Pages

Tuesday, December 9, 2014

"Ketika Roh Beethoven Mengunjungi Jakarta" - Liputan Konser Oliver Kern (Staccato, December 2014)

"KETIKA ROH BEETHOVEN MENGUNJUNGI JAKARTA"
Liputan Konser Oliver Kern (Staccato, December 2014)
Oleh: Tim Liputan Staccato


Sudah banyak pianis di Indonesia yang memainkan karya Ludwig van Beethoven, baik yang main secara malu-malu, main dalam pagelaran resmi, maupun dalam pagelaran resmi yang dibesar-besarkan. Pertanyaannya adalah apakah mereka benar-benar “memainkan” Beethoven? Banyak juga pianis hebat kelas dunia yang memainkan karya Beethoven. Segudang pertanyaan dan kritik pun berhamburan. Apakah mereka juga sudah sungguh memainkan Beethoven secara pas? Sudah terlalu banyak pula pianis yang asli Jerman, yang nota bene adalah tanah kelahiran Beethoven, yang bahkan juga mengundang spekulasi pas tidaknya penafsiran mereka akan karya Beethoven. Untuk apa sih kita mempersoalkan MAIN BEETHOVEN secara pas? Kan ini hanya musik, salah tafsir juga tidak bakalan ada yang mati! Ya, benar. Namun jika kita ingin menjadikan Musik Klasik, termasuk karya Beethoven, sebagai komunikasi estetis dalam ranah seni, kita mutlak perlu melakukan pendekatan tafsir yang setidaknya mendekati pas.

Excerpt Video "Achtung! Oliver Kern bringt Beethoven nach Jakarta!"

source: PKJ-TIM


Adalah Oliver Kern, pianis kelas dunia asal Jerman, Professor musik di Musikhochschule Frankfurt, Jerman; pemenang International Beethoven Piano Competition 2001 di Wina, yang telah melakukan sebuah upaya “berani”. Membawa Roh Beethoven untuk mengunjungi kota Jakarta. Kota yang metropolitan, cosmopolitan, yang hiruk pikuk lengkap dengan kemacetan lalu lintasnya. Kunjungan roh Beethoven tersebut dalam sebuah pagelaran konser berjudul “ACHTUNG! OLIVER KERN BRINGT BEETHOVEN NACHT JAKARTA.” Atau, “Perhatian! Oliver Kern Membawa Beethoven ke Jakarta.”


Proyek ini adalah sebuah kerjasama budaya antara Republik Federal Jerman dan Pemerintah Kota Jakarta, dan terselenggara atas upaya Jongky Goei selaku impressariat dan Jelia Megawati Heru, selaku Co-Promotor. Konser ini menjadi sangat menarik, karena beberapa hal. Yakni, Oliver membawa sebuah tradisi ratusan tahun silam dan digelar dalam jaman seperti sekarang dalam tempat kota super sibuk seperti Jakarta. Konser ini juga melibatkan GLORIAMUS PHILHARMONIA sebuah orkes simfoni beranggotakan para pemusik muda, dan juga paduan suara GLORIA DEI CANTORES, Koor yang sudah banyak malang melintang di berbagai event bergengsi.

 (dari kiri ke kanan)
Drs. Bambang Subekti MM., Michael Budiman, HE.DR.Georg Witschel, 
Prof. Oliver Kern, DR. Wardiman Djojonegoro, Ndaru Darsono

Konser berlangsung pada 26 Oktober 2014 di Teater Besar Jakarta, kompleks Taman Ismail Marzuki Jakarta. Dihadiri oleh Duta Besar Republik Federal Jerman, HE. DR. Georg Witschel, para Duta Besar Negara sahabat, Atase Kebudayaan Perancis, dan mantan Menteri Pendidikan DR. Wardiman Djojonegoro. Konser diawali dengan “Overture” dari karya Joseph Haydn “THE CREATION,” dengan dirigen Ndaru Darsono dan solis Sylvia Wiryadi.



Oliver Kern tampil membawakan Piano Konserto Beethoven No. 3, Op. 37, in C minor. Konserto ini menarik karena merupakan salah satu bentuk konserto yang dikerjakan Beethoven yang dapat dimaknai sebagai pendobrakan tradisi orkestra era Joseph Haydn, sekaligus peletakan dasar pengembangan orkestra di era selanjutnya. Dipagelarkan pula Choral Fantasy, Op. 80 dari Beethoven yang sebetulnya adalah pengembangan bentuk konserto dengan mengedepankan bentuk musikalisasi puisi. 

Oliver Kern menurut beberapa kalangan dan kritikus musik yang hadir, sangat berhasil membawa dan menyajikan roh Beethoven secara pas. Spirit Beethoven sungguh nyata: garang, agak sedikit rigid, temperamen, emotikal, namun mesra dan bergairah dalam cinta. Selain itu, teknik Oliver Kern sangat luar biasa. gradasi dinamiknya rata, punch staccatonya juga rata rapih dan mulus. Satu hal yang penting, malam itu Oliver Kern berhasil mendongkrak orkes lokal kita menjadi orkestra kelas dunia! Konser ditutup dengan encore karya Alexander Scriabin dalam “Nocturne Op. 9, for the left hand.”

Menurut co-promotor Jelia Megawati Heru, bentuk dialog budaya semacam ini akan terus dikembangkan. Agar sedikit demi sedikit terasah arah yang tepat dalam pembangunan manusia dan budaya di tanah air.

see the photos in flickr,
please click HERE