"APAKAH PERFORMER YANG BAIK
ADALAH GURU MUSIK YANG BAIK?"
Oleh: Jelia Megawati Heru
Artikel Staccato Desember 2013
“Jika Anda
tidak bisa menjadi seorang performer, Anda selalu dapat mengajar”
“Seorang guru
musik umumnya tidak dapat bermain musik dengan baik”
“Seorang
performer yang baik umumnya tidak dapat mengajar dengan baik”
Beberapa
contoh diatas merupakan paradigma dan stereotype yang berlaku di masyarakat,
dimana guru musik dikategorikan sebagai profesi yang diremehkan dan lebih
rendah dari profesi musisi (performing,) seperti bermain di orkestra, konser,
TV show, dan menciptakan lagu/singles/RBT.
Anggapan
demikian terjadi karena beberapa hal. Salah satu hal yang memicu anggapan
negatif tersebut adalah iklim persaingan sekolah musik yang tidak sehat.
Sekolah musik menjamur dimana-mana, mereka berlomba-lomba untuk menarik murid
sebanyak-banyaknya demi keuntungan materi belaka. Umumnya yang ditawarkan
adalah kursus musik siap saji seperti fast food dengan biaya relatif murah
serta waktu yang cepat untuk mencetak the next Mozart. Untuk menekan biaya,
mereka merekrut “guru musik” yang tidak profesional, siapapun bisa menjadi
guru musik. Inilah yang disebut dengan MAL PRAKTIK dalam bidang pendidikan
musik.
Apalagi
dengan adanya asumsi bahwa murid pemula tidak
membutuhkan guru yang bagus/advanced. So
wrong! Inilah salah satu kesalahan fatal dari ketidaktahuan publik. Baik
murid pemula maupun murid tingkat lanjut, keduanya membutuhkan guru musik berkualitas
tinggi. Sebetulnya guru musik yang berpengalaman dan kualifikasi sangat tinggi
justru sangat krusial dibutuhkan di awal pembelajaran musik sebagai fondasi
bagi pendidikan musik anak di masa yang akan datang. Tidak heran banyak orang
yang setelah mengenyam kursus musik selama 10 tahun tidak tahu menahu bagaimana
postur bermain yang baik, tidak mampu membaca notasi balok, dan tidak tahu
apapun mengenai lagu yang dimainkannya. Mengherankan dan ironis, bagaimana setelah
bertahun-tahun seseorang belajar bermain instrumen musik malah menjadi semakin
bodoh.
Walau
guru musik merupakan sebuah profesi yang jauh dari gemerlapnya dunia seorang
entertainer maupun performer yang glamour, mengajar musik merupakan suatu seni
yang selayaknya dihargai sebagaimana mestinya seperti halnya seni pertunjukkan
musik. Selain itu mengajar musik juga merupakan suatu profesi yang berintegrasi
dengan performing arts yang menuntut kualifikasi, standard kompetensi,
profesionalisme, serta dedikasi yang tinggi. Mampu memainkan musik dengan baik, belum tentu berarti Anda seorang
guru yang baik!
TEACHING IS BOTH ART AND SCIENCE
Mengajar
seperti halnya kedokteran, merupakan sebuah ilmu pengetahuan (SCIENCE.) Seorang guru merupakan
seorang ahli/expert yang dituntut untuk mengetahui bagaimana pikiran, memori
jangka panjang, motivasi bekerja, merancang lesson plan, menyesuaikan metode
belajar dengan kondisi murid secara profesional, sehingga proses belajar
menjadi lebih fleksibel dan efektif.
Di
sisi yang lain, mengajar merupakan SENI (ART)
yang membutuhkan latihan, jam terbang, kesabaran, dan keahlian yang tinggi.
Seorang Profesor matematika yang bergelar PhD jelas harus menguasai ilmu
matematika. Namun, seorang profesor matematika belum tentu seorang guru yang
baik. Ia bisa saja berbicara dalam bahasa alien yang tidak dimengerti oleh
orang awam dan menjelaskan sesuatu hal sederhana menjadi lebih rumit dari yang
seharusnya. Dalam mengajar dibutuhkan lebih dari sekedar nilai akademis yang
bagus. Anda membutuhkan bakat/talent, kerja keras, dedikasi, disiplin,
kreativitas, metode dan teknik belajar yang sesuai dengan kondisi murid yang
bisa menekan tombol agar murid termotivasi untuk belajar. Tidak semua orang
bisa menjadi seorang guru dan tidak jarang banyak guru yang memilih untuk
mengajar murid tingkat tertentu saja.
TEACHING NEEDS BOTH TALENT AND PRACTICE.
Beberapa
orang adalah seorang guru yang natural, beberapa butuh latihan dan jam terbang
yang tinggi. Seorang pianis dengan mudahnya memainkan “akrobat jari” yang
sempurna diatas panggung. Namun Anda tidak pernah tahu berapa lama ia berlatih
bersimbah keringat setiap harinya, bukan? Jangan mengira tugas guru musik hanya
sebatas setor muka tanpa menyiapkan bahan apapun, atau bahkan hanya menjadi ‘baby sitter’ pengisi waktu luang anak. Murid
bukanlah benda/barang dan guru bukanlah robot. Everybody loses if you treat them that way.
DOES DEGREE MATTERS?
YES! Ada persyaratan minimal yang harus dimiliki oleh seorang guru musik.
Oleh karena itu seorang guru musik paling tidak memiliki ijazah/lulus
sertifikasi musik (performance)
paling tidak setingkat diploma dan pernah mengenyam training mengenai
pendidikan musik (teaching), dan memiliki pengalaman serta jam terbang mengajar. Sebuah
sertifikasi tentunya bukanlah jaminan seorang guru yang baik. Banyak orang yang
mempunyai gelar yang tinggi, belum tentu dapat menjadi seorang pengajar yang
baik. Namun, sebuah sertifikasi paling tidak menunjukkan keseriusan dan
pencapaian tingkat musikalitas tertentu.
MUSIC TEACHER SHOULD BE AN ARTIST!
Seorang
guru musik seharusnya merupakan seorang performer profesional yang aktif dan
merupakan panutan (role model) bagi murid-muridnya. Bagaimana seorang guru
musik dapat membimbing muridnya untuk mencapai suatu tingkat artistik
performance tertentu, apabila ia sendiri tidak mampu melakukannya? Artistry needs mastery. Disini bukan
hanya membahas teknik bermain saja, melainkan yang terlebih penting dari itu
yaitu mampu memberikan pengertian/pemahaman musik itu sendiri.
DOES A GREAT PERFORMER EQUAL GREAT MUSIC
TEACHER? NO!
- Kemampuan bermain musik tidak dapat dibandingkan dengan kemampuan mengajar musik seseorang. Banyak hal yang dipelajari oleh seorang concert pianist yang dikuasai secara natural yang tidak dapat dijelaskan kepada muridnya secara konseptual – bagaimana membuat hal yang rumit menjadi sederhana dan mudah dimengerti.
- Beberapa karakter yang harus dimiliki oleh seorang guru musik yang berkualitas, salah satunya adalah berelasi (connected,) berkomunikasi dengan orang tua murid, memahami karakter murid, menerapkan metode belajar yang sesuai dengan kondisi murid, memberikan dukungan dan feedback yang dapat memotivasi murid dalam belajar (misalnya: menemani murid dalam ujian/konser.) Mempunyai kesabaran yang tinggi juga merupakan karakter yang harus dimiliki guru musik, salah satunya dalam mengatasi kefrustrasian murid dalam berlatih. Jangan menuntut murid untuk berlatih secara berlebihan! Ketahuilah batas/limit setiap murid, tidak semua orang akan menjadi concert pianist atau mempunyai karir dalam bidang musik. It’s important, that they do their best and how to instill their love for music.
- Komitmen dan prioritas guru musik yang baik adalah bukan untuk karirnya sendiri dan kemampuan bermain musiknya, melainkan demi kemajuan muridnya.
“JUST DO IT” mungkin merupakan slogan yang bagus untuk NIKE, tetapi yang jelas bukan slogan yang bagus untuk mengajar musik. Seseorang performer profesional dengan sertifikat belum tentu dapat menjadi seorang guru yang baik. Dengan menjadi seorang guru musik, seorang performer profesional berhenti untuk memprioritaskan dirinya dan mulai berkomitmen dalam membimbing, serta menginspirasi individu diluar dirinya untuk mencintai musik. Menjadi guru musik mungkin akan menjadi pengalaman yang paling berharga baginya, yang akan mengubah hidupnya dan hidup orang lain. Seni “memanusiakan” manusia - dimana kita mengatakan, bahwa “aku hidup, dan hidup saya memiliki arti!” Ketika saat itu tiba, mungkin kita bisa membuka mata publik, bahwa guru musik bukanlah sekedar profesi rendahan belaka.
Wish you have a
nice teaching and happy new year!