Pages

Thursday, October 30, 2014

"MENANTI SANG PIANIS ASAL JERMAN" - Koran Jakarta, 26th October 2014, by: Frans Ekodhanto

"MENANTI SANG PIANIS ASAL JERMAN"
Koran Jakarta, 26th October 2014
by: Frans Ekodhanto

Foto: istimewa

"Saya harapkan dengan kehadiran Oliver Kern di Indonesia bisa mengubah cara pandang anak muda Indonesia terhadap musik klasik. Bukan hanya enak didengar dan menghibur."

Apa yang kali pertama Anda pikirkan atau rasakan ketika bicara dan mendengarkan musik klasik? Kuno, ketinggalan zaman, tidak menghibur alias jenuh? Pikiran Anda itu bisa jadi keliru, namun tak sepenuhnya salah. Untuk membuktikan pandangan itu, ini kali promotor Musik Klasik asal Indonesia yang belajar musik di Jerman, Jongky Goei, mendatangkan “embahnya” Musik Klasik kelas dunia asal Jerman, Prof Oliver Kern.


Pianis kelas dunia tersebut akan tampil di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, pada 26 Oktober 2014, pukul 19.00 WIB. Dalam pertunjukan tersebut, Oliver akan menampilkan karya Ludwig van Beethoven, Piano Concerto No.3, Op. 37. Ini semacam pertunjukan piano dan orkestra. Tidak hanya itu, guru musik klasik itu juga akan membawakan Beethoven Choral Fantasy Op.80. Ini sangat spesial dan terkenal karena pada zamannya, Beethoven adalah orang yang pertama kali memasukkan chorus ke dalam orkestra. Menurut Jongky, pada saat itu, hal tersebut tidak umum. “Kalau ini, piano, instrumental, orkestra, dan paduan suara,” ujarnya.

Sebelum sang bintang unjuk gigi dengan durasi lebih kurang satu jam, akan tampil terlebih dahulu Gloriamus Philharmonia dan Gloria Dei Contores (GDC). Sebelum tampil di Ibu Kota, sekitar dua setengah tahun yang lalu, tepatnya pada 2012, Oliver juga pernah tampil di Solo, Yogyakarta, Medan melalui kerja sama JERIN (Jerman-Indonesia). Jongky mengatakan bahwa waktu Oliver Kern tampil di Kota Solo, antusias penontonnya sangat baik. Promotor internasional ini juga menjelaskan bahwa dengan kesempatan kali ini dia berharap bisa “menegur” pemerintah di Jakarta untuk menghidupkan kembali simfoni orkestra Jakarta, jangan sampai didahului oleh Solo atau Yogyakarta. "Karena saya pikir bukan kekurangan orang. Musisinya juga sudah sangat banyak dan punya potensi, hanya memang harus dibangun lagi," ujarnya.

Menurut promotor yang sudah 40 tahun tinggal di Jerman ini, pertunjukan ini didasari kecintaannya pada musik klasik dan ingin agar perkembangan musik ini dapat dinikmati masyarakat luas. “Banyak yang belajar Musik Klasik di Indonesia, tapi standarnya tidak ditinggikan. Makanya, penting sekali mendatangkan pianis kelas internasional, “ujarnya.

"Saya harapkan dengan kehadiran Oliver di Indonesia bisa mengubah cara pandang anak muda Indonesia terhadap Musik Klasik, bukan hanya enak didengar dan menghibur. Kalau sudut pandang seni budaya itu menghibur, hal tersebut adalah salah. Waktu melihat pertunjukan itu, bukan hanya terhibur, tapi jiwa kita ikut larut dalam musik. Ada semacam meditasi, dengan kata lain, musik merupakan santapan batin, sajian budaya yang adiluhung," jelasnya. 

Sumber: