yang memiliki bakat alami yang luar biasa dan fenomal sejak lahir (gifted). Umumnya mereka bisa memainkan lagu secara sempurna hanya dengan satu kali dengar. Mereka mempunyai absolute hearing. Sesuatu yang tidak bisa diajarkan, tidak lazim, extraordinary, dan tidak bisa dilakukan oleh banyak orang, dibandingkan mereka sudah berlatih selama bertahun-tahun. Salah satu contoh pianis tipe ini adalah: Wolfgang Amadeus Mozart.


Apabila diibaratkan dengan pelari, maka kategori ini akan sampai ke garis finish beberapa kali lipat lebih cepat. Apabila Anda tidak mampu melakukan hal yang tidak bisa dilakukan oleh seorang prodigy, jangan salahkan diri Anda atau anak Anda. Mengapa? Karena bermain piano tidak sama dengan lomba tennis atau pacuan kuda. 

Bermain piano adalah seni dan prosesnya untuk jangka panjang. Enjoy the ride! Hanya orang yang menikmati prosesnya yang akan bertahan yang akan bertahan dan menerima manfaat dari bermain piano for life. Bukan yang kejar piala, kejar target dan apalagi kejar tayang yang mustahil dicapai. Kepuasan bathin adalah reward dan nikmat hakiki yang sesungguhnya dari bermain musik.

3. MODERN
Pianis yang bisa memainkan beberapa genre lagu berdasarkan progresi akor dan berimprovisasi. Umumnya mereka memiliki relative hearing. Pianis kategori ini biasanya adalah pianis Jazz. Contohnya: Herbie Hancock Keith Jarrett.

Keith Jarrett

4. HYBRID
Kombinasi antara pianis tradisional dan modern. Pianis yang hybrid bisa diartikan sebagai pianis yang hidup di dua alam Klasik dan Jazz, contohnya: Friedrich GuldaJacques LoussierOscar PetersonDave Brubeck, dan Bill Evans. Bill Evans contohnya, merupakan pianis yang terlatih secara klasik, mendapatkan pendidikan tinggi untuk Piano Klasik dan komposisi. 

Bill Evans

Evans percaya bahwa "Jazz" adalah gaya bermain musik yang pada dasarnya tentang improvisasi atas suatu kerangka kerja, dan bukan genre musik tertentu. Dia menggambarkan bermain Jazz sebagai "Membuat musik satu menit dalam waktu satu menit." Pianis hybrid juga bisa diartikan sebagai seorang musisi yang bukan saja seorang pianis virtuoso yang kolosal, namun juga kombinasi superstar, komposer, musik pedagog, dan konduktor. Pianis yang masuk dalam kategori ini adalah: Franz Liszt.

PIANIS TRADISIONAL VS PIANIS MODERN
Pertanyaan besarnya adalah apakah menjadi pianis tradisional yang hanya bisa memainkan lagu dengan lembaran musik saja cukup? Apakah ini yang dinamakan dengan “PIANIS YANG BAIK”?

Pianis yang BAIK akan memiliki kualitas untuk membaca notasi balok, memiki teknik bermain yang baik, dan memainkan lagu sesuai dengan konteks yang diinginkan oleh sang komposer. Otentik dan pas. Namun pemain yang SANGAT BAIK akan mampu melakukan hal yang sama dengan pianis tradisional dan juga memiliki kapasitas seorang pianis modern yang fleksibel, bisa memainkan lagu dari berbagai genre yang “tidak tertulis”. Kombinasi dari kedua tipe ini bisa menghasilkan seorang pianis hybrid yang hebat.


PIANIS YANG MENDUNIA
Ada begitu banyak pianist virtuoso hebat yang mendunia, seperti Frédéric Chopin sebagai pencipta sekolah piano dan sekolah komposisi, atau Vladimir Horowitz yang dinobatkan sebagai pianis terhebat sepanjang masa, maupun Claudio Arrau, seorang pianis Chili yang hebat yang bisa membaca musik sebelum dia bisa membaca kata-kata, dan memuliakan musik dengan cara yang tidak bisa dilakukan pianis manapun. Bahkan saking terkenalnya ada istilah khusus yang diciptakan untuk kegilaan para fans fanatiknya “Lisztomania”. Namun ada dua pianis Klasik yang masih hidup dan melegenda, yaitu: Martha Argerich dan Daniel Barenboim.

Martha Argerich

1. Martha Argerich (1941-)
Kisah Martha Argerich adalah kisah tentang kejeniusan alam yang ganas. Seorang pianis virtuoso menakjubkan yang masih hidup dan mampu menggerakan khalayak. Dunia terbangun oleh bakat fenomenal pianis Argentina, Martha Argerich pada tahun 1964 ketika ia memenangkan Kompetisi Piano Chopin Internasional pada usia 24 tahun. Argerich adalah penerima banyak penghargaan dan penghargaan, termasuk tiga Grammy Awards (1999 dan 2005 [penampilan solois instrumental terbaik (dengan orkestra)] dan pada tahun 2016 ia menerima Kennedy Center Honor, penghargaan Amerika yang merayakan seni. Argerich mampu memainkan hampir semua repertoar Klasik yang pernah ada. 

Martha memiliki photographic memory, mampu mereproduksi musik dengan sempurna setelah satu kali dengar. Tantangan teknis tidak menimbulkan masalah; "I have a thing for octave," katanya, tertawa, dalam sebuah wawancara TV tahun 1972.

“Only the greatest artists are able to maintain the freshness of discovery with the depth of thoughtfulness,” kata Daniel Barenboim, konduktor dan pianis yang telah mengenalnya sejak mereka berdua menjadi wunderkind di Argentina, tujuh dekade lalu. “Martha Argerich is one of them. From the beginning, she wasn’t a mechanic[al] virtuoso, only concerned with dexterity and speed. She mastered those as well, of course, but her fantasy enabled her to create a very unique quantity and quality of sounds on the piano.”

Daniel Barenboim & Martha Argerich

Martha Argerich lahir di Buenos Aires. Sejak usia lima tahun, ia mengikuti kursus piano bersama Vicenzo Scaramuzza. Pada tahun 1955 dia pergi ke Eropa bersama keluarganya untuk belajar dengan Friedrich Gulda, seorang pianis Austria yang tidak konvensional dan brilian, hanya 11 tahun lebih tua darinya. 

Gulda bukan hanya saja pianis Klasik yang baik, namun juga musisi Jazz yang luar biasa. Gulda, memperlakukan hubungan mereka lebih sebagai pertemuan pikiran musik yang brilian daripada sebagai hierarki pedagogis tradisional. Dia tidak terkesan dengan ketenaran Argerich dan kekacauan pribadi yang mengelilinginya. Gulda mengatakan bahwa Argerich bermain seperti seorang pria, yang seharusnya merupakan deskripsi dari kekuatan dan kekuatannya. “When I went to study with Gulda, he said I was like a hermaphrodite,”.

Jacqueline du Pré & Daniel Barenboim

2. Daniel Barenboim (1942-)
Daniel Barenboim merupakan salah satu seniman, pianist, sekaligus konduktor terbaik di abad ini, dengan diskografi yang luar biasa dan mencakup segalanya. Kekuatan Musik Klasik telah menopang hidup Barenboim sejak masa kanak-kanak. Barenboim lahir di Buenos Aires pada 15 November 1942. Kedua orang tuanya, anak-anak imigran Rusia-Yahudi ke Argentina, adalah musisi dan guru yang berbakat. Daniel belajar piano dengan ayahnya, yang tetap menjadi guru satu-satunya. 

Dia kemudian menerima beasiswa untuk belajar harmoni dan tandingan di Paris dengan Nadia Boulanger pada tahun 1955-56. Debut resital yang sensasional di Wigmore Hall London, debut konser di Paris (1955), New York Philharmonic Orchestra, dan Leopold Stokowski.

Karier konduktor Barenboim mendapatkan momentum pada tahun 1968 ketika ia tampil di New York dengan London Symphony Orchestra. Dia segera menjalin hubungan dekat sebagai konduktor tamu dengan orkestra Berlin Philharmonic, London Philharmonic, dan Chicago Symphony. Pada 1975, ia diangkat sebagai Direktur Musik Orchester de Paris dan menjalin hubungan dengan Deutsche Oper, Berlin.

“Untuk membuat musik, Anda harus mendengarkan. Anda harus mendengarkan apa yang dilakukan orang lain, tetapi Anda juga harus mendengarkan [apa] yang Anda lakukan dan bagaimana hal itu memengaruhi lain - ini adalah sekolah hubungan manusia yang terbaik.” Mendengarkan dan merespons adalah pusat dari kehidupan musik Daniel Barenboim. 

“Music can teach you about life, 
about how to make passion and discipline co-exist"
Daniel Barenboim, August 2016