“PIANO ÉTUDE”
by: Jelia Megawati Heru
(Staccato, September 2018)
Familiar dengan nama Czerny, Burgmüller, dan Hanon? Nama-nama ini kerap kali identik dengan menu latihan jari yang monoton dan membosankan di kalangan siswa muda tahun kedua yang sedang mempelajari piano. Mengapa? Karena banyaknya pengulangan yang harus dilakukan. Latihan jari ini seperti menu makanan pembuka dalam latihan harian seorang pianis. Meskipun ada nilai dalam étude, untuk mendapatkan teknik jari independen, pendidik dan pianis harus lebih taktis dan cerdik dalam berlatih. Supaya tidak terjebak dalam rezim pengulangan ‘maraton jari’.
KENAPA SIH PERLU PIANO ÉTUDE?
Seperti yang kita ketahui, memainkan piano bukan hanya sekedar memencet tombol lift atau iPhone. Jadi latihan tangganada (scale) dan arpeggio biasa tidaklah cukup. Memainkan 88 tuts piano dengan sepuluh jari bisa menjadi sangat menantang – baik secara fisik, teknis, maupun artistik. Dibutuhkan keterampilan fisik (motorik halus), seperti: koordinasi, kekuatan, stamina, dan kemampuan intelektual yang tinggi.
Seorang pianis yang baik akan dinilai, berdasarkan kecakapannya dalam menguasai teknik bermain yang tinggi dan memahami faktor estetika sebuah komposisi musik. Tantangan artistik ini biasanya mengacu kepada tantangan interpretatif. Sedangkan teknik bermain piano bervariasi, mulai dari velocity (kecepatan), dexterity (ketangkasan), accuracy (ketepatan), double grip (interval 3rd, 4th, 5th, 6th, 8ve), legato vs staccato, hingga memainkan ornaments (trill, mordent, turn) pada tempo yang cepat.
Untuk menjawab tantangan teknis dan artistik ini, maka para komposer, praktisi pendidikan musik mencari pendekatan pedagogi/metode latihan yang lebih EFEKTIF, PROGRESIF, dan KOMPREHENSIF. Mulai dari latihan jari (fingering) pada tahun-tahun pertama dalam pelajaran piano (tangganada/arpeggio), hingga buku studi yang secara mandiri membahas tantangan teknis tertentu dalam repertoar Musik Klasik pada tahun ajaran ke-2 keatas. Studi/buku pelajaran berisi instruksi dan latihan yang disusun secara khusus untuk menguasai suatu teknik bermain tertentu ini disebut sebagai ÉTUDE.
APA ITU PIANO ÉTUDE?
Istilah "étude" [eˈtyd] (berasal dari Bahasa Perancis yang artinya: “BELAJAR”) telah digunakan sejak abad ke-19 untuk menggambarkan komposisi musik instrumental yang terfokus pada pelatihan dan penyempurnaan aspek musikal/teknik tertentu dalam bermain musik. Biasanya étude mempunyai format yang pendek, namun sangat sulit dan umumnya harus dimainkan dalam tempo yang sangat cepat. Praktek menulis étude dikembangkan pada awal abad ke-19 di samping semakin populernya piano, dimana piano memasuki era zaman keemasan sebuah virtuositas.
MENEMBUS BATAS
Apakah étude itu sulit? Jawabannya relatif dan bervariasi bagi setiap individu – tergantung pada kelincahan, kekuatan, dan rentang Anda. Umumnya SULIT dan bahkan AMAT SANGAT LUAR BIASA SULIT. Perlu diketahui, bahwa memainkan étude merupakan tantangan yang besar bagi setiap pianis. Tidak semua étude selalu bisa dimainkan – untuk seorang profesional sekalipun. Karena tingkat kesulitannya yang sangat tinggi, kompleks, ekstrem, dan pada beberapa kasus tidak berlebihan apabila dikatakan mustahil. Pianis yang memaksakan diri untuk memainkan étude yang sangat sulit, dapat berakhir tragis dengan cidera serius pada tangannya.
Sebagai contoh pianis dan komposer asal Rusia, Alexander Scriabin cidera parah dalam berlatih “Islamey” dari Mily Balakirev. Atau Robert Schumann yang menciptkan suatu alat mekanik yang disebut sebagai “Happy Fingers” untuk melatih jari-jari tangannya, yang sekaligus mengakhiri kariernya sebagai pianis. Not so happy fingers after all. Walau mengetahui risikonya, jurus pemungkas adu testoteron dan adu kecepatan jari ini tetap dilancarkan dalam berbagai kompetisi piano.
Mengapa? Karena kepuasan dan perasaan bahagia berhasil mengatasi tantangan teknis, menyajikan karya musik yang luar biasa di hadapan penonton – adalah suatu hal yang sifatnya addiktif. Pada dasarnya manusia adalah makhluk yang sulit dipuaskan. Ketika sudah mencapai titik kepuasan tertentu, manusia akan terus berusaha untuk mendapatkan hal yang lebih lagi, lagi, dan LAGI!
ÉTUDE BAGI PEMULA
Carl Czerny adalah raja latihan piano. Dia belajar dengan Ludwig van Beethoven dan mengajar Franz Liszt. Czerny sangat dikagumi karena improvisasinya, keahliannya dalam meraba, kecepatan timbangan dan cengkeramannya. Czerny memulai karir mengajarnya pada usia lima belas tahun. Dia juga mengajar Karl van Beethoven, keponakan Beethoven.
Dia menulis étude untuk semua tingkatan, yang meliputi ruang lingkup teknik yang digunakan pada zamannya. Sebut saja “40 Latihan Harian”,” Studi untuk Tangan Kecil”, “Seni Keluwesan Jari”, “Sekolah Kecepatan” (School of Velocity Op. 299), “Bagian Studi untuk Pemula”, “24 Studi untuk Tangan Kiri”, “24 Studi Op. 636”, dan “Sekolah Legato dan Staccato”.
Étude lain yang sering digunakan bagi pemula (tahun ajaran ke-2 keatas), a.l.
- Charles-Louis Hanon“The Virtuoso Pianist in 60 Exercises for the Piano”
- Friedrich Burgmüller“25 Studi Mudah dan Progresif Op. 100” & “18 Karakteristik Études Op. 109”
- Stephen Heller“Op. 45 - 25 Studi Melodius” & “Op. 46 - 30 Studi Progresif untuk Piano”
- Moritz Moszkowski“15 Études Op. 72” & “20 Studi Singkat Op. 91”
ÉTUDE ABAD KE-19
Dari sekian banyak étude yang pernah ditulis untuk piano, mungkin Frédéric Chopin-lah yang mempunyai pengaruh yang besar ke banyak komposer di masa depan. Saking hebatnya pengaruh Chopin, muncul istilah “CHOPINESQUE”. Di tangan Chopin sebuah étude bukan hanya sekedar latihan jari yang mekanis dan membosankan, tapi juga merupakan musik yang indah dan karya seni yang indah berkilauan, yang layak didengar dalam sebuah konser.
Dimana sang pianis menunjukkan kebolehannya dan membuat pendengarnya berdecak kagum. Sebuah perpaduan komposisi antara seni, nilai didaktik, teknik, virtuoso dengan ekspresi, warna, imajinasi, dan kreativitas. Sebuah studi konser, sebuah showstopper, dan sebuah masterpiece.
Chopin menulis dua buku étude yang paling populer untuk piano, yaitu: Op. 10 (1833) dan Op. 25 (1837). Dua étude ini mencakup seluruh kemungkinan teknis yang harus dikuasai seorang pianis. Chopin Étude Op. 10 didedikasikan untuk Franz Liszt yang merupakan performer pertama yang berhasil menguasai seluruh bagian étude.
- Muzio Clementi “Gradus ad Parnassum” (Seni Bermain Pianoforte) adalah tiga jilid latihan piano, berjumlah 100 buah, dalam berbagai bentuk dan gaya, mulai dari tingkat menengah hingga mahir. (Diterbitkan oleh Kalmus)
- Franz Liszt menyusun sejumlah études yang lebih luas dan bahkan lebih kompleks daripada Chopin. Di antaranya, yang paling terkenal adalah koleksi Études d'Execution Transcendante. ‘La Campanella’ Étude No. 3 in G minor (1851), Grandes études de Paganini, dan Transendental Étude No. 2 adalah salah satu karya yang paling terkenal dari Liszt dan paling sulit yang pernah ditulis untuk piano. Julukan Campanella berarti 'bel kecil' - karena melodi potongan berasal dari Paganini's Second Violin Concerto, yang dilengkapi dengan handbell.
- Sergei Rachmaninoff berada di liga yang sama dengan Chopin dan Liszt. Études-Tableaux karya Rachmaninoff menunjukkan teknik yang sulit dan sangat kompleks, namun sangat ekspresif.
ÉTUDE ABAD KE-20
Pada pertengahan abad, tradisi étude lama sebagian besar ditinggalkan. Walau étude - étude ini memiliki teknik bermain yang tidak lazim, namun étude ini sangat menantang untuk dimainkan. Karena sifatnya yang lebih eksperimental dengan skala durasi, dinamika, figurasi, warna, dan nada.
Beberapa komposer yang menulis étude di abad ke-20, a.l.
- Claude Debussy, “12 Études (Vol. 1 & Vol. 2)”. Debussy juga banyak mengedepankan sonoritas dan warna nada yang khas pada piano, daripada poin teknis. Juga menunjukkan struktur yang tidak ortodoks dengan banyak kontras yang tajam. Étude dari Debussy merupakanstudi yang indah dan rumit dengan judul seperti “For Thirds,” “For Repeated Notes,” dan “For Octaves,”yang menggambarkan fokus teknik latihan.
- Olivier Messiaen “Quatre études de rythme” (‘Empat penelitian dalam irama’)
- John Cage “Études Australes” untuk piano, “Études Boreales” untuk cello dan/atau piano dan “Freeman Études” untuk biola — adalah potongan tak tentu berdasarkan diagram bintang.
- György Ligeti menulis tiga buku étude. Semua étude dalam tiga buku tsb memiliki tingkat kesulitan yang sangat tinggi. Banyak pianis yang mencoba menaklukkan étude karya Ligeti. Namun yang bisa menyesuaikan keinginan Ligeti, hanyalah permainan piano dari Pierre-Laurent Aimard – seorang pianis muda yang memiliki reputasi bisa memainkan karya apa pun. Ligeti menganggapnya sebagai tantangan dan menulis karya paling sulit yang pernah dikomposisikan untuk piano dan karyanya berhasil dimainkan dengan sangat pas oleh Aimard.
Étude berkembang sesuai dengan perkembangan musik dan daya apresiasi manusia. Apapun bentuk étude-nya, hendaklah selalu diingat, bahwa kita sedang berlatih bermain piano dan bukan sedang berlatih akrobat seperti pemain sirkus.