Pages

Tuesday, July 8, 2014

"KESALAHAN MEMBACA NOTASI BALOK" - by: Jelia Megawati Heru (Staccato, July 2014)

"KESALAHAN 
MEMBACA NOTASI BALOK"
by: Jelia Megawati Heru
Staccato, July 2014


“What is your superpower?”
“I read music notes!”

Membaca notasi balok bagi sebagian orang, mungkin merupakan salah satu hal yang paling horror dan menjadi momok dalam proses belajar musik. Banyak orang yang menganggap membaca notasi balok merupakan salah satu hal yang paling sulit dilakukan dalam hidup. Mungkin mereka lebih memilih untuk mengerjakan hal yang paling mereka benci daripada membaca not. Ironisnya seseorang akan menjadi “an uncomplete musician” dengan memilih menjadi “buta nada.” Tanpa kemampuan membaca notasi balok, seseorang akan melewatkan kesempatan untuk memahami musik lebih dalam -  entah seberapapun berbakatnya mereka. So if you could read notes, thanks to your music teacher!


DARI MATA TURUN KE “JARI”
Membaca notasi balok tidak hanya sekedar menekan tuts piano saja, dibutuhkan koordinasi indera mata-telinga-jari. Salah satu kunci membaca notasi balok yang baik ada pada kemampuan observasi dan analisa pada semua detail, struktur lagu secara VISUAL – umumnya melibatkan bidang music theory dan form analysis dalam waktu yang singkat sesaat sebelum lagu dimainkan. Seseorang yang mempunyai kemampuan observasi dan menganalisa yang baik, akan mampu menangkap ide dari musik serta mengenali informasi berupa aspek fundamental dari basic ritmik, interval, dan harmoni. Sehingga ia memperoleh gambaran apa yang akan dimainkan. Jika Anda mempunyai kemampuan ini, Anda bisa mempelajari lagu lebih cepat dan bermain musik lebih baik.

Tentunya kemampuan observasi ini tidak akan lengkap tanpa kemampuan memainkan notasi balok pada instrumen, yakni unsur MOTORIK/KINESTETIK dan AUDIO. Unsur motorik/kinestetik yang dimaksud adalah kemampuan visualisasi dan aplikasi dalam mengkoordinasikan dan mengkontrol otot motorik halus (fine motor) pada bentuk (pattern,) letak, dan posisi tuts piano (technique.) Oleh karena itu teknik bermain yang baik (pianist seat, rounded finger, staccato/legato, slur) merupakan hal yang mutlak dikuasai. Begitu pula dengan penguasaan basic rhythm (semibreve, minim, crotchet, quaver, dotted notes, tied notes) dan mengidentifikasi nada baik di treble clef maupun bass clef (CDEFGAB, sharp, flat, key signature.) Sedangkan unsur audio adalah kemampuan menangkap materi lagu dan mendengarkan keakuratan nada berdasarkan ketajaman pendengaran (ear training.)    


Ibarat membaca buku dalam bahasa asing dan menceritakannya kembali (story telling.) Tentu saja Anda harus dapat membaca, mengerti perbendaharaan kata (vocabulary,) konteks topik, struktur kalimat, dan memahami alur ceritanya terlebih dahulu. Setelah itu barulah Anda menceritakan kembali apa yang Anda baca dengan aksen/logat bahasa asing yang otentik dan pembawaan yang inspirasional. Begitu pula dengan musik, dengan membaca bahasa musik lewat notasi balok, seseorang diharapkan untuk menghasilkan musik yang otentik dan musikal – bukan hanya ibarat atlet atau robot semata.


BRAIN VS FINGERS
Hal yang sering terjadi dalam mempelajari instrumen adalah penghafalan secara motorik tanpa pemahaman yang benar tentang apa yang mereka latih. Akhirnya kerja keras selama enam bulan, hanya akan berakhir tidak berbekas dengan liburan dua minggu. Ibarat seorang atlet yang tidak tahu  ke gawang mana ia harus menendang bolanya. Oleh karena itu penting bagi setiap murid untuk memahami apa yang mereka pelajari dan bagaimana mereka berlatih dengan efektif (WHAT & HOW TO PRACTICE?) Hingga terbentuknya kebiasaan berlatih yang baik dan produktif (good practice habits.) Tanpa kebiasaan berlatih yang baik, kemajuan mereka menjadi tersendat-sendat, lambat, hingga minat dan antusiasme mereka terhadap musik pun akhirnya menghilang.


THE MISTAKES
Kesalahan dalam belajar ibarat noda lingkaran yang ditinggalkan oleh sebuah gelas basah pada sebuah meja kayu; apabila diseka maka noda tsb akan segera hilang. Tetapi apabila dibiarkan, noda itu akan menjadi permanen.

Beberapa kesalahan yang sering terjadi dalam membaca notasi balok:
  • Ketergantungan pada nomor jari 
  • Ketergantungan pada guru musik
  • Menghindari detail artikulasi, phrasing, detail performance directions, dan tanda dinamika 
  • Tidak memperhatikan ritmik dan tanda istirahat (rest)
  • Mementingkan kecepatan dibanding ketepatan 
  • Mengulang kesalahan dan berlatih dengan banyak kesalahan 
  • Menghafal tanpa detail yang benar 
  • Hanya mengandalkan pendengaran saja (play by ear only) 
  • Memainkan nada yang tertulis langsung tanpa analisa/konsep yang jelas (key signature & time signature)

  
TOWARDS INDEPENDENCE
Tujuan utama mengajar musik adalah bukan agar murid bisa membaca notasi balok, berhitung seperti matematika, memahami teori musik, atau memahami ritmik ta & ti-ti. Bukan hal-hal itu tidak penting, namun ada hal-hal yang jauh lebih penting dari itu. Peran seorang guru musik bukan hanya sebatas membuat anak pintar bermain piano, seperti halnya beruang sirkus, maupun untuk dipamerkan atau menang kompetisi. Tetapi mendidik, memberikan bekal berupa tips dan strategi belajar yang efektif (HOW & THE TOOLS,) mengembangkan potensi diri, serta menginspirasi anak didiknya menjadi individu yang MANDIRI dan menjadi versi terbaik dirinya.  Dimana murid mampu belajar secara independen, mampu berlatih sendiri (home practice,) melatih dirinya sendiri (being teacher for himself,) memiliki inisitif untuk belajar (self-initiative), dan mencintai musik (passion for music.)

Oleh karena itu profesi guru musik merupakan bidang profesi yang unik, dimana guru dituntut menjadi mentor dan panutan (role model) bagi anak didiknya di setiap langkahnya (step-by-step/baby steps.) Bukan untuk mendidik muridnya menjadi seorang follower/copycat, bukan untuk menjadi stereotype versi guru mereka, bukan menjadi selebriti yang super narsis nggak ketulungan, dan yang jelas bukan untuk meng-entertain atau baby sitter. Apa gunanya main piano nya keren bin ajaib, tapi kelakuan minus - mengucapkan terima kasih saja tidak bisa? “Anak saya kan saya les-in biar bisa main piano, bukan belajar budi pekerti!” “Well, les musik bukan daycare atau tempat penitipan anak! Kalau kukunya panjang-panjang, datang telat, SMS-an terus, mengunyah permen karet, tidak pernah latihan, apanya yang mau diajarkan ya?” Ada standard minimal dalam belajar musik. Attitude dan willing to practice adalah satunya.“Teach the student first, the music second, and piano third!”

Ibarat bayi yang belajar merangkak hingga berjalan, ibarat seseorang yang belajar mengendarai sepeda. Tentunya dibutuhkan kesabaran (patience) dalam berlatih (practice) untuk bisa menguasai keseimbangan dalam menaiki sepeda. Tapi jangan remehkan bantuan dari seseorang yang dipercaya (mentor) untuk memegangi sepeda itu, hingga pegangan itu dilepaskan perlahan-lahan pada saat yang tepat, yaitu dimana rasa percaya dirinya telah tumbuh.


TIPS MENGHINDARI KESALAHAN 
DALAM MEMBACA NOTASI BALOK

1. START SMART & EARLY PLANNING
  • Good fingering! Aplikasikan fingering yang sesuai dengan bentuk orgonomis tangan dan orientasi letak tuts putih-tuts hitam. Ada baiknya Anda telah menguasai piano fingering pada tangan kanan dan tangan kiri dan menguasai teknik bermain piano yang benar. Bagaimana Anda mau membaca notasi balok, kalau tidak tahu tuts mana yang harus ditekan oleh jari yang mana? 
  • Hindari penulisan huruf dan fingering pada setiap nada! Penulisan yang berlebihan dan berantakan akan membuat murid kebingungan. Tuliskan nomor jari pada nada yang mengalami perubahan posisi ibu jari dan leap. 
  • Gunakan highlight/pensil warna pada perubahan nada karena accidental/key signature. Umumnya dapat dilakukan dengan melingkari nada yang mengalami perubahan. 
  • Keep Track & Sticker Spots. Gunakan sticker untuk menandai bagian lagu yang sulit dan rawan terjadi kesalahan. Prioritaskan latihan pada bagian tsb, jangan selalu mengulang dari awal hingga akhir lagu.

2. MASTER PLAN & FORM ANALYSIS (Relevansi Teori Musik)
  • Note Check! Observasi elemen musik, seperti: tangganada, artikulasi, detail performance directions dan tanda dinamika. Sebelum memainkan lagu, mainkan tangganada dan arpeggio satu hingga tiga oktaf untuk mengecek elemen nada dan fingering pada tangganada ybs. Lalu nyanyikan atau senandungkan melodi pada lagu. 
  • Alphabet Soup. Analisa struktur dan berikan tanda pada bagian-bagian lagu dengan huruf kapital A, B, C.
  • Identical Twins. Identifikasilah motif, frase yang sama (sequence) dan berikan tanda berupa slur dengan warna yang sama atau menggunakan pensil. 
  • Count-Down. Identifikasilah pattern ritmik lagu, tanda birama, dan beri tanda bagian lagu dengan ritmik yang kompleks (misalnya: poliritmik 2 lawan 3, syncopation.) Apabila ritmik terlalu kompleks, latihlah dengan clap, pat, snap dan menyanyikan rhythm nya, sebelum memainkan lagu. 
  • Slow Down. Pilihlah tempo yang masuk akal dan bisa memunculkan ide dari musik. Ini bukan karapan sapi, jadi bermain secara cepat dan terburu-buru tidak akan membuat kita bermain lebih baik. Metronom bisa menjadi alternatif alat bantu. 
  • No memorization over reading & understanding interval concept! Sedapat mungkin hindari latihan dengan sistem pengulangan trial & error! Don’t waste your time! Hindari menghafal tanpa pemahaman konsep interval 2nd-3rd up/down yang disertai dengan asosiasi jari (misalnya: RH skip up dari jari ke-3 ke jari ke-5 ; LH dari jari ke-3 ke jari ke-1) Latihlah frase demi frase sedikit demi sedikit secara benar dengan esensi detail musiknya. Makes the repetition counts! 

3. “BLIND” PLAYING: 
MENGEMBANGKAN ORIENTASI TUTS PIANO & PERSEPSI VISUAL
Usahakan untuk berlatih tanpa melihat ke arah tangan lalu ke arah partitur. Banyak orang beranggapan kemampuan teknis bukan merupakan bagian dalam membaca notasi balok. Namun pada masa awal pembelajaran instrumen piano, murid tidak hanya sekedar membaca notasi balok saja. Mereka juga dituntut untuk memainkan nada tsb pada instrumen mereka. Apalah artinya bisa membaca notasi balok, namun tidak bisa mengeksekusikannya pada piano? Oleh karena itu sebaiknya sejak awal guru memfokuskan pada visualisasi bentuk, letak, serta posisi dari tuts piano -  baik secara verbal maupun tertulis. Murid akan belajar untuk merasakannya tanpa melihat jari-jari mereka pada tuts piano. Guru akan membantu murid untuk mengaplikasikan posisi jari-jari mereka pada lagu yang dimainkan. Termasuk di dalamnya unsur fingering, konsep interval, kemampuan untuk menyanyikan nada yang tepat, dan memori kinestetik jangka pendek.


4. PILIH REPERTOIRE YANG BERVARIASI & TIDAK TERLALU SULIT 
Gunakan repertoire yang cocok dengan level membaca dan teknik permainan murid. Lagu yang terlalu sulit dan tidak adanya kemajuan dalam belajar akan mendemotivasi murid. Lagu yang ideal mempunyai tingkat keberhasilan 70% - 80% bagi murid. Tidak terlalu mudah, namun tidak terlalu sulit. Memungkinkan adanya ruang bagi murid untuk mempelajari sesuatu, namun realistis dicapai. Gunakan lagu dengan elemen nada dan ritmik yang sederhana bagi murid pemula. Karena murid pemula membutuhkan hasil dan garansi keberhasilan dalam bermain musik, sehingga hal ini akan meningkatkan rasa percaya dirinya dan memotivasinya dalam berlatih. Misalnya: apabila fokus lagu lebih kepada pembelajaran ritmik syncopation, maka jangan gunakan lagu dengan tangganada 6#. 

“Never help a child with a task at which they feel they can succeed” 
Maria Montessori. 

 Demand the best, not the impossible from the student!