Pages

Wednesday, April 10, 2013

"911 SCALES" Artikel Staccato April 2013

"911 SCALES"
oleh: Jelia Megawati Heru
Artikel Staccato (April 2013)

 

Dalam mempelajari musik, cepat atau lambat kita akan sampai kepada tema scales atau tangganada. Mempelajari scales atau tangganada merupakan hal yang sangat mengerikan dan menjadi momok bagi kebanyakan orang, dibandingkan dengan mempelajari elemen musik lainnya. 

Mengapa kita harus mempelajari tangganada?
Mengapa itu mempelajari tangganada sulit?
Bagaimana sebaiknya kita mempelajari tangganada?


THE BIG “W-H-Y” IN LEARNING SCALES 

Banyak guru dan murid yang bertanya-tanya, mengapa mereka harus mempelajari tangganada? Scales is so boring, mathematic, and non-related to the music. Well, menanggapi hal tsb, sebuah nada mungkin bisa digambarkan seperti busana yang dikenakan dalam sebuah event pesta, yakni tangganada. Jenis busana yang kita kenakan itu ditentukan dari apa jenis event pesta dan tempat pesta yang diselenggarakan pula. Jangan sampai kita mengenakan busana (dress code) yang salah (saltum – baca: salah kostum). Ibarat menyanyikan lagu “Happy Birthday in C major” tapi pemain musiknya memainkannya pada tangganada G major. "Wah, wah... kok fals ya? Katanya aliran Jazz? Nah lho... Makanya wajib baca nih!" 


Alasan mengapa kita mempelajari tangganada:
  • Memahami struktur musik/gambaran kerangka musik seutuhnya (frame work & form-analysis
  • Menghindari proses belajar yang lebih lama (note per note
  • Menghindari kesalahan-kesalahan yang tidak diinginkan dalam memainkan accidental (sharp/flat
  • Memahami harmoni lagu dan pengaruh afeksinya (akor, kadens, dan modulasi) 
  • Merupakan elemen dasar musik teori yang wajib dikuasai untuk eksplorasi teori musik tingkat lanjut, yakni improvisasi, aransemen, dan komposisi. Seperti layaknya musisi yang membutuhkan instrumennya untuk bermain musik. (basic music theory
  • Memahami musik lebih baik (makes more sense) dengan segala pattern dan progresi akornya, serta memungkinkan pengekspresian musik yang lebih baik (develop strong musical interpretation
  • Memahami koneksi nada yang satu dengan lainnya dan memudahkan kita dalam mempelajari repertoire baru lebih cepat dari sebelumnya (sight reading & inner hearing)


GOALS FOR TEACHER
  • Membuat murid memahami tangganada dalam hubungannya dengan musik yang mereka mainkan, bukan hanya sebagai teori musik semata 
  • Membuat murid memahami konsep tangganada, bukan menghafalnya dan mempelajarinya berulang-ulang tanpa memahami konsepnya

HOW TO MAKE STUDENTS UNDERSTAND THIS CONCEPT?

  • Integrated Learning: kombinasikan teori musik ke dalam permainan instrumen di kelas: menulis, menyebutkan, dan memainkan circle of fifth pada instrumen mereka (fundamental interval, progresi, pattern sharp & flat
  • “Menciptakan” tangganada dengan menambahkan simbol sharp (#) atau flat (b
  • Memperkenalkan konsep pentatonic scale (black keys) dan 5-notes scale sedini mungkin 
  • Mengaplikasikan tangganada dalam lagu yang dimainkan (sight reading, aural & home practice). Pastikan murid dapat mengidentifikasi jenis tangganada pada lagu sebelum dimainkan, mainkan tangganadanya terlebih dahulu dengan memperhatikan letak sharp atau flat dan nomor jarinya 
  • Ekplorasi elemen-elemen nada pada sebuah tangganada (improvisasi), misalnya: blues scales 
  • Mengidentifikasi konsep interval half step (semitone) dan whole step (tone) pada lagu yang mereka mainkan di instrumen mereka 
  • Memahami konsep scale sebagai rangkaian nada dengan struktur interval half step dan whole step (Major 2nd or minor 2nd
  • Mengidentifikasi konstruksi tangganada major, minor (natural, harmonic, dan melodic
  • Mengidentifikasi korelasi antara tangganada mayor dan minor (relative key
  • Mengidentifikasi nada dasar dan primary chords pada lagu (Tonic, Subdominant, Dominant), misalnya: 12-bars Blues-Form pada Boogie Woogie 
  • Mampu memainkan lagu yang sama pada oktaf yang berbeda (multi-octave) dan tangganada yang berbeda 
Walaupun konsep tangganda perlu ditanamkan sedini mungkin, namun perlu digarisbawahi bahwa teori musik bukanlah segalanya. Ada kalanya sebagai guru, kita juga perlu melihat realita dan kondisi setiap anak yang berbeda-beda. Apapun yang kita lakukan hendaknya tidak terlepas dari usaha terbaik kita membantu mengintegrasikan teori musik sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari pendidikan musik itu sendiri (Integrated Learning Process)

Be creative in your own way! Inovasi dalam mengajar sah-sah saja, tetapi satu hal yang perlu diingat: agar kreativitas kita juga jangan sampai membuat teori musik yang dipelajari menjadi tidak berguna dan tidak berelasi dengan lagu yang dimainkan, atau bahkan tidak sinkron (skip). Oleh karena itulah guru sebaiknya memahami sistematika dalam mengajarkan dan implementasi teori musik secara bertahap dan terstruktur yang mengacu pada lesson plan dan kurikulum yang ada.  

Good luck & happy teaching!