Pages

Monday, March 14, 2011

MUSIC CAN CHANGE OUR BRAIN

MUSIC CAN CHANGE OUR BRAIN


 HAUS AKAN SENSASI

Salah satu karakteristik alami manusia yang menarik adalah keingintahuan kita. Kita selalu haus akan sensasi dan rangsangan yang baru. Kita dilahirkan dengan tingkat intelektual dan rasa ingin tahu artistik yang sangat besar - akan suara,  rasa, aroma, dan hal-hal baru yang kita lihat. Hal inilah yang membuat kita terus melakukan permainan, melukis, travel, mencoba menu makanan baru, berlibur, dsb.

Mengapa kita selalu haus akan sensasi? 

Kita haus akan sensasi karena rangsangan yang baru merupakan kunci untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan mental diri kita sendiri. 

Pada akhirnya, kita belajar untuk mengerjakan banyak tugas/aktivitas rutin kita secara otomatis, hampir di bawah kesadaran kita dengan atau tanpa tantangan lain ditambahkan ke dalamnya. Pengalaman-pengalaman baru akan menstimulasi aktivitas otak dalam tingkat yang tinggi dibandingkan dengan pengalaman-pengalaman yang sudah biasa kita alami sehari-hari. 

Rangsangan yang baru akan memperkuat hubungan saraf dalam otak kita dan membuatnya lebih responsif. Setiap kali rangsangan diterima oleh indera kita, hubungan-hubungan saraf baru (jembatan antarsel otak/sinapsis) akan tercipta. Semua pengalaman yang memberikan pembelajaran terhadap indera secara potensial mempunyai kapasitas untuk mengubah sistem otak dalam mengorganisasi diri kembali (re-organization), atau sering disebut sebagai neuroplasticity. Hal ini dimungkinkan oleh adanya aktivitas musik yang dilakukan secara berulang-ulang, seperti yang dikutip dari Prof. Alvaro Pascual-Leone, Professor of Neurology at Harvard Medical School dalam bukunya "The Brain that Plays Music and it Changed by it"* berikut ini:

"Memainkan instrumen musik membutuhkan proses berkelanjutan dan pembelajaran secara motorik, yang menghasilkan pengorganisasian ulang dalam otak manusia. Termasuk di dalamnya adalah penyingkapan hubungan baru yang telah ada dan pembentukan hubungan baru. Oleh karena itu, perubahan fungsional dan struktural akan terjadi pada otak pemain musik ketika mereka belajar menyesuaikan diri dengan tuntutan aktivitas mereka"1
*Untuk detailnya, silahkan membaca artikel dari Prof. A. Pascual-Leone di http://tmslab.org/wp-content/files/PascualLeone_MUSICBRAIN_NYAcadSci.pdf


Bermain musik tidak hanya mempengaruhi satu bagian otak saja, tetapi beberapa wilayah otak sekaligus. Persepsi populer dari otak adalah bahwa ada batas yang jelas yang membedakana sisi kiri dan kanan otak. Kenyataannya. tidak ada pemisah di antara kedua belahan ini karena kebanyakan informasi diproses oleh kedua belah otak. Oleh karena itu, di dalam otak kita terjadi lalu-lintas pertukaran yang luar biasa di antara kedua belahan ini. 
  
CORPUS CALLOSUM

Saluran informasi utama di antara kedua belahan bagian otak inilah yang dikenal sebagai corpus callosum*. Bagian inilah yang umumnya mengalami pertumbuhan pesat pada otak musisi sebagai hasil dari stimulasi musik, sehingga jalur komunikasi antara daerah-daerah  dalam otak menjadi lebih terhubung secara komprehensif. Hal inilah yang memungkinkan kita melakukan berbagai aktivitas, seperti melakukan percakapan sambil memainkan piano dengan kedua tangan. Ketika Anda bermain piano, corpus callosum mengkoordinasikan tangan kiri dan tangan kanan Anda, bereaksi terhadap informasi suara, dan mengubah informasi visual yang detail (membaca notasi balok) menjadi gerakan motorik yang spesifik. 

Pertumbuhan yang pesat pada bagian corpus callosum ini akan menghasilkan hubungan yang lebih efisien di antara kedua bagian otak, kemudian menghasilkan koordinasi yang lebih baik antara belahan kiri dan belahan kanan otak. Dari sinilah terbentuklah proses mental dan fisik yang baik, termasuk di dalamnya koordinasi tangan dan kemampuan melakukan berbagai macam tugas. 

*corpus callosum adalah jalur utama di antara kedua bagian otak, berbentuk kumpulan tebal dari sekitar 200 juta serat saraf. Jalur ini sangat aktif ketika mengeksekusi proses yang sangat kompleks, seperti fungsi bicara dan pemrosesan informasi visual/ruang. 

Nah, perubahan fisik pada struktur dan bentuk pada otak ini terjadi pada orang yang telah memulai pembelajaran instrumen sebelum usia tujuh tahun, yaitu pada saat otak berada pada keadaan yang paling mudah dibentuk dan sensitif terhadap rangsangan/stimulasi - dimana otak memilih sirkuit-sirkuit yang dianggap paling penting untuk dipertahankan dan dikembangkan di masa depan.

Musik dapat menstimulasi dan mengembangkan semua kemampuan dan persepsi manusia: pendengaran, penglihatan, indera yang sensitif, pengetahuan, kemampuan menganalisa, menarik kesimpulan, emosional dan intelektual. Dalam bermain instrumen, elemen-elemen ini terkoordinasi oleh indera kinestetik. Bermain musik dapat meningkatkan kemampuan kognitif,  konsentrasi/fokus, mengembangkan kemahiran fisik, mengembangkan koordinasi kinestetik, dan membangun perkembangan emosional, dan mental - hal-hal inilah yang dapat menstimulasi perkembangan kemampuan belajar seseorang dan membantu meningkatkan kemampuan belajarnya itu di masa mendatang.

Apa saja efek dan manfaat bermain musik bagi perkembangan kemampuan belajar seseorang? Silahkan baca selengkapnya pada artikel berikutnya...

1http://tmslab.org/wp-content/files/PascualLeone_MUSICBRAIN_NYAcadSci.pdf

oleh: Jelia Megawati Heru